BAB 3 PAGI YANG BERBEDA

Pagi itu cerah, langit tampak seperti kanvas biru yang belum tersentuh. Tidak ada awan putih yang mengapung, hanya biru bersih yang membentang sejauh mata memandang. Kicauan burung bersahutan, menyambut hari baru, tapi tak mampu mengalahkan kebisingan kendaraan yang sibuk berlalu-lalang di jalan raya.

Alisa berdiri di pinggir trotoar, menatap jam di pergelangan tangannya. Jarum panjang baru saja melewati angka dua, jarum pendek hampir menyentuh angka tujuh. Masih sepuluh menit menuju pukul tujuh pagi, tapi yang ditunggu belum juga muncul. Biasanya, Rayyen sudah muncul dari arah jalan dengan motor putihnya dan senyum tipis yang selalu berhasil menghapus kantuk di wajah Alisa. Tapi hari ini, berbeda.

Ia menghela napas, lalu membuka ponselnya. Beberapa pesan WhatsApp yang dikirim semalam belum juga centang biru. Bahkan pagi ini pun belum ada kabar darinya.

Dengan sedikit ragu, Alisa menekan tombol panggil. Suara dering terdengar di telinganya.

Tuuut... tuut... tuut...

Masih belum diangkat.

“Ay, kamu udah di mana? Aku udah nungguin kamu dari tadi,” tulisnya.

Lalu diikuti dengan pesan lain.

“Kamu baik-baik aja kan?”

“Apa kamu sakit?”

“Tolong balas pesanku, jangan bikin aku khawatir.”

“Aku sendiri aja berangkatnya, takut telat, Ay. Hehehe.”

“Tolong kabarin aku secepatnya ya.”

Rentetan pesan itu dikirim semua dalam hitungan menit. Tangannya terus menggenggam ponsel, berharap keajaiban—barangkali satu atau dua centang biru akan muncul. Tapi tidak. Semua tetap abu-abu. Alisa menghela napas lagi, kali ini lebih panjang, lebih berat.

Di dalam angkot yang penuh sesak, ia duduk memeluk tas, sesekali kembali memeriksa ponsel. Matanya terus berharap, namun yang datang hanya kekecewaan. Pikirannya mulai dipenuhi pertanyaan-pertanyaan yang tak terjawab. Apa Rayyen marah? Apa ada yang salah? Tapi apa?

Biasanya, bahkan ketika sakit atau sibuk sekalipun, Rayyen tetap menyempatkan diri untuk mengirim pesan, walau hanya emoji senyum. Tapi hari ini, seolah Rayyen menghilang. Dan rasanya... menyesakkan.

Begitu sampai di depan gerbang sekolah, Alisa turun dari angkot. Langkahnya terasa berat. Ia menapaki halaman sekolah tanpa semangat, seperti seseorang yang kehilangan arah. Dan, memang benar. Ia kehilangan arah karena kehilangan sosok yang biasa menjadi penuntun paginya.

“Lis, tumben nggak bareng Rayyen? Kalian abis berantem ya?” tanya Dona, teman sekelas yang selalu kepo tapi baik hati.

Alisa langsung menghentikan langkahnya. “Rayyen udah di sekolah?” tanyanya cepat.

“Iya, udah dari tadi. Tadi aku lihat dia di lapangan basket sama anak-anak,” jawab Dona sambil menunjuk ke arah kanan.

“Oh, makasih ya Don!” Alisa segera melangkah cepat menuju lapangan basket.

Jantungnya berdetak lebih cepat. Harapannya membuncah. Barangkali, semua ini hanya salah paham. Barangkali Rayyen hanya lupa isi ulang baterai ponselnya. Atau tertidur. Atau...

Sesampainya di lapangan, Rayyen terlihat sedang duduk di pinggir lapangan, berkeringat dan kelelahan setelah main basket. Alisa melangkah mendekat, wajahnya dipenuhi rasa campur aduk.

“Ay… kenapa sih kamu nggak ngabarin?” tanya Alisa, mencoba terdengar biasa, tapi nadanya tak bisa menyembunyikan keresahan.

Teman-teman Rayyen langsung tahu diri, satu per satu mereka pergi meninggalkan dua sejoli itu.

“Dari semalam WhatsApp-ku nggak kamu bales. Kenapa?” lanjut Alisa, matanya tak bisa lepas dari wajah cowok itu.

Rayyen mengangkat kepala sebentar. “Aku ketiduran,” jawabnya singkat.

Alisa terdiam, menunggu penjelasan lebih lanjut. Tapi Rayyen tak menambahkan apa pun. Ia hanya memainkan botol minum di tangannya, tanpa memandang Alisa.

“Terus, kenapa tadi nggak ngabarin kalau nggak bisa jemput?”

“Aku buru-buru ke lapangan,” jawabnya lagi.

Jawaban yang terlalu sederhana untuk kekhawatiran yang begitu besar. Sesuatu dalam diri Alisa terasa ditarik keluar perlahan. Perasaannya mulai diselimuti rasa tidak enak. Apalagi, Rayyen tak memanggilnya “Ay,” panggilan kesayangan mereka.

“Kamu kenapa sih? Aku ada salah ya?” tanya Alisa pelan, penuh hati-hati.

Tapi belum sempat Rayyen menjawab, bel sekolah berbunyi nyaring.

“Bel udah bunyi. Yuk masuk,” kata Rayyen sambil berdiri, tanpa menyentuh tangan Alisa seperti biasa.

“Tapi, Ay... aku cuma mau tahu. Kalau aku ada salah, bilang ya. Aku minta maaf.”

“Kamu nggak salah apa-apa. Udah, yuk masuk kelas,” kata Rayyen sambil menahan ekspresi.

Mereka masuk kelas tanpa bicara, duduk di bangku masing-masing. Teman-teman mereka mulai bertanya-tanya. Biasanya, mereka akan duduk berdekatan, saling berbisik, tertawa kecil. Tapi hari ini, semua itu menghilang.

“Kayaknya lagi ada masalah rumah tangga,” bisik Jerry sambil nyikut Thomas dan Fani.

“Iya, biasanya pas masuk aja udah mesra-mesraan. Sekarang kayak dua orang asing,” timpal Fani sambil melirik ke arah mereka.

“Gue tadi liat Alisa naik angkot. Biasanya kan dianter Rayyen,” kata Thomas.

“Wah bener nih, lagi ada konflik batin. Ini saat yang tepat buat aku deketin Rayyen,” gumam Fani sambil senyum licik.

“Parah lu,” kata Jerry geli.

“Namanya juga memanfaatkan peluang,” jawab Fani santai.

“Gue mah penonton aja,” Thomas angkat tangan sambil tertawa.

Tak lama, guru masuk dan pelajaran dimulai. Tapi bagi Alisa, semuanya terasa seperti bisikan yang lewat begitu saja. Ia tak bisa fokus. Pikirannya melayang-layang, berusaha mengingat apa pun yang bisa menjelaskan perubahan sikap Rayyen.

Ketika bel istirahat berbunyi, Alisa langsung menoleh ke arah Rayyen.

“Ay, makan bareng yuk,” ajaknya dengan senyum kecil, mencoba memperbaiki suasana.

“Aku harus ke ruang OSIS. Ada rapat,” jawab Rayyen tanpa banyak ekspresi.

“Oh, ya udah. Aku bawain kamu makanan ke sana ya?”

“Hmm... nggak usah. Aku belum lapar. Aku pergi duluan ya.”

Dan begitu saja, Rayyen pergi meninggalkan Alisa di bangkunya. Hatinya terasa seperti diremuk. Dulu, sekecil apa pun waktunya, Rayyen akan selalu mengajaknya makan. Bahkan ketika sibuk pun, Rayyen tak pernah lupa memberinya perhatian.

Sekarang?

Alisa hanya duduk diam. Nafsu makannya lenyap seketika. Ia tak mengerti apa yang terjadi. Rasanya seperti mendaki bukit kabut tanpa tahu di mana ujungnya.

Di ruang OSIS, Rayyen sebenarnya tidak rapat. Ia hanya berbaring di sofa, menutup matanya dengan lengan. Diam. Membisu. Hatinya gelisah. Ia tahu ia menyakiti Alisa, tapi ia belum siap untuk bicara.

Waktu istirahat selesai. Siswa kembali ke kelas. Alisa sesekali melirik ke belakang, ke arah tempat duduk Rayyen. Tapi Rayyen tak menunjukkan tanda-tanda memperhatikan.

Alisa tertunduk lesu. Ia bahkan ditegur Pak Mahmud karena melamun di tengah pelajaran.

Pukul dua siang. Sekolah usai. Alisa berdiri perlahan, menatap Rayyen yang sedang memasukkan buku ke tasnya.

“Ay, kita belajar bareng hari ini?” tanyanya lembut.

“Aku nggak bisa. Harus anter Mama ke arisan,” jawab Rayyen sambil mengangkat tas.

“Oh gitu... ya udah aku pulang duluan aja, daripada kamu telat.”

“Iya.”

Hanya satu kata. Tapi cukup untuk menampar hati Alisa. Dulu, bahkan untuk acara arisan pun, Rayyen akan memastikan ia pulang dengan aman terlebih dahulu. Kini, semua terasa asing. Jauh. Hambar.

Alisa menatap punggung Rayyen yang perlahan menghilang dari pandangannya.

“Sepertinya... Rayyen sedang menjauh,” batinnya, lirih.

Terpopuler

Comments

Isolde

Isolde

Gemes deh!

2025-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ALISA VERONICA
2 BAB 2 ATURAN PANTI
3 BAB 3 PAGI YANG BERBEDA
4 BAB 4 KETIDAKPASTIAN YANG MENYESAKKAN
5 BAB 5 GANTUNG
6 BAB 6 HUJAN & KEPERGIAN
7 BAB 7 RUMAH SAKIT
8 BAB 8 AWAL YANG BARU
9 BAB 9 PERSIAPAN MENUJU JAKARTA
10 BAB 10 DONA AYUMI KUSUMA
11 BAB 11 JAKARTA
12 ENAM TAHUN KEMUDIAN
13 BERTEMU MASA LALU
14 CERITA PAGI
15 RAYYEN FERDINAND
16 FRISKA UTAMI
17 PERTEMUAN YANG TAK DIINGINKAN
18 DIA SIAPA?
19 MOVE ON
20 BERTEMU ADIKMU
21 HASIL PENYELIDIKAN
22 TES DNA
23 SEBUAH KEBENARAN
24 ANAK KANDUNG
25 ZAHRA AMELIA WIJAYA
26 ANAK KONGLONGMERAT
27 BERTEMU RIVAL
28 JERRY & RAYYEN
29 CERITA ALISA
30 PERTEMUAN TAK TERDUGA
31 BERTEPUK SEBELAH TANGAN
32 MEMBUNTUTI KEVIN
33 BAPAK-BAPAK SIALAN
34 KUCING DAN TIKUS
35 DRAMA RUMAH TANGGA
36 KEVIN SELINGKUH
37 PUTUS DENGAN KEVIN
38 MENGHIBUR DONA
39 DIA SIAPA?
40 KETULUSAN MARKO
41 PEWARIS DAN PERINTIS
42 NASEHAT UNTUK DONA
43 PUTUS? ALHAMDULILLAH
44 BERMAIN GOLF
45 TAWARAN DI PERUSAHAAN PAPA
46 RENCANA RAYYEN
47 KEBENARAN TAK TERDUGA
48 ALISA ANAK KANDUNG WIJAYA
49 BERTEMU MANTAN
50 HUFTTT, MEREKA LAGI
51 DILABRAK
52 SEBUAH RENCANA LICIK
53 CEO CANTIK
54 HOT NEWS
55 KEBAKARAN TOKO
56 BUKTI KEBAKARAN
57 RENCANA WIJAYA
58 MENARIK SAHAM
59 FRISKA DITAMPAR
60 ANCAMAN ALISA
61 MERASA KALAH
62 SALING BERHARAP
63 PERDEBATAN DI KELUARGA HANDOKO
64 TETANGGA KECIL MARKO
65 ALISA CEMBURU
66 NABILA HAMIL
67 MERAYU ALISA
68 PERINGATAN UNTUK FRISKA
69 RENCANA DONA
Episodes

Updated 69 Episodes

1
BAB 1 ALISA VERONICA
2
BAB 2 ATURAN PANTI
3
BAB 3 PAGI YANG BERBEDA
4
BAB 4 KETIDAKPASTIAN YANG MENYESAKKAN
5
BAB 5 GANTUNG
6
BAB 6 HUJAN & KEPERGIAN
7
BAB 7 RUMAH SAKIT
8
BAB 8 AWAL YANG BARU
9
BAB 9 PERSIAPAN MENUJU JAKARTA
10
BAB 10 DONA AYUMI KUSUMA
11
BAB 11 JAKARTA
12
ENAM TAHUN KEMUDIAN
13
BERTEMU MASA LALU
14
CERITA PAGI
15
RAYYEN FERDINAND
16
FRISKA UTAMI
17
PERTEMUAN YANG TAK DIINGINKAN
18
DIA SIAPA?
19
MOVE ON
20
BERTEMU ADIKMU
21
HASIL PENYELIDIKAN
22
TES DNA
23
SEBUAH KEBENARAN
24
ANAK KANDUNG
25
ZAHRA AMELIA WIJAYA
26
ANAK KONGLONGMERAT
27
BERTEMU RIVAL
28
JERRY & RAYYEN
29
CERITA ALISA
30
PERTEMUAN TAK TERDUGA
31
BERTEPUK SEBELAH TANGAN
32
MEMBUNTUTI KEVIN
33
BAPAK-BAPAK SIALAN
34
KUCING DAN TIKUS
35
DRAMA RUMAH TANGGA
36
KEVIN SELINGKUH
37
PUTUS DENGAN KEVIN
38
MENGHIBUR DONA
39
DIA SIAPA?
40
KETULUSAN MARKO
41
PEWARIS DAN PERINTIS
42
NASEHAT UNTUK DONA
43
PUTUS? ALHAMDULILLAH
44
BERMAIN GOLF
45
TAWARAN DI PERUSAHAAN PAPA
46
RENCANA RAYYEN
47
KEBENARAN TAK TERDUGA
48
ALISA ANAK KANDUNG WIJAYA
49
BERTEMU MANTAN
50
HUFTTT, MEREKA LAGI
51
DILABRAK
52
SEBUAH RENCANA LICIK
53
CEO CANTIK
54
HOT NEWS
55
KEBAKARAN TOKO
56
BUKTI KEBAKARAN
57
RENCANA WIJAYA
58
MENARIK SAHAM
59
FRISKA DITAMPAR
60
ANCAMAN ALISA
61
MERASA KALAH
62
SALING BERHARAP
63
PERDEBATAN DI KELUARGA HANDOKO
64
TETANGGA KECIL MARKO
65
ALISA CEMBURU
66
NABILA HAMIL
67
MERAYU ALISA
68
PERINGATAN UNTUK FRISKA
69
RENCANA DONA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!