Dion sempat menghubungi rumah sakit dan mendatangi rumah sakit lagi tapi Gita sudah tidak ada. Ia hanya bertemu Dr. Amanda, tapi Amanda hanya menjawab, “Pasien atas nama Gita telah keluar dari rumah sakit dan tidak tau kemana. Kami tidak menemukan data kelanjutan karena keluarganya menarik laporan.”
Dion kaget. Ia sempat datang ke rumah sakit, tapi Amanda tetap dengan cerita yang sama: Gita telah pergi
“Dia sudah mati buatmu,” kata Amanda tegas saat Dion terus mendesak.
Dion pulang dengan hati berantakan. Tapi rasa bersalah tak membuatnya berubah.
Malam-malam berikutnya masih ia habiskan bersama wanita yang selama ini menjadi selingkuhannya—ibu kandung Gita sendiri.
Sementara itu, Gita—atau sang Ratu—mulai membangun hidup baru. Ia belajar dunia modern dari Amanda: teknologi, bahasa gaul, pakaian, makanan cepat saji. Tapi dalam diam, ia tetap menyimpan kekuatannya.
Tak ada satu pun orang yang tahu bahwa dalam dirinya tersembunyi kekuatan luar biasa. Ia bisa melihat isi hati orang, membaca masa lalu, bahkan membengkokkan kenyataan dalam skala kecil—meski kekuatannya terbatas agar tak mengganggu dunia ini.
“Dunia ini lemah dalam kebenaran,” bisiknya pada Amanda suatu malam.
“Banyak orang tersenyum di luar tapi membusuk di dalam. Termasuk pria yang pernah menjadi suamiku.” ujar Gita
Amanda hanya bisa mengangguk.
Suatu malam, Gita bermimpi. Dalam mimpinya, ia melihat Gita yang asli—duduk di padang rumput, tersenyum padanya.
“Terima kasih… sudah menggantikan aku.”
“Maaf… aku tidak bisa mempertahankan hidupku. Tapi tolong, jangan biarkan mereka menyakitimu juga.”
Gita tersentak bangun dengan air mata mengalir di pipi.
Ia tahu, sejak saat itu, kehidupannya bukan lagi tentang dendam. Tapi tentang kebangkitan. Tentang menjadi lebih dari sekadar wanita yang dikhianati—ia akan menjadi wanita yang menentukan takdirnya sendiri.
Hari itu, Gita pergi ke sebuah taman umum. Amanda menyarankan agar ia mulai mengenal dunia luar, membaur seperti orang biasa. Gita menurut. Ia memakai kaus polos, jeans, dan kacamata hitam untuk menyamarkan diri.
Ia duduk di bangku taman sambil membaca. Orang-orang berlalu-lalang. Anak-anak berlarian. Di antara keramaian itu, seorang pria duduk di bangku seberang, meliriknya beberapa kali.
Pria itu tampan. Kalem. Ia membawa buku juga. Tapi matanya tak henti melirik Gita.
Gita menoleh dan tatapan mereka bertemu. Pria itu segera tersenyum kikuk.
“Maaf… saya nggak bermaksud ganggu. Tapi kamu kelihatan familiar.”
Gita tersenyum tipis. “Mungkin karena saya manusia.”
Pria itu tertawa pelan. “Jawaban yang menarik. Aku Ares.”
“Gita,” jawabnya. Tapi hatinya berbisik, “dan aku juga bukan Gita…”
“Boleh duduk di sini?” tanya Ares sambil menunjuk bangku sebelah.
Gita mengangguk. Ares duduk, dan keduanya terdiam sejenak.
“Kamu suka buku filsafat?” tanya Ares sambil melihat buku yang Gita baca.
“Bukan suka. Tapi aku sedang belajar mengerti manusia,” jawab Gita.
Ares mengerutkan dahi, lalu tertawa. “Wow. Jawaban yang berat. Tapi jujur, aku juga suka menganalisis manusia.”
Obrolan mereka mengalir begitu saja. Ares berbicara dengan hati-hati, tapi tulus. Ia tidak menggoda, tidak menghakimi. Gita bisa merasakan isi hatinya—dan ia terkejut. Hati pria ini bersih. Luka, tapi tidak busuk. Seperti tanah subur yang belum tersentuh.
Untuk pertama kalinya sejak ia hidup kembali, Gita merasakan getaran yang berbeda. Bukan karena cinta instan, tapi karena rasa damai. Pria ini… mungkin tidak akan menyakitinya.
Tapi ia belum boleh terburu-buru.
Karena kehidupan barunya baru dimulai. Dan masa lalu Gita belum sepenuhnya ditutup.
Setelah lama duduk di taman Gita pun pamit pergi begitu juga Ares, mereka pun berpisah.
Gita tidak langsung pulang ia pergi menuju tempat dimana Dion berada saat ini.
Sesampainya di rumah yang dulu di tempati Gita asli, Gita yang sekarang memandang Dion dan ibunya yang sedang bercanda dan juga bermesraan tanpa rasa malu dan juga merasa bersalah.
Mereka justru terlihat bahagia, Gita yang melihat itu hanya bisa memandang sinis pada kedua pasangan gila itu.
"CK.... CK.... CK... Tidak ada otak mereka dan lihat wanita tua itu terlihat sekali tidak tau dirinya. Maaf saja jika kalian sial karena ku karena aku bukan Gita yang masih menghormati mu sebagai ibu tapi aku sang ratu penguasa memandang mu sebagai iblis tua" ujar Gita.
"Sepertinya kau bangga sekali bisa tidur dengan pria muda, bagaimana jika aku beri 100 pria muda untuk tidur bersama mu dalam semalam?" ujar Gita dengan kilat mata tajam nya.
Sedangkan Dion dan ibu Yunita tiba tiba tubuh mereka merasa kaku dan juga merinding.
Setelah itu Gita pun pergi dari sana tanpa menoleh lagi, bersamaan kepergian Gita rumah belakang rumah terjadi kebakaran akibat sambaran petir dan itu membuat ibu Yunita dan Dion sangat kaget dan panik.
Gita tidak perduli dengan yang terjadi di belakang iya justru pergi.
Sesampainya di apartemennya Gita melihat Amanda yang juga baru pulang dari rumah sakit.
Kebetulan apartemennya bersebelahan,
"Gita.... kamu dari mana? Apa tubuhmu baik baik saja, jangan terlalu lama di luar kamu masih masa pemulihan" ujar Manda cerewet
Gita yang mendengar ucapan Amanda hanya tersenyum kecil.
"Aku baru saja dari taman dan melihat dua hama, tenang aku baik baik saja. Tumben kau sudah pulang jam segini?" tanya Gita
"Iya aku baru selesai operasi, aku sangat lelah dan memutuskan pulang apa lagi sedang tidak ada janji temu pasien" jawab Amanda lemas
Gita yang melihat itu menyentuh lengan Amanda
"Jangan terlalu lelah, pergilah mandi dengan air hangat yang sudah di campur remah agar menyegarkan tubuhmu" ujar Gita sembari memberi tau apa saja yang harus di gunakan.
Amanda memandang Gita lekat, " Kamu kok kayak tabib pengobatan tradisional, hehehe tapi baiklah akan ku coba, baiklah aku masuk dulu ingin mandi dan istirahat sebentar, setelah itu kita pergi keluar cari makan apa kamu mau?" tanya Amanda
"Sore saja karena setelah mandi kamu pasti tidur lelap sampai sore" Jawa. Gita
"Hahaha sok tau kamu, mana ada aku tidur, yaudah aku Mauk dulu sampai jumpa nanti" ujar Amanda. Lalu masuk
Sedangkan Gita hanya memandang Amanda dengan diam
"Tidak percaya ya sudah, liat saja sore nanti kamu pasti heboh karena menurut kamu aku seperti cenayang" gumam Gita lalu masuk ke apartemennya.
Sore harinya.
Benar saja setelah terbangun dari tidurnya Amanda datang ke apartemen Gita dengan heboh....
Tok.... Tok.... Tok.... Suara ketukan pintu terdengar Gita yang sudah tau itu Amanda membukanya dan tersenyum.
"Gita kamu.... Kamu bener aku ketiduran sampai gak makan siang, kamu cenayang ya..... Eh..." ujar Amanda di sertai kagetnya karena Gita juga mengucapkan hal yang sama dengannya.
"Kok bisa....?" kaget Amanda
"Iya nebak saja... Dan benar itu yang kamu katakan" jawab Gita lalu berlalu masuk di ikuti Amanda yang kebingungan.
"Sudah jangan bingung, ayo makan aku dah lapar nunggu kamu bangun jadi aku masak," ujar Gita sembari memberikan piring dan sendok.
Amanda mengikuti saja dengan wajah yang Tidka bisa di artikan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
🟢≛⃝⃕|ℙ$ Fahira 𝐸𝓊𝓃𝒳𝒾𝑒💎
gak sabar nunggu dion dan yunita hancur, ditunggu lanjutannya kak thor, semangat dan sehat selalu/Smile/
2025-05-28
1
Kusii Yaati
kalau mereka langsung hancur nggak asyik... buat menderita perlahan lahan sampai mereka hidup segan mati tak mau 😏
2025-06-03
0
𝓔𝓵𝓵𝓮
genderang mulai di tabu, jalan gita dimulai dengan hidup baru
2025-06-02
0