Bab 2 : Aku Janji

...•••Selamat Membaca•••...

Leo begitu murka mendengar Maula dibawa oleh Rayden. Sepandai-pandainya pria itu bersembunyi, Leo jauh lebih teliti lagi dan mata-matanya kali ini tidak pernah lengah jika menyangkut Maula.

Leo yang mengetahui markas Rayden langsung menuju ke sana, perasaannya mulai tak karuan lagi. Baru saja sampai di sana, Leo sudah menodongkan pistolnya kepada orang-orang Rayden. Mereka mengetahui siapa Leo, jadi tidak ada yang berani melawan.

Leo mendobrak pintu kamar Rayden, pria itu langsung terbangun dan kaget melihat Leo sudah diambang pintu.

Melihat Maula hanya ditutupi selimut tipis, pikiran Leo sudah jauh ke mana-mana. Dia mendekati Rayden dan memegang kerah baju Rayden dengan kuat.

“Apalagi yang harus aku lakukan untuk membuat kau jauh dari putriku hah? Kau sangat keras kepala ya, Ray.” Rayden mencoba tenang, sementara Maula yang tadi bangun karena kaget tidak bisa berbuat apapun selain menarik selimut tipis untuk menutupi seluruh tubuhnya.

“Papa,” lirihnya penuh rasa takut.

“Maula, ayo pulang, kamu masih ada jadwal sore ini kan?” Leo berkata dengan tegas dan dibalas anggukan oleh Maula.

“Papa tunggu di luar.” Leo menarik Rayden dan keluar dari kamar, dia menghajar Rayden habis-habisan karena benar-benar sangat kesal dengan sikap pria itu.

“Saya hanya merindukan istri saya, Tuan. Itu bukan suatu kesalahan.” Rayden membela diri tapi Leo tak peduli.

“Istri? Kau bahkan tidak meminta dia baik-baik padaku, aku akan mengurus perpisahan kalian secepatnya. Dan jangan harap kalau dia akan menjadi milikmu, sialan.” Leo mendorong Rayden agar menjauh dan tak lama Maula keluar dengan pakaian lengkap.

Tanpa menunggu lama, Leo menarik Maula pergi dari tempat itu. Maula tak lagi menoleh ke belakang, dia pergi tanpa banyak bicara bersama Leo.

Di dalam mobil, hanya keheningan yang terjadi saat ini. Hingga Maula tiba di depan kampus. “Papa akan menunggu kamu sampai selesai di sini, nanti malam kita perlu bicara.” Maula hanya mengangguk dan keluar dari mobil dengan patuh.

Rayden mengompres lebam di wajahnya dengan es batu, pikirannya terus tertuju pada Maula, istrinya. Bagaimana kalau Leo benar-benar memisahkan dia dengan Maula? Tapi bukan Rayden namanya jika dia menyerah begitu saja.

...***...

Malam harinya, Leo bicara berdua dengan Maula di dalam kamar gadis itu. Sementara Maureen sedang menemani Thalia belajar, ini merupakan suasana baru bagi Thalia sejak dia ikut pindah ke Madrid.

Sofia juga menemani Thalia dan mengajarkan beberapa kosa kata Spanyol agar Thalia lebih lancar komunikasi dengan teman-temannya nanti.

Suasana di dalam kamar Maula cukup tegang, Leo duduk di hadapan putrinya yang kini memangku sebuah bantal dan menunduk takut.

“Bagaimana cara membuat kamu itu mengerti, nak? Papa sendiri sudah habis akal memintamu menjauh dari Rayden.” Maula menjawab tanpa menatap mata Leo, suaranya pelan nyaris tersapu angin, “Aku mencintai Rayden, Pa.”

Leo menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar, mencoba mengatur napas lalu kembali melanjutkan dengan penuh kehati-hatian.

“Selama ini, Papa selalu mementingkan keluarga ini, menjadikan kalian prioritas utama dan mati-matian membuat kalian aman dari siapapun. Apa pernah aku meminta balasan darimu?” Maula mulai terisak dan menggeleng lemah. Kemudian Leo melanjutkan lagi.

“Kalau memang dia yang kau jadikan prioritas, silakan pergi dengannya dan anggap saja kami sebagai keluargamu telah mati. Dengan sikapmu begini, kau tidak lagi memikirkan perasaan kami Maula. Kau hanya mementingkan dirimu dan cintamu tanpa kau bisa menoleh pada cinta kami berdua sebagai orang tuamu. Aku tidak membenci Rayden, aku justru menyukai dia jika bersamamu tapi posisinya saat ini membuat kau dalam bahaya. Aku menangis setiap saat ketika kau hancur dan terluka Maula, aku sakit ketika kau sakit. Tidakkah kau paham dengan cinta yang aku berikan padamu? Lihat Maureen, istriku. Dia mati-matian menjaga kamu sampai seperti ini, berharap kau aman, sehat dan sukses tapi apa yang kau balas padanya? Kekhawatiran setiap saat bahkan rasa sakit akan kehilangan lagi. Itu yang ada di benak Mamamu.” Leo tak bisa lagi membendung air mata, dia menangis dalam isakan tertahan dan itu membuat Maula semakin bersalah.

