Bab 4: Bayangan dalam Cermin Retak

Suara ayam jantan yang berkokok memecah keheningan pagi, namun bagi Aisyah, malam belum benar-benar berakhir. Tidurnya tak lebih dari sekadar kedipan gelisah yang diselimuti mimpi buruk—mimpi tentang masa lalu yang kini mengetuk kembali, lebih keras dari sebelumnya.

Di luar, embun menggantung di ujung dedaunan, seolah alam pun menahan napasnya untuk mendengarkan detik-detik kehidupan Aisyah yang perlahan runtuh. Rumah tempat ia bermalam terasa seperti penjara tanpa jeruji, tempat di mana kenangan berkeliaran seperti hantu lapar.

Khaerul berdiri di halaman, memandangi langit yang mulai berubah warna. Matanya menatap kosong, tapi pikirannya dipenuhi labirin pertanyaan. Surat itu, nama-nama yang tertera, simbol-simbol aneh di sudut halaman—semuanya seperti teka-teki yang saling mengunci.

"Kita harus ke rumah Haji Aswad," kata Aisyah tanpa menoleh. Ia sudah siap, jilbabnya rapi, wajahnya tegas.

Khaerul mengangguk, walau hatinya mengganjal. Rumah Haji Aswad adalah tempat terakhir yang ingin ia datangi—bukan karena takut, tapi karena ia tahu, di sanalah kebohongan yang selama ini tersembunyi bisa terbongkar dengan cara paling menyakitkan.

---

Rumah Haji Aswad berdiri di ujung kampung, seperti benteng tua yang menantang waktu. Dindingnya kokoh, namun pintu kayunya berderit seperti merintih. Saat Aisyah mengetuk, waktu seolah menahan napas.

Pintu terbuka, dan muncullah wajah yang sudah lama mereka hindari. Haji Aswad, dengan sorot mata tajam yang bisa menelanjangi batin siapa pun. "Aisyah," sapanya pendek. Tidak ada kehangatan, hanya formalitas yang dingin.

"Kami perlu bicara, Pak Haji," kata Aisyah. Suaranya mantap, meski detak jantungnya menghantam seperti palu godam.

Di dalam rumah, aroma kayu cendana bercampur debu tua menyambut mereka. Aisyah menatap sekeliling, mencari sesuatu yang lebih dari sekadar kenangan.

"Apa yang sebenarnya terjadi 20 tahun lalu? Siapa orang dalam surat itu?" tanyanya.

Haji Aswad terdiam lama. Lalu, dengan suara serak, ia menjawab, "Kebenaran tak selalu layak untuk diungkap. Kadang, ia lebih baik dikubur bersama waktu."

"Tapi aku bagian dari rahasia itu, Pak Haji! Aku berhak tahu!" Aisyah menatapnya, matanya menyala.

Haji Aswad menatap balik. "Kau anak dari seseorang yang memilih menghilang demi menyelamatkan lebih banyak jiwa. Dan rahasia itu, jika kau ungkap, akan membakar banyak nama besar."

Khaerul melangkah maju. "Kami tidak mencari sensasi. Kami mencari kebenaran."

Suasana menjadi tegang. Lalu, perlahan, Haji Aswad berjalan menuju lemari tua. Ia membuka laci tersembunyi dan mengeluarkan sebuah buku lusuh berbalut kain.

"Ini catatan ayahmu, Aisyah. Tapi aku beri peringatan: sekali kau baca ini, hidupmu tak akan sama lagi."

Aisyah menerima buku itu dengan tangan gemetar. Ketika membuka halaman pertama, sebaris tulisan membuat napasnya tercekat: "Jika kau membaca ini, maka aku telah gagal menyelamatkanmu dari takdir kelam yang sama."

---

Dari halaman ke halaman, terkuaklah nama-nama tokoh terpandang, aliran dana misterius ke yayasan-yayasan, dan jaringan pengaruh yang menyebar dari desa kecil hingga ke kota besar. Nama ibunya muncul, bukan sebagai korban, tapi sebagai pelindung rahasia—seorang penjaga garis depan yang diam-diam menyelamatkan banyak jiwa.

Aisyah menutup buku itu. Dunia terasa berguncang. Identitasnya bukan hanya seorang gadis kampung atau guru mengaji biasa. Ia adalah warisan dari sejarah yang dipenuhi pengkhianatan, pengorbanan, dan rahasia yang menunggu untuk diledakkan.

"Kita harus hati-hati," kata Khaerul. "Kalau ini tersebar ke tangan yang salah, bukan cuma nama baik, tapi nyawa yang jadi taruhan."

Aisyah mengangguk. Tapi di balik ketakutannya, ada nyala tekad. Jika ibunya memilih jalan diam untuk menyelamatkan, mungkin kini saatnya ia bersuara untuk menebusnya.

Langit siang berubah kelam. Di luar, bayangan-bayangan mulai bergerak, mengikuti setiap langkah Aisyah. Karena ketika kebenaran mulai muncul ke permukaan, selalu ada yang ingin menguburnya kembali—dengan cara apa pun.

Episodes
1 Bab 1: Bayang-Bayang yang Tak Pernah Pergi
2 Bab 2: Jejak yang Terhapus
3 Kisah inspiratif penuh misteri
4 Bab 3: Api yang Belum Padam
5 Bab 4: Bayangan dalam Cermin Retak
6 Bab 5: Di Balik Sujud yang Panjang
7 Bab 6: Jejak Darah dan Titik Terang
8 Bab 7: Bayangan yang Menyimpan Nama
9 Bab 8: Segel Makam dan Suara dari Masa Silam
10 Bab 9: Kebenaran yang Tersingkap
11 Bab 11: Janji dalam Sujud
12 Bab 12: Cahaya di Ujung Lembah
13 Bab 13: Api yang Terus Membara di Tengah Penolakan
14 Bab 14: Cahaya dari Timur
15 Bab 15: Cahaya dari Ujung Derita
16 Bab 16: Tanda-Tanda Kehidupan Baru
17 Bab 17: Bayang-Bayang Leluhur
18 Bab 18: Di Ujung Harap dan Doa
19 Aisyah
20 Bab 19: Aisyah — Di Ambang Kehidupan dan Kelahiran
21 Bab 20: Penentuan Takdir
22 Bab 21: Riak Keluarga dan Luka yang Belum Sembuh
23 Bab 22: Cahaya yang Direnggut
24 Bab 24: Gua Cahaya, Pintu Rahasia
25 Bab 25: Pelita dalam Kegelapan
26 Bab 26: Surat Tanpa Nama
27 Bab 27: Di Ambang Kegelapan
28 Bab 28: Surat Tanpa Nama dan Dunia di Antara
29 Bab 29: Jejak Parakang dan Pintu yang Terbuka
30 Bab 30: Doa yang Membakar Langit
31 Bab 31: Bayang Masa Lalu
32 Bab 32: Bayang-Bayang di Balik Kedatangan Ainun
33 Bab 33: Jejak yang Terungkap
34 Bab 34: Jejak yang Tertinggal
35 Bab 35: Bayang-Bayang di Antara Cinta dan Ujian
36 Bab 36: Di Antara Dua Cinta dan Langit yang Retak
37 Bab 37: Darah Cahaya dan Bayangan Ainun
Episodes

Updated 37 Episodes

1
Bab 1: Bayang-Bayang yang Tak Pernah Pergi
2
Bab 2: Jejak yang Terhapus
3
Kisah inspiratif penuh misteri
4
Bab 3: Api yang Belum Padam
5
Bab 4: Bayangan dalam Cermin Retak
6
Bab 5: Di Balik Sujud yang Panjang
7
Bab 6: Jejak Darah dan Titik Terang
8
Bab 7: Bayangan yang Menyimpan Nama
9
Bab 8: Segel Makam dan Suara dari Masa Silam
10
Bab 9: Kebenaran yang Tersingkap
11
Bab 11: Janji dalam Sujud
12
Bab 12: Cahaya di Ujung Lembah
13
Bab 13: Api yang Terus Membara di Tengah Penolakan
14
Bab 14: Cahaya dari Timur
15
Bab 15: Cahaya dari Ujung Derita
16
Bab 16: Tanda-Tanda Kehidupan Baru
17
Bab 17: Bayang-Bayang Leluhur
18
Bab 18: Di Ujung Harap dan Doa
19
Aisyah
20
Bab 19: Aisyah — Di Ambang Kehidupan dan Kelahiran
21
Bab 20: Penentuan Takdir
22
Bab 21: Riak Keluarga dan Luka yang Belum Sembuh
23
Bab 22: Cahaya yang Direnggut
24
Bab 24: Gua Cahaya, Pintu Rahasia
25
Bab 25: Pelita dalam Kegelapan
26
Bab 26: Surat Tanpa Nama
27
Bab 27: Di Ambang Kegelapan
28
Bab 28: Surat Tanpa Nama dan Dunia di Antara
29
Bab 29: Jejak Parakang dan Pintu yang Terbuka
30
Bab 30: Doa yang Membakar Langit
31
Bab 31: Bayang Masa Lalu
32
Bab 32: Bayang-Bayang di Balik Kedatangan Ainun
33
Bab 33: Jejak yang Terungkap
34
Bab 34: Jejak yang Tertinggal
35
Bab 35: Bayang-Bayang di Antara Cinta dan Ujian
36
Bab 36: Di Antara Dua Cinta dan Langit yang Retak
37
Bab 37: Darah Cahaya dan Bayangan Ainun

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!