Tak terasa sudah tiga hari Sara merawat pria itu di rumah sakit. Meski awalnya penuh dengan momen canggung karena Sara enggan melakukannya. Tapi sekarang, dia mulai terbiasa. Hanya saja ...
"Sayang, tanganku sakit"
Sara pergi ke sisi ranjang lain dan mulai memijat tangan pria itu.
"Sayang, aku tidak bisa makan sendiri"
Sara mengambil sendok dan mulai menyuapi makanan pria itu.
Dia mulai merasa lelah karena harus menuruti semua keinginan pria itu.
"Sayang, aku tidak bisa ganti pakaian"
Sara mengambil pakaian yang dibawa suster dan membantu pria itu. Tapi sungguh sulit karena luka dan ukuran tubuh pria itu. Beberapa kali dia tanpa sengaja menyentuh kulit pria itu.
"Sayang, kenapa kau begitu takut menyentuhku? Bukankah kita suami istri?" tanya pria itu membuat Sara gugup.
Pernah dulu, dia mencoba membantu pria itu berganti pakaian ketika mabuk. Dan apa yang dia terima? Teriakan dan cekikan. Juga tuduhan kalau dia ingin memanfaatkan ketidaksadaran pria itu untuk bisa hamil.
"Aku hanya ... "
"Apa kau takut terangsang ketika menyentuhku?"
"Apa?"
Diantara semua alasan yang tersedia. Tidak pernah terlintas alasan itu di kepala Sara.
"Tidak. Aku hanya takut menyakitimu. Luka di tubuhmu pasti masih terasa perih" jawabnya.
"Akan tidak sakit kalau kau menciumnya"
"Apa?"
"Ayolah!!! Agar aku cepat sembuh. Pleasee" rengek pria.
"Tidak. Mana tanganmu yang satunya!"
"Tidak mauuu. Aku mau kau mencium lukaku!! Agar aku cepat sembuh. Cium aku ... Cium akyuuuu"
Sekarang Sara percaya kalau pria itu kehilangan ingatan. Karena Marco Varamus yang dia kenal, tidak akan pernah berperilaku seperti bocah berumur lima tahun.
Sara mencoba untuk memaksa pria itu memakai pakaian gantinya. Tapi dia terlalu bersemangat sampai menimpa tubuh pria itu. Segera saja Sara berusaha mengangkat tubuhnya. Takut kalau dia menyebabkan luka pria itu kembali terbuka. Tapi sebuah tangan besar yang sulit dia tangkap mencegahnya.
"Tiga hari sudah aku berusaha memelukmu lagi. Tapi kau selalu menolak dengan alasan takut menyakitiku. Aku bukan pria yang lemah, sayang. Aku bisa memelukmu dengan kuat dan tidak akan pernah merasa sakit. Karena aku membutuhkan sentuhanmu"
Sara kembali berusaha mengangkat tubuhnya tapi tidak berhasil. Akhirnya dia menyerah dan membiarkan pria itu memeluknya.
Bau tubuh pria itu masih sama seperti dulu. Begitu maskulin. Dada pria itu juga penuh dengan otot yang keras. Bisa membuat semua wanita tergoda untuk menyentuhnya.
"Apa kau berusaha mengambil keuntungan dariku?!!"
"Kau pikir aku bernafsu saat kau menyentuhku??!!!"
"Kau menjijikkan!!!"
Semua ucapan pria itu dulu mencegah Sara terlena. Dia kembali berusaha mengangkat tubuhnya lagi. Kali ini berhasil.
"Semua yang kulakukan hanya untuk membuatmu cepat pulih. Cepat sembuh. Nyonya Besar ... Nenek sangat khawatir tiap kali datang melihatmu dalam keadaan seperti ini" katanya berusaha membuat pria itu mengerti.
"Nenek? Iya, dia pasti khawatir."
"Karena itu kau harus segera pulih"
"Tapi kenapa semua orang mengatakan kalau aku kehilangan ingatan? Ingatan apa yang sebenarnya kulupakan?" tanya pria itu membuat Sara terdiam.
"Apa kau mengingat sesuatu?"
"Aku tidak merasa melupakan apapun. Aku adalah Marco Varamus. Satu-satunya penerus keluarga Varamus. Dan aku sudah menikah dengan Sara Aurum. Dan sangat mencintainya"
Sangat mencintai?
Sara menundukkan kepalanya dan kembali melipat baju kotor di meja.
"Kau melupakan sesuatu. Dan juga seseorang yang sangat penting dalam hidupmu" jawab Sara.
"Seseorang yang sangat penting dalam hidupku? Siapa? Apa ... "
Sara mendekat, menaruh harapan besar pria itu kembali mengingat segalanya.
"Kita sudah memiliki anak? Aku melupakan anak kita? Bagaimana aku ini? Kenapa bisa melupakan anak kita?"
"Bukan!!" teriak Sara meluruskan. Padahal dia berpikir pria itu akan mengingat wanita kecilnya.
"Kita belum memiliki anak?" tanya pria itu dengan raut wajah heran.
Kembali membuat Sara gugup.
"Belum"
"Apa kita menunda memiliki anak?"
"Tidak"
Daripada dibilang menunda, mereka bahkan tidak pernah tidur bersama.
"Lalu kenapa kita belum memiliki anak? Apa aku memiliki masalah? Apa kita sudah pernah pergi ke dokter dan memeriksa semuanya? Atau apa kita kurang sering bercinta? Karena aku terlalu sibuk bekerja?"
"Bukan begitu"
"Ini tak boleh terjadi. Aku harus memiliki banyak anak. Setelah pinggangku sembuh, kita harus melakukannya setiap hari. Sampai kau bisa hamil. Lalu melahirkan dan hamil lagi. Tiga anak pasti akan membuat nenek bahagia"
Sara ingin meluruskan pikiran pria itu tapi begitu sulit menyela. Jadi dia membiarkan pria itu tenggelam dalam masalah anak yang sama sekali tidak pernah dibicarakan dalam masa pernikahan mereka.
"Aku akan pergi membeli makan, apakah kau menginginkan sesuatu?" tanya Sara.
"Makanan. Yang bisa menambah libido. Dan memperbaiki kualitas sperma."
Sara pasti gila kalau menuruti keinginan pria itu. Jadi dia tidak menjawab dan segera pergi dari kamar untuk membeli makan malam.
"Nyonya Sara" sapa asisten pria itu.
"Anda datang lagi?"
"Iya. Saya ditugaskan Nyonya untuk bertanya tentang masalah kerjasama perusahaan pada Tuan Marco"
"Iya"
Sara berjalan bersama asisten yang sejak dulu tak pernah sekalipun bicara kasar padanya.
"Apa hari ini kondisi Tuan Marco mengalami kemajuan?"
"Iya. Luka di beberapa bagian tubuh Tuan Marco berangsur pulih. Kakinya juga. Besok Tuan Marco dapat menjalani terapi jalan. Hanya luka di tangan yang belum ada kemajuan. Karena patah tulang membutuhkan waktu lebih lama untuk sembuh" jelas Sara mengulangi apa yang dikatakan dokter pagi tadi.
"Dan ingatan Tuan?"
Sara menghembuskan napas panjang.
"Saya berusaha untuk membuat Tuan Marco mengingat hal-hal yang dilupakan. Tapi, setiap kali melakukan itu, Tuan Marco merasakan sakit di kepalanya. Dokter bilang, lebih baik melakukannya dengan perlahan. Agar tidak menimbulkan tekanan besar di otak Tuan Marco."
"Baiklah. Karena Nyonya Besar mengkhawatirkan hal itu, maka sebaiknya Anda juga tidak perlu berusaha terlalu keras untuk mengembalikan ingatan Tuan Marco. Takutnya hal itu akan membuat ingatan Tuan Marco lebih buruk"
"Tapi, kami akan segera resmi bercerai. Jadi, bukankah lebih cepat Tuan Marco mengingat semuanya, lebih baik?"
Asisten pria itu terdiam. Tidak bisa menjawab pertanyaan Sara.
"Oh iya Tuan Asisten. Tentang pekerjaan saya di perusahaan" ucap Sara menghentikan keheningan.
"Saya telah mengirim surat ijin ke bagian kebersihan. Anda tidak perlu khawatir tentang pekerjaan Anda"
"Terima kasih"
"Nyonya, apakah Anda hanya akan makan roti dan susu?"
Sara melihat roti dan susu yang dibelinya untuk makan malam.
"Iya"
"Anda bisa membeli makanan yang lebih baik dari roti dan susu"
"Saya tidak punya uang sebanyak itu" jawab Sara lalu tersenyum kecut. Bagaimana lagi, dia adalah istri CEO yang sama sekali tidak pernah menerima apapun dari suaminya. Bahkan uang bulanan. Jadi, uang yang ada di kantung dan tabungan Sara seluruhnya merupakan hasil kerja kerasnya sendiri.
"Saya akan mengurus masalah makanan Anda mulai besok"
"Tidak perlu. Lagipula, saya tidak mau membuat keadaan menjadi kacau ketika Tuan Marco mengingat segalanya nanti. Saya akan tetap membiayai hidup dengan usaha sendiri. Tepat seperti yang diperintahkan oleh Tuan Marco"
Asisten pria itu kembali diam. Karena asisten pria itu sangat tahu kalau apa yang dikatakan Sara adalah benar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Aliya Awina
apa marco cuman pura2 amnesia dan dia sebenarnya sanget mencintai sara cuman takut mengungkapkan nya.
2025-06-02
2