“Dengan menikah diam-diam, menjadi istri pria yang selalu membawa kau dalam bahaya. Kau sudah menempatkan kami berdua dalam jurang neraka. Kini terserah padamu, kalau kau tetap ingin bersama Rayden, pergilah! Papa izinkan dan Papa akan membawa Mama serta Thalia kembali ke Indonesia. Kami akan mulai hidup tanpa memikirkan kamu lagi dan jangan pernah berharap kau bisa menemui kami.” Leo mempertegas ucapannya lalu berjalan keluar kamar.

Tangis Maula pecah, tak sanggup berkata lagi karena apa yang dikatakan Leo benar adanya.

Leo kembali ke dalam kamar, dia menatap Maureen sejenak lalu masuk. Maureen peka dengan suaminya, Leo sedang tidak baik-baik saja.

“Sofia, Tante titip Thalia dulu ya.”

“Iya Tante.”

Maureen melangkah menuju kamar mereka dan mengunci pintu, Maureen berlutut di depan suaminya yang tampak begitu lelah dan kecewa.

“Sudah, cukup. Kalau memang Maula tidak bisa diberi pengertian, ayo kita pulang! Dia sudah dewasa dan bisa menjaga diri, aku tidak mau melihatmu terbebani sepanjang waktu, Leo.” Leo tak banyak berkata, ia memeluk Maureen untuk menumpahkan segala kegundahan hatinya.

“Bersiaplah, besok pagi kita akan pulang. Aku tidak peduli lagi dengan Maula, aku lelah Maureen, sangat lelah. Dia dan Rayden akan terus berusaha untuk bersama dan kita berdua akan terus mendengar kabar buruk dari anak kita.” Maureen mengangguk.

***

Keesokan paginya, sekitar pukul 6 pagi, Maula tidak melihat lagi adik dan kedua orang tuanya. Di meja makan hanya ada Sofia.

“Mama sama Papa mana Sof? Biasanya udah di meja makan.”

“Mereka udah pergi ke bandara, sekitar lima belas menit yang lalu. Katanya mau pulang ke Indonesia.” Maula tersentak lalu meninggalkan rumah dan memacu mobil menyusul Leo ke bandara.

Di pertengahan jalan, dia melihat mobil kedua orang tuanya dan menghadang mobil tersebut. Maula segera keluar dan mengetuk kaca mobil, Leo mau pun Maureen tidak menggubris sama sekali, mereka diam menatap ke depan tanpa peduli dengan teriakan Maula di luar.

“Pa, tolong buka Pa, jangan pergi.” Maula terus memukul kaca mobil dan akhirnya Leo membuka.

“Mau apalagi kamu? Bukannya kamu mau bebas?” Leo berkata tanpa menatap anaknya itu.

“Jangan pergi, Ma, Pa. Aku akan mendengarkan kalian, kumohon tetaplah di sini. Aku akan berpisah dari Rayden, aku janji, aku tidak akan membangkang lagi.” Mendengar perkataan putrinya itu, hati Leo sebagai seorang ayah akhirnya luluh dan Maureen memegang tangan suaminya.

“Apa ucapanmu itu bisa dipercaya?” Maula mengangguk.

“Papa bisa buktikan semuanya, aku akan minta cerai pada Rayden. Aku akan menjauhi dia, Pa.” Maula menahan tangan ayahnya.

“Oke. Masuklah, mobilmu biar sopir yang bawa.” Maula masuk dan duduk di bangku depan, kali ini Leo yang mengemudi dan mobil Maula dibawa oleh sopir.

...•••Bersambung•••...

Terpopuler

Comments

Mediterina

Mediterina

Series ini bkalan menguras air mata, bagi gue sih, gk tau klo yg lain. Dan siapkan mental kalian di series ketiga, sumpah terkeren krna bikin klian mual auto pingsan, mnrut gue jga sih/Facepalm//Facepalm/

2025-05-28

1

Maryam Nushaibah

Maryam Nushaibah

Leo gak salah, dia mengemukakan keinginan sbg seorg ayah yg ingin anaknya aman selama menempuh masa pendidikan. Maula sdh benar, kesampingkan dlu lh percintaan, paling enggak ya smpai benar2 lulus dan perlahan yakinkan Leo bhwa Rayden pantas untuk kamu. Selalu brharap kalau dua org itu berdamai🥲🥲

2025-05-28

1

Natasha

Natasha

keputusan kmu sngat bijak maula, mmg keluarga lebih baik ketimbang yg lain. Toh jika kmu knp2 kan ortu kmu juga yg susah dan sllu ada buat kmu, Pak Leo jga ayah yang hebat lo, apalagi Maureen, mrka menyayangi kmu lebih dri apapun

2025-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Bersabarlah!
2 Bab 2 : Aku Janji
3 Bab 3 : Peluru Untuk Yang Dicintai
4 Bab 4 : Hanya Pendapat
5 Bab 5 : Rasa Yang Membakar
6 Bab 6 : Bayangan Yang Tak Pernah Pergi
7 Bab 7 : Memanipulasi Keadaan
8 Bab 8 : Sangkar Bawah Tanah
9 Bab 9 : Penyelidikan
10 Bab 10 : Terkurung
11 Bab 11 : Perubahan Dunia Rayden
12 Bab 12 : Rasa Yang Tak Terucap
13 Bab 13 : Simfoni di Las Vegas
14 Bab 14 : Midnight In Blue
15 Bab 15 : Perdebatan Kecil di Meja Makan
16 Senorita Perdida (Visual Tokoh)
17 Bab 16 : Ravello, Italy
18 Bab 17 : Informasi Itu
19 Bab 18 : Makan Malam
20 Bab 19 : Hal Besar Apa?
21 Bab 20 : Memanipulasi Kehidupan
22 Bab 21 : Jalan Mulai Terbuka
23 Bab 22 : Taktik Perlahan
24 Bab 23 : Pelarian Isabella
25 Bab 24 : Tikus Kematian
26 Bab 25 : Karena Kesalahan Itu
27 Bab 26 : Nyawa atau Nyawa?
28 Bab 27 : Operasi
29 Bab 28 : Menunggu Sadar
30 Bab 29 : Sesalan
31 Bab 30 : Kembali
32 Bab 31 : Perkumpulan Keluarga
33 Bab 32 : Nafas yang Kembali
34 Bab 33 : Ratunya Rayden
35 Bab 34 : Tamu Tak Diundang
36 Bab 35 : Bara yang Teredam
37 Bab 36 : Sosis Pagi
38 Bab 37 : Dunia Mereka
39 Bab 38 : Wanita Keras
40 Bab 39 : Nightwear
41 Bab 40 : Pengganggu
42 Bab 41 : Candaan Malam
43 Bab 42 : Omongan Pasien
44 Bab 43 : Percakapan Tak Biasa
45 Bab 44 : Halaman Buku Itu
46 Bab 45 : Kepala Tak Aman
47 Bab 46 : Cacat Permanen
48 Bab 47 : Salamanca
49 Bab 48 : Pemandangan Hangat
50 Bab 49 : Menghilang
51 Bab 50 : Engkau Di Mana, Piccola?
Episodes

Updated 51 Episodes

1
Bab 1 : Bersabarlah!
2
Bab 2 : Aku Janji
3
Bab 3 : Peluru Untuk Yang Dicintai
4
Bab 4 : Hanya Pendapat
5
Bab 5 : Rasa Yang Membakar
6
Bab 6 : Bayangan Yang Tak Pernah Pergi
7
Bab 7 : Memanipulasi Keadaan
8
Bab 8 : Sangkar Bawah Tanah
9
Bab 9 : Penyelidikan
10
Bab 10 : Terkurung
11
Bab 11 : Perubahan Dunia Rayden
12
Bab 12 : Rasa Yang Tak Terucap
13
Bab 13 : Simfoni di Las Vegas
14
Bab 14 : Midnight In Blue
15
Bab 15 : Perdebatan Kecil di Meja Makan
16
Senorita Perdida (Visual Tokoh)
17
Bab 16 : Ravello, Italy
18
Bab 17 : Informasi Itu
19
Bab 18 : Makan Malam
20
Bab 19 : Hal Besar Apa?
21
Bab 20 : Memanipulasi Kehidupan
22
Bab 21 : Jalan Mulai Terbuka
23
Bab 22 : Taktik Perlahan
24
Bab 23 : Pelarian Isabella
25
Bab 24 : Tikus Kematian
26
Bab 25 : Karena Kesalahan Itu
27
Bab 26 : Nyawa atau Nyawa?
28
Bab 27 : Operasi
29
Bab 28 : Menunggu Sadar
30
Bab 29 : Sesalan
31
Bab 30 : Kembali
32
Bab 31 : Perkumpulan Keluarga
33
Bab 32 : Nafas yang Kembali
34
Bab 33 : Ratunya Rayden
35
Bab 34 : Tamu Tak Diundang
36
Bab 35 : Bara yang Teredam
37
Bab 36 : Sosis Pagi
38
Bab 37 : Dunia Mereka
39
Bab 38 : Wanita Keras
40
Bab 39 : Nightwear
41
Bab 40 : Pengganggu
42
Bab 41 : Candaan Malam
43
Bab 42 : Omongan Pasien
44
Bab 43 : Percakapan Tak Biasa
45
Bab 44 : Halaman Buku Itu
46
Bab 45 : Kepala Tak Aman
47
Bab 46 : Cacat Permanen
48
Bab 47 : Salamanca
49
Bab 48 : Pemandangan Hangat
50
Bab 49 : Menghilang
51
Bab 50 : Engkau Di Mana, Piccola?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!