“Itu bukan masalah besar!” Adrian tersenyum. Saat ini, kereta telah tiba di stasiun kota guangzhou. Adrian dan Melisa, mereka berdua langsung keluar dari gerbong kereta secara bersamaan.
“Adrian, saya bolehkan menghubungi kamu jika suatu saat saya membutuhkan bantuan kamu lagi”, ucap Melisa dengan enggan untuk pergi.
“Boleh!” Adrian melambaikan tangannya dan meninggalkan Melisa di stasiun kota guangzhou bersama orang banyak.
Melisa menatap punggung Adrian yang semakin menjauh dan menghilang dari pandangan, tanpa sadar ia menyentuh pipi lembutnya.”Ada apa dengan saya? Mengapa harus saya yang berinisiatif meminta nomor telepon terlebih lebih dulu?”.
…
Adrian berjalan keluar dari stasiun kereta sambil mengamati kerumunan orang banyak dan segera menemukan namanya.
Seorang pria berjas hitam memegang sebuah papan nama tinggi-tinggi di tangannya. Disampingnya berdiri seorang wanita muda yang tampaknya berusia sekitar 30 tahunan, ia sedang menjulurkan kepala dan memandang ke arah sekelilingnya. Ada cukup banyak orang yang datang ke sini untuk menyambut kedatangan sanak saudara mereka, tetapi wanita itu, hanya berdiam diri di tempatnya semula mengenakan setelan profesional yang rapi dan bersih, dengan rambut panjangnya diikat ke belakang kepala, ia adalah wanita cantik yang berkelas.
Tidak terhitung lagi, beberapa orang banyak yang ada di sana mencoba menyapa dan mengobrol dengannya, tetapi ketika mereka melihat dua orang pengawal berotot berdiri di samping wanita itu, dengan ekspresi tegas dan mata yang setajam silet, mereka harus mengurungkan niat itu.
"Bibi!" Tepat saat wanita muda itu masih melihat sekelilingnya, tiba-tiba ia mendengar sebuah suara di telinganya, lalu ia melihat bayangan hitam tepat di depannya.
“Keponakan?” Wanita muda itu melihat Adrian, dan tertegun sejenak, lalu berseru kaget: “Kamu di sini? Aduh, sudah bertahun-tahun saya tidak melihat kamu. Penampilanmu jauh berbeda. Kulitmu lebih gelap dan lebih kurus. Bagaimana? Kamu pasti sangat menderita di kampung!"
"Tidak buruk!" Adrian tersenyum, melihat kekhawatiran di mata bibinya, dia merasa sangat tersentuh.
Bibi Adrian bernama Cecilia Lin. Dia adalah adik dari ibu kandung Adrian yang telah meninggal di saat usia Adrian baru menginjak lima tahun. Sejak saat itu Cecilia Lin yang belum lulus kuliah, dia lah yang merawat, membesarkan serta memenuhi semua kebutuhan Adrian. Bagi Adrian, Cecilia Lin hampir setara dengan ibunya. Meskipun Adrian telah berada di luar negeri selama bertahun-tahun, dia tidak lupa dan selalu memperhatikan situasi dan keadaan bibinya itu.
“Baiklah, Adrian, cepat masuk ke dalam mobil, kamu pasti lapar dan belum makan” Cecilia Lin berkata sambil menarik tangan Adrian ke dalam mobil Maserati merah yang telah terparkir di luar stasiun.
“Bibi, apakah kamu baik-baik saja beberapa tahun ini?”, di dalam mobil Adrian duduk nyaman dan bicara perlahan sambil menikmati pemandangan kota guangzhou.
“Tidak buruk!” Suara Cecilia Lin sangat lembut. Adrian tidak dapat menahan diri untuk tidak mendesah pelan saat mendengarnya.
Tiga tahun lalu, paman Adrian, yaitu suami dari Cecilia Lin meninggal dunia akibat dibunuh oleh pesaing bisnisnya. Saat itu Cecilia Lin sangat terpukul dan terpuruk, bahkan dia sempat di buru oleh pesaing bisnis suaminya itu, untung saja dia masih kuat menerima suami yang sangat dia sayangi itu meninggal secara tidak wajar. Adrian yang saat itu berada di Eropa dan mendengar kejadian itu, dia langsung memerintahkan kelompok bawah tanah yang paling ditakuti di Eropa untuk terbang ke tiongkok memburu orang yang telah membunuh pamannya itu. Adrian tidak lupa juga membantu bibinya bangkit baik materi maupun dengan pengaruhnya secara diam-diam hingga saat ini.
“Tidak apa-apa, Adrian. Bagaimana kabarmu di kampung selama bertahun-tahun ini? Apakah kamu sudah menemukan pacar?" Adrian menyingkirkan sedikit kesedihannya dan menatap Cecilia Lin dengan senyum di wajahnya.
“ ini…… ”
Adrian terbatuk, menggelengkan kepalanya, membuka tutup botol air mineral dan meminumnya sambil berkata, “Belum. Saat ini saya belum terpikirkan untuk mencari pacar”.
“Bagus, bibi kamu ini sudah menemukan jodoh untukmu. Ayo kita temui orang itu nanti!” Cecilia Lin berkata sambil tersenyum menatap Adrian.
“engah!”
Adrian yang baru saja minum seteguk air mineral, sekarang semuanya muncrat keluar dari mulutnya hingga membasahi jok mobil Maserati merah itu. Adrian menatap Cecilia Lin dengan tatapan bodoh: “Bibi, apa yang kamu katakan? Kencan buta? Kencan buta apa? Kenapa kenapa bibi tidak memberitahu saya sebelumnya?"
“hik hik, jika bibi memberitahu kamu jauh-jauh hari, kamu pasti akan menolaknya. Cecilia Lin menatap Adrian sambil tersenyum: "Kamu sudah dewasa dan tidak muda lagi, sudah saatnya memiliki pacar dan menikah!!"
“ APA……”
Adrian tidak dapat menahan diri untuk tidak melebarkan kedua bola matanya dan berkata dengan suara rendah: “Bibi, saya baru berusia 23 tahun!”.
“23 tahun itu sudah tidak muda lagi. Waktu bibi seusiamu, bibi sudah menikah!” Cecilia Lin berkata perlahan. “Sebaiknya, kamu temui dulu gadis itu hari ini apakah kamu menyukainya atau tidak. Kalau tidak, bibi akan mencarikan seseorang yang baru untukmu!".
"Baiklah kalau begitu!” Adrian sedikit tidak berdaya. Namun, di Tiongkok, dia bisa mengabaikan kata-kata siapa pun, tetapi dia tidak bisa mengabaikan kata-kata bibinya itu. Dia hanya bisa mengangguk patuh. "Tapi, bibi, bukankah seharusnya bibi membicarakannya dulu dengan saya terlebih dahulu? Sebaiknya biarkan saya berganti pakaian dulu sebelum kencan buta ini!.
Cecilia Lin mengangkat pergelangan tangannya yang indah, terlihatlah jam tangan wanita yang indah melingkar di tangannya, dan berkata sambil tersenyum: “Jangan khawatir tentang semua itu. Sekarang pukul 7:30. Bibi telah menyiapkan satu set pakaian untukmu. Ayo kita coba sekarang, kita masih ada waktu sebelum pukul 8 malam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments