Bab 5. Dihadapan Melisa Dirgantara 2

"Aku malu sebagai ibumu, malu pada keluarga Dirgantara, dan malu pada orang orang yang percaya bahwa pernikahan kalian merupakan awal dari sesuatu yang baik"

Tante Melisa melirikku, lalu berkata "Dan kamu, Nadira...Kamu tidak bersalah, tapi kamu juga tidak jujur. Jangan biarkan dirimu diperlakukan seperti ini tanpa suara, aku tidak membesarkan Dewa untuk memperlakukan seorang wanita seperti ini"

Aku mengangguk pelan. "Maaf,bu..." hanya itu yang sanggup aku katakan.

Tante melisa menghela nafasnya, menyandarkan tubuhnya ke sofa, untuk pertama kalinya semenjak tadi pagi wajahnya terlihat lelah, bukan marah.

"Kalau kalian tidak bisa belajar menjadi pasangan, kalian akan saling menghancurkan...Dan aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi dibawah atap rumah ini"

Lalu matanya tersorot kepada Dewa yang diam membeku, Kali ini tatapan bukan sekedar marah, ada luka yang tersembunyi di dalam sana.

"Dan satu hal lagi" katanya pelan tapi menyayat.

"Aku tau kamu pulang ke rumah ini hanya untuk tidur."

Dewa diam. Kepalanya kembali menunduk.

"Aku tau kamu sarapan di luar,Aku tau kamu bahkan tidak pernah makan malam di rumah, kamu pergi pagi pagi lalu pulang larut malam, Terkadang kamu tidak pulang, tidak tau dimana keberadaanmu berhari hari, Bersikap seperti kau masih bujang." Tante melisa mencondongkan tubuhnya kedepan, nadanya lebih dingin dari sebelumnya.

"Meninggalkan istrimu di rumah ini, Seorang diri. Sedangkan kau kesana kemari hanya memperdulikan dirimu sendiri, Membangun tembok yang begitu besar antara kamu dan dia, Bahkan sekalipun kamu tidak mengajaknya berbicara selayaknya pasangan yang baru menikah."

Aku menunduk lebih dalam, menahan rasa malu, Semua yang dikatakan oleh tante Melisa adalah kebenaran, tapi entah mengapa jika dikatakan oleh orang lain dengan Dewa yang duduk di sebelahku, membuatnya jauh lebih nyata. Lebih menyakitkan.

"Apa yang kau inginkan Dewa!?" Nadanya tegas

"Kau tidak hanya mempermalukan Nadira, tetapi juga aku, Seakan semua yang ku ajarkan kepadamu adalah omong kosong."

"Malam ini, Kalian bicara, kalian tidur di kamar yang sama. Dan mulai besok, kamu pulang sebagai seorang suami. Bukan sebagai tamu."

Dia berdiri dan meninggalkan kami berdua di ruang tamu, Disusul oleh asistennya dan mbak yuni, sunyi membeku, Hanya suara detak jam dan napas kami yang masih terdengar. Dewa masih belum bicara. Aku juga, tetapi untuk pertama kalinya setelah menikah, kami duduk berdampingan- bukan sebagai dua orang yang ingin duduk bersama, tapi sebagai dua orang yang tidak bisa lari dari kenyataan.

......................

Kamar itu sunyi saat aku membuka pintu, lampu utama tidak dinyalakan, hanya ada cahaya dari lampu disudut meja yang menerangi sebagian ruangan.

Dewa sudah ada disana, dengan kaki selonjoran dan laptop yang terbuka diatas pahanya, jemarinya sibuk mengetik, tetapi matanya sesekali melihat layar laptop dengan malas, aku melihat dengan jelas dia tidak benar benar fokus, atau mungkin dia tidak sibuk, dia hanya berusaha melakukan sesuatu agar tidak perlu menyapaku.

Aku menarik nafas lalu menutup pintu perlahan, suara putaran kunci terdengar sangat jelas di telingaku. Aku berdiri disana beberapa detik, mengatur nafas dan menyiapkan kata kata. Kamar yang besar dan nyaman ini terasa terlalu sempit untuk dua orang yang tidak benar benar pernah saling bicara.

"Aku minta maaf," Kata ku akhirnya.

Dewa tidak menjawab, dia hanya berhenti mengetik sebentar lalu melanjutkannya lagi.Tapi aku tau dia mendengarku.

"Aku tidak tau kenapa ibu tiba tiba datang kesini, aku tidak pernah bilang apa apa ke beliau." Lanjutku, suaraku bergetar sedikit. "Dan meskipun bisa, aku tidak akan menyalahkanmu dan mengadu kepada ibu..."

Dewa menutup laptopnya pelan, menaruhnya di samping dan akhirnya menatap ku, dengan wajah datar dia berkata.

"Aku tau"

Jawabannya singkat, berhasil membuatku mengerutkan alis, penasaran.

"Kamu tau?" tanyaku

"Itu semua mbak Yuni yang mengadu kepada Ibu, Dari dulu ibu selalu punya seseorang yang dia minta untuk mengawasiku, Aku tidak terlalu terkejut saat dia datang tadi pagi." Ini kalimat terpanjang yang pernah dia ucapkan kepadaku,sejauh ini.

