BAB 2 ATURAN PANTI

Di malam yang sudah sunyi dan sepi, sekali lagi Bu Rianti memanggil Alisa kembali masuk dalam ruangannya setelah percakapan kemarin malam. Ia akan menyampaikan sesuatu yang sangat penting kali ini. Nampak di wajah Bu Rianti sedikit berat untuk menyampaikannya. Alisa dapat membaca raut kecemasan di wajah tua itu.

Bu Rianti masih menggenggam tangan Alisa erat. Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan hatinya sebelum menyampaikan sesuatu yang berat.

“Ada hal yang ingin ibu sampaikan, Nak.” ucap Bu Rianti lirih. “Sebenarnya, Ibu berat mengatakannya, tapi ini sudah jadi aturan panti. Setelah kamu lulus SMA—artinya saat kamu sudah berusia tujuh belas tahun—kamu harus meninggalkan panti ini. Kami tidak bisa lagi menanggung biaya hidup dan tempat tinggalmu. Kamu pasti sudah tahu soal aturan ini, kan?”

Alisa menghela napas lemah. Ternyata, waktunya hampir tiba—waktu untuk meninggalkan tempat yang selama ini menjadi rumah baginya.

“Aku tahu, Bu... Tapi rasanya nggak nyangka, ya. Waktu berjalan cepat. Nggak kerasa aku harus ninggalin Ibu dan adik-adik di sini. Aku pasti bakal kangen banget sama semua orang... sama panti ini juga.”

Bu Rianti langsung memeluk Alisa dengan hangat.

“Ibu juga pasti kangen, Nak. Kamu anak baik, selalu peduli dan penuh kasih pada adik-adikmu. Ibu yakin kamu bisa menghadapi dunia luar. Iya, di luar sana itu keras... Tapi kamu juga kuat. Karakter dan kedewasaanmu akan diuji. Pesan Ibu satu saja: tetaplah jadi orang baik. Tapi jangan biarkan dirimu ditindas kalau kamu nggak salah. Jangan biarkan siapa pun memperlakukanmu semena-mena, ya.”

“Iya, Bu. Alisa akan ingat nasihat Ibu,” jawab Alisa, melepaskan pelukan perlahan.

“Tenang saja, kamu masih boleh mampir dan nginap di sini kalau lagi kangen, kok,” ucap Bu Rianti tersenyum.

“Iya, Bu. Terima kasih...”

“Sebagai bentuk tanggung jawab terakhir dari panti, Ibu juga akan kasih uang pegangan sebesar lima juta rupiah. Itu cukup untuk sewa kos dan kebutuhan sehari-hari sampai kamu dapat pekerjaan.”

“Terima kasih banyak, Bu... Panti ini memang luar biasa bertanggung jawab. Aku bersyukur bisa dibesarkan di sini, meskipun mungkin aku dilahirkan tanpa diinginkan. Aku dibuang, tapi Ibu menerima dan merawat aku sepenuh hati.”

“Jangan bilang begitu, Nak. Kadang orang tua punya alasan tertentu menitipkan anaknya di panti. Bukan berarti kamu nggak diinginkan. Jangan buru-buru menilai mereka buruk, ya.”

“Tapi, Bu... Aku merasa mereka memang nggak ingin aku lahir ke dunia ini. Mereka tega banget menaruh aku di depan pintu panti waktu hujan deras. Kenapa mereka sampai setega itu, Bu?” tanya Alisa dengan suara bergetar.

Alisa tahu kisahnya sejak awal, karena Bu Rianti pernah menceritakannya. Saat itu, hujan turun sangat deras disertai angin kencang. Bu Rianti baru saja datang dari Jakarta untuk mengurus peresmian Panti Asuhan Kasih. Di depan pintu, ia menemukan sebuah kotak. Di dalamnya, seorang bayi perempuan yang masih merah, menangis keras, bibirnya membiru karena kedinginan.

Bu Rianti panik dan segera membawa bayi itu masuk ke dalam rumah. Ia menghangatkan tubuh bayi itu, lalu memberinya susu. Setelah bayi itu tertidur, Bu Rianti memeriksa kotak tadi, barangkali ada surat atau petunjuk. Tapi yang ia temukan hanya kalung kecil dengan cincin bertuliskan nama: Alisa Veronica. Maka, sejak saat itu, bayi itu pun diberi nama sesuai tulisan di cincin tersebut.

Mengingat kembali kisah itu, wajah Bu Rianti tampak diliputi kesedihan.

“Apapun alasan mereka meninggalkanmu di sini, Ibu harap kamu tidak menyimpan dendam. Doakan saja yang terbaik untuk mereka. Kalau mereka masih hidup, mungkin suatu saat kamu bisa bertemu. Tapi kalau mereka sudah tiada, kirimkan Al-Fatihah untuk mereka, ya.”

“Aku justru takut bertemu mereka, Bu. Aku takut kecewa lagi. Takut ditinggal untuk yang kedua kali.”

Bu Rianti mengelus kepala Alisa dengan lembut.

“Allah tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Meskipun kamu nggak ingin bertemu mereka, kalau Allah berkehendak, kamu nggak bisa menghindar. Hadapilah semuanya dengan lapang dada dan ikhlas.”

Alisa hanya terdiam. Pikirannya sudah terlalu penuh.

“Kalau begitu, kembalilah ke kamar. Ibu juga ingin istirahat,” ucap Bu Rianti lembut.

“Baik, Bu. Selamat malam.” Alisa memeluk Bu Rianti sekali lagi sebelum melangkah pergi.

________________________________________

Sementara itu, di rumah Ferdinan, Rayyen baru saja duduk di ruang keluarga saat suara berat ayahnya menyambut tajam.

“Dari mana saja kamu? Jam segini baru pulang. Apa sekolah sekarang pulangnya malam?”

“Baru pulang sekolah, Yah. Tadi Rayyen belajar bareng,” jawab Rayyen santai.

“Belajar bareng dengan gadis panti itu lagi?” tanya Ferdinan dingin.

“Namanya Alisa, Yah. Dia bukan sekadar 'gadis panti'.”

“Ayah nggak peduli namanya siapa. Ayah sudah sering bilang, jangan dekat-dekat dengan dia. Tapi kamu susah banget dengar omongan orang tua, ya?”

Melisa, ibu Rayyen, datang membawa secangkir kopi. Ia langsung menimpali.

“Iya, Mama juga heran. Apa sih yang kamu lihat dari gadis kampungan itu? Kamu nggak sadar selama ini dia cuma manfaatin kamu?”

“Maksud Mama apa?” tanya Rayyen, mulai bingung.

“Kamu pikir kami nggak tahu kalau kamu suka bantu panti itu? Semua yang kamu lakukan, kami tahu. Kamu terlalu terbuka, Rayyen.”

“Jadi Mama dan Ayah memata-matai aku?”

“Tentu saja. Kami orang tua kamu. Kami ingin kamu dapat yang terbaik, termasuk soal pasangan. Dan gadis itu... dia bukan dari latar belakang yang pantas.”

“Ayah, Mama... Jangan bicara seperti itu soal Alisa. Memang dia besar di panti, tapi dia nggak pernah minta apa pun dari aku. Dia bahkan sering marah kalau aku terlalu banyak bantu panti itu.”

“Itu cuma trik murahan, Rayyen. Supaya kamu makin simpati dan kasih lebih banyak bantuan. Mereka tahu cara mainnya.”

“Enggak, Ma! Mereka bukan seperti itu. Mereka tulus...”

“Cukup!” bentak Ferdinan. “Mulai malam ini, kamu harus berhenti berhubungan dengan gadis itu. Kalau tidak, Ayah akan minta semua donatur berhenti bantu panti itu. Kamu tahu sendiri apa akibatnya kalau sampai itu terjadi.”

“Tapi, Yah…”

“Pilihan ada di tangan kamu. Kalau kamu masih nekat, jangan salahkan Ayah kalau panti itu kehilangan donaturnya. Kamu tahu artinya, kan? Anak-anak di sana akan menderita... termasuk gadis yang kamu bela itu.”

Setelah itu, Ferdinan berbalik dan meninggalkan ruangan.

“Dengar kata Ayahmu, Rayyen,” ucap Melisa menyusul. “Kami hanya ingin yang terbaik untuk masa depan kamu.”

Rayyen terdiam. Pandangannya kosong. Hatinya bergejolak hebat—antara cinta dan ancaman. Ia belum bisa melepas Alisa. Ah bukan belum, tetapi tidak bisa. Alisa adalah wanitanya, cinta pertamanya. Tapi ia juga tidak boleh egois. Kalau ia tetap keras kepala bisa saja anak-anak panti akan kena imbasnya.

Terpopuler

Comments

Jing Mingzhu5290

Jing Mingzhu5290

🤔😭😭 Akhirnya tamat juga, sedih tapi puas, terima kasih, author.

2025-05-28

1

lihat semua
Episodes
1 BAB 1 ALISA VERONICA
2 BAB 2 ATURAN PANTI
3 BAB 3 PAGI YANG BERBEDA
4 BAB 4 KETIDAKPASTIAN YANG MENYESAKKAN
5 BAB 5 GANTUNG
6 BAB 6 HUJAN & KEPERGIAN
7 BAB 7 RUMAH SAKIT
8 BAB 8 AWAL YANG BARU
9 BAB 9 PERSIAPAN MENUJU JAKARTA
10 BAB 10 DONA AYUMI KUSUMA
11 BAB 11 JAKARTA
12 ENAM TAHUN KEMUDIAN
13 BERTEMU MASA LALU
14 CERITA PAGI
15 RAYYEN FERDINAND
16 FRISKA UTAMI
17 PERTEMUAN YANG TAK DIINGINKAN
18 DIA SIAPA?
19 MOVE ON
20 BERTEMU ADIKMU
21 HASIL PENYELIDIKAN
22 TES DNA
23 SEBUAH KEBENARAN
24 ANAK KANDUNG
25 ZAHRA AMELIA WIJAYA
26 ANAK KONGLONGMERAT
27 BERTEMU RIVAL
28 JERRY & RAYYEN
29 CERITA ALISA
30 PERTEMUAN TAK TERDUGA
31 BERTEPUK SEBELAH TANGAN
32 MEMBUNTUTI KEVIN
33 BAPAK-BAPAK SIALAN
34 KUCING DAN TIKUS
35 DRAMA RUMAH TANGGA
36 KEVIN SELINGKUH
37 PUTUS DENGAN KEVIN
38 MENGHIBUR DONA
39 DIA SIAPA?
40 KETULUSAN MARKO
41 PEWARIS DAN PERINTIS
42 NASEHAT UNTUK DONA
43 PUTUS? ALHAMDULILLAH
44 BERMAIN GOLF
45 TAWARAN DI PERUSAHAAN PAPA
46 RENCANA RAYYEN
47 KEBENARAN TAK TERDUGA
48 ALISA ANAK KANDUNG WIJAYA
49 BERTEMU MANTAN
50 HUFTTT, MEREKA LAGI
51 DILABRAK
52 SEBUAH RENCANA LICIK
53 CEO CANTIK
54 HOT NEWS
55 KEBAKARAN TOKO
56 BUKTI KEBAKARAN
57 RENCANA WIJAYA
58 MENARIK SAHAM
59 FRISKA DITAMPAR
60 ANCAMAN ALISA
61 MERASA KALAH
62 SALING BERHARAP
63 PERDEBATAN DI KELUARGA HANDOKO
64 TETANGGA KECIL MARKO
65 ALISA CEMBURU
66 NABILA HAMIL
67 MERAYU ALISA
68 PERINGATAN UNTUK FRISKA
69 RENCANA DONA
Episodes

Updated 69 Episodes

1
BAB 1 ALISA VERONICA
2
BAB 2 ATURAN PANTI
3
BAB 3 PAGI YANG BERBEDA
4
BAB 4 KETIDAKPASTIAN YANG MENYESAKKAN
5
BAB 5 GANTUNG
6
BAB 6 HUJAN & KEPERGIAN
7
BAB 7 RUMAH SAKIT
8
BAB 8 AWAL YANG BARU
9
BAB 9 PERSIAPAN MENUJU JAKARTA
10
BAB 10 DONA AYUMI KUSUMA
11
BAB 11 JAKARTA
12
ENAM TAHUN KEMUDIAN
13
BERTEMU MASA LALU
14
CERITA PAGI
15
RAYYEN FERDINAND
16
FRISKA UTAMI
17
PERTEMUAN YANG TAK DIINGINKAN
18
DIA SIAPA?
19
MOVE ON
20
BERTEMU ADIKMU
21
HASIL PENYELIDIKAN
22
TES DNA
23
SEBUAH KEBENARAN
24
ANAK KANDUNG
25
ZAHRA AMELIA WIJAYA
26
ANAK KONGLONGMERAT
27
BERTEMU RIVAL
28
JERRY & RAYYEN
29
CERITA ALISA
30
PERTEMUAN TAK TERDUGA
31
BERTEPUK SEBELAH TANGAN
32
MEMBUNTUTI KEVIN
33
BAPAK-BAPAK SIALAN
34
KUCING DAN TIKUS
35
DRAMA RUMAH TANGGA
36
KEVIN SELINGKUH
37
PUTUS DENGAN KEVIN
38
MENGHIBUR DONA
39
DIA SIAPA?
40
KETULUSAN MARKO
41
PEWARIS DAN PERINTIS
42
NASEHAT UNTUK DONA
43
PUTUS? ALHAMDULILLAH
44
BERMAIN GOLF
45
TAWARAN DI PERUSAHAAN PAPA
46
RENCANA RAYYEN
47
KEBENARAN TAK TERDUGA
48
ALISA ANAK KANDUNG WIJAYA
49
BERTEMU MANTAN
50
HUFTTT, MEREKA LAGI
51
DILABRAK
52
SEBUAH RENCANA LICIK
53
CEO CANTIK
54
HOT NEWS
55
KEBAKARAN TOKO
56
BUKTI KEBAKARAN
57
RENCANA WIJAYA
58
MENARIK SAHAM
59
FRISKA DITAMPAR
60
ANCAMAN ALISA
61
MERASA KALAH
62
SALING BERHARAP
63
PERDEBATAN DI KELUARGA HANDOKO
64
TETANGGA KECIL MARKO
65
ALISA CEMBURU
66
NABILA HAMIL
67
MERAYU ALISA
68
PERINGATAN UNTUK FRISKA
69
RENCANA DONA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!