Peluh membasahi dahi Miky, mendadak tenggorokannya tercekat, suara napasnya pun kian terdengar berat.
"J-jadi buk Marina dan mas ganteng ... suami istri." Miky menggeleng-gelengkan kepala, sungguh tak menyangka akan kebetulan ini. "Ternyata benar ya, dunia itu selebar daun kelor," gumamnya.
Miky menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara perlahan, ia melakukan hal itu berulang kali sampai sesuatu yang mengganjal di dadanya menghilang.
Dengan perlahan Miky mengambil ponsel milik suaminya. Dipandanginya ponsel Raga sejenak, menilik wajah cantik guru matematikanya ketika SMP dulu. Barulah setelah itu ia menekan mode sleep pada benda pintar tersebut.
Miky meremas ponsel dalam genggaman tangannya seraya berjalan ke arah nakas yang tak jauh dari sofa, diletakkannya ponsel Raga, kemudian ia kembali mendekat pada suaminya. Dirinya membentangkan selimut, menyelimuti tubuh Raga dari dada hingga ujung kaki.
Miky tersenyum kecil, dirinya berjongkok di samping Raga. Perlahan ia mengulurkan tangan ke wajah sang suami, ujung jarinya menyentuh sudut mata Raga yang meninggalkan jejak basah.
"Mas habis menangis karena rindu buk Marina atau karena pernikahan kita?" Suara Miky bergetar lirih.
Miky tercenung, matanya lekat memandangi wajah tampan Raga. Wajah yang mampu membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Kesadaran menarik diri Miky dari lubang kesedihan.
Dirinya menggeleng-gelengkan kepala. Tidak! Ia tidak ingin larut dalam kesedihan, tidak ada terpuruk dalam kamusnya.
Miky mencondongkan tubuh ke dekat telinga Raga secara hati-hati, kemudian ia membisikan sederet kalimat yang dianggapnya sebagai mantra penenang untuk Raga. "Bobok yang nyenyak ya, Mas ganteng."
Sudut bibir Miky tertarik, tangannya bergerak mengusap pipi Raga yang sedikit menusuk telapak tangannya, tampaknya Raga baru mencukur bulu-bulu wajah sebelum mereka menikah. Huh merinding! Miky bergidik.
Sesuatu di dalam diri Miky berdesir sepanjang menyentuh pipi Raga.
"Duh! Mas ganteng bikin Miky deg-deg-an aja," keluh Miky, bibir merah mudanya mencebik bak bebek.
Miky menarik tangannya dari pipi sang suami, ia bersedekap dada sambil senyam-senyum tak jelas. "Jantung Miky nggak tenang rasanya karena lihat mas ganteng, jadi mas ganteng harus dihukum," ucapnya, ia terkikik pelan karena ide cemerlang yang terlintas di kepalanya.
Miky memanyunkan bibir, ia memajukan kepala, semakin maju dan .... "Umachhh!" Bibir Miky berhasil lepas landas di atas pipi Raga, seakan lupa diri karena ketampanan suaminya yang tumpah-tumpah, Miky sampai enggan cepat-cepat menarik diri. Bibirnya terparkir lama di tempat itu.
Aksi Miky sontak membuat Raga menggeliat tak nyaman, namun matanya masih setia terpejam rapat. Buru-buru Miky menjauhkan wajahnya, walau ada rasa tak rela berjauhan dari sang suami.
"Hahhh, udah ah! Entar mas ganteng terbangun, terus marah-marah, terus makin tua terus ... emmm." Miky menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal. "Ih pusing!" keluhnya, kemudian pergi meninggalkan Raga, ia memilih untuk naik ke atas ranjang.
Dipeluknya bantal dengan erat, menggantikan Raga yang tak sudi tidur bersamanya. Malam pertama yang mengenaskan!
***
Bangun-bangun badan Raga serasa habis digebukin masa, sofa yang ia tempati tak mampu menampung tubuh jenjangnya dengan sempurna sehingga punggung bahkan lehernya terasa kaku.
Raga mendudukkan diri, merenggangkan sendi-sendinya. Ia membentangkan tangan lebar, menimbulkan bunyi perenggangan yang khas.
Krek! Krek!
Tanpa Raga sadari Miky yang ternyata sudah bangun lebih awal melihat semua pergerakannya.
"Nyeri otot pinggang mas, badan pegal linu mas ...," sindir Miky dengan bersenandung lagu iklan yang pernah melintas di televisinya.
Pergerakan Raga sontak terhenti, kepalanya yang semula ia miringkan kini menatap ke depan dengan wajah datar berkilatkan marah. Masih pagi, tapi Miky sudah membuatnya kesal saja, kalau begini terus bisa cepat tua dirinya.
Miky bangun dari posisi berbaring, ia beranjak duduk di tepi ranjang dengan wajah cerah.
"Mas ganteng sih! Ngeyel! Udah tau umur nggak lagi muda, tapi masih aja jual mah—"
"Diam!" bentak Raga, suaranya meninggi, sedangkan wajahnya tampak begitu kesal. Hal itu membuat tubuh Miky terlonjak kaget, jantungnya nyaris berhenti berdetak karena suara keras Raga menusuk gendang telinganya.
Miky yang sempat terdiam lantas mengusap dada sambil menarik napas lalu membuangnya dengan perlahan. Beberapa kali ia melakukan pengulangan sampai debar di dadanya mereda.
"Jangan marah-marah dong mas ganteng, nanti cepat tua loh!" cibir Miky sambil mendengus serta mata melotot.
Seketika itu juga wajah Raga memerah, rahangnya pun terlihat mengeras. Tua! Tua! Tua! Kalimat itu berputar-putar di kepalanya dengan suara khas Miky.
Mata Miky menangkap gelagat Raga yang mampu membuatnya merinding disko, pelan-pelan lirikan matanya turun pada kedua kepal tangan Raga.
Glek!
Tenggorokan Miky mendadak tercekat, dilihatnya kedua tangan Raga mencengkram pinggiran sofa sampai urat-urat di atas permukaan kepal tangan pria itu menonjol jelas.
Otak Miky berpikir keras, memikirkan bagaimana caranya agar kemarahan Raga meredah.
Aha! Ide cemerlang muncul di kepala Miky. Sudut bibir Miky berkedut kecil, menahan kuat agar cengiran kudanya tidak tercipta.
"Mas gant—"
"DIAM!!!" bentak Raga keras.
Sontak tubuh Miky membeku, mendadak tubuhnya bergetar ketakutan, mulutnya ia tutup rapat-rapat. Niat hati ingin menawarkan pijitan pada pria itu, eh dirinya malah disemprot dengan suara menggelegar yang membuat hidungnya kembang-kempis.
Mata Miky melirik curi ke arah Raga dengan hati-hati, namun sialnya disaat yang bersamaan Raga sedang menatapnya tajam dan dingin seakan ingin memakannya hidup-hidup.
"Aduh keberanian oh keberanian di mana kalian berada." Batin Miky menjerit panik.
Kepanikan Miky semakin bertambah ketika Raga bangkit dari duduknya, dan kini pria itu tengah melangkah ke arahnya dengan gerakan yang sengaja ... dilambatkan?
Ah tidak! Miky panik sekali rasanya, ia harus kabur, ya kabur!
Buru-buru Miky berdiri, memutar badan hendak keluar dari kamarnya. Namun, baru saja selangkah terlaksana, sebuah tangan menarik telinga kanannya sampai ia memekik kesakitan.
"Aduh aduh! Lepasin Mas ganteng!" Kaki Miky menjinjit tinggi.
Kurang ajarnya Raga menarik telinganya lebih tinggi hingga mau tak mau ia harus menjinjitkan kaki jika tak ingin telinganya copot di tangan Raga.
"Huaaa lepasin, Mas ganteng," rengek Miky. Ngilu sekali rasanya, ia benar-benar tak tahan sampai matanya berkaca-kaca.
Dengan santai Raga maju ke hadapan Miky lengkap beserta gaya pongahnya, dagu terangkat tinggi serta mata menilik sinis. Tangannya masih setia menarik telinga gadis itu, biar kapok!
"Sakit?"
Miky menatap kesal pada Raga, pria itu bertanya dengan nada mencemooh yang begitu kental. Tapi, ia tidak boleh membuat pria itu semakin marah dengan melawan, jadilah ia mengangguk singkat karena posisinya yang sulit untuk menggerakkan kepala tentunya.
Raga kelihatan senang mendengar jawaban Miky, seolah sakitnya Miky adalah hiburan baginya. Baiklah, setidaknya ia menemukan secuil hal menarik yang bisa ia lakukan dalam pernikahan ini, membuat Miky tersiksa dan berakhir meminta cerai! Brilian! pikir Raga .
Seringai muncul di bibir kissable Raga. "Bagus!"
Raga melepaskan tangannya dari telinga Miky, telinga wanita itu tampak memerah karena ulahnya, namun sungguh ia tak peduli!
Miky mendesah lega dan langsung mengusap-usap telinganya yang terasa panas sambil menatap Raga penuh kekesalan.
Pria itu bersedekap dada, mengangkat kedua alisnya seraya menyeringai ke arah Miky.
Miky yang melihatnya hanya bisa melongo tak percaya. Apa pria itu sedang mengejeknya? Dasar suami arogan!
Kekesalan Miky semakin bertambah saat Raga melenggang pergi begitu saja tanpa meminta maaf setelah apa yang telah pria itu lakukan padanya.
"Tunggu pembalasan Miky!" sungut Miky melompat-lompat bak anak kecil yang tengah marah.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Suryani
🙄🙄🙄🙄
2025-05-29
0