Aku ingin duduk, tapi aku bingung duduk di mana, akhirnya aku memilih untuk duduk di ujung ranjang, tetap menjaga jarak dari dirinya.

Episodes
1 bab 1. Rumah Tanpa Suara
2 Bab 2. Malam Itu,Tanpa Senyum
3 Bab 3.Menikahi lekaki Asing
4 Bab 4. Dihadapan Melisa Dirgantara 1.
5 Bab 5. Dihadapan Melisa Dirgantara 2
6 Bab 6. Aku Tidak Bisa Mencintaimu, Nadira
7 Bab 7. Sendiri
8 Bab 8. Penelusuran Masalalu
9 Bab 9. Jalanan Kota
10 Bab 10. Kediaman Dirgantara
11 Bab 11. Jaga Dirimu Nadira
12 Bab 12. Gairah Panas
13 Bab 13. Sama Sepertiku,Kesepian.
14 Bab 14. Rok pendek
15 Bab 15. Kalian tidak mengerti. Dewa 1.
16 Bab 16. Menyedihkan, Nadira
17 Bab 17. Kai dan Saka. 1
18 Bab 18. Kalian Benar.
19 Bab 19. Ayo Saka!.
20 Bab 20. Ini Hanya Prihal Waktu.
21 Bab 21.Tempat Untuk Minum Teh
22 Bab 22. Kedatangan Tante Melisa v1
23 Bab 23. Kedatangan Tante Melisa V2
24 Bab 24. Sebuah Isakan.
25 Bab 25. Malam Dan Rahasianya.
26 Bab 26. Senyuman Tipis.
27 Bab 27. Bioskop.
28 Bab 28. Kedatangan Tante Melisa V3
29 Bab 29. Dewa, Aku Takut.
30 Bab 30. Tidurlah, Aku Ada Disini.
31 Bab 31. Pagi yang dingin.
32 Bab 32. Hans.
33 Bab 33. Terasa Salah.
34 Bab 34. Di Pojok Bar.
35 Bab 35. Kafe Kecil Dan Nadira.
36 Bab 36. Pertemuan.
37 Bab 37. Kejujuran
38 Bab 38. Awal Yang Baru.
39 Bab 39. Obrolan Tiga Pria.
40 Bab 40. Kehujanan.
41 Bab 41. Menjagamu
42 Bab 42. Diantara Asap dan Keputusan.
43 Bab 43. Postingan.
44 Bab 44. Kue
45 Bab 45. Kencan pertama.
46 Bab 46. Kembali Sendiri
47 Bab 47. Jejak Yang Tersimpan.
48 Bab 48. Suara Yang Dikenal.
49 Bab 49. Sebentar Saja.
50 Bab 50. Ketidaksengajaan
51 Bab 51. Rumah Yang Tak Lagi Hangat
52 Bab 52. Rumah Tanpa Kehangatan
53 Bab 53. Aku ingin pulang.
54 Bab 54. Selamat malam, Nadira
55 Bab 55. Pelukan Hangat Ibu
56 Bab 56. Kegelapan Malam.
57 Bab 57. Hampa
58 Bab 58. Hans?
59 Bab 59. Kedatangan Melisa v1
60 Bab 60. Kedatangan Melisa v2
Episodes

Updated 60 Episodes

1
bab 1. Rumah Tanpa Suara
2
Bab 2. Malam Itu,Tanpa Senyum
3
Bab 3.Menikahi lekaki Asing
4
Bab 4. Dihadapan Melisa Dirgantara 1.
5
Bab 5. Dihadapan Melisa Dirgantara 2
6
Bab 6. Aku Tidak Bisa Mencintaimu, Nadira
7
Bab 7. Sendiri
8
Bab 8. Penelusuran Masalalu
9
Bab 9. Jalanan Kota
10
Bab 10. Kediaman Dirgantara
11
Bab 11. Jaga Dirimu Nadira
12
Bab 12. Gairah Panas
13
Bab 13. Sama Sepertiku,Kesepian.
14
Bab 14. Rok pendek
15
Bab 15. Kalian tidak mengerti. Dewa 1.
16
Bab 16. Menyedihkan, Nadira
17
Bab 17. Kai dan Saka. 1
18
Bab 18. Kalian Benar.
19
Bab 19. Ayo Saka!.
20
Bab 20. Ini Hanya Prihal Waktu.
21
Bab 21.Tempat Untuk Minum Teh
22
Bab 22. Kedatangan Tante Melisa v1
23
Bab 23. Kedatangan Tante Melisa V2
24
Bab 24. Sebuah Isakan.
25
Bab 25. Malam Dan Rahasianya.
26
Bab 26. Senyuman Tipis.
27
Bab 27. Bioskop.
28
Bab 28. Kedatangan Tante Melisa V3
29
Bab 29. Dewa, Aku Takut.
30
Bab 30. Tidurlah, Aku Ada Disini.
31
Bab 31. Pagi yang dingin.
32
Bab 32. Hans.
33
Bab 33. Terasa Salah.
34
Bab 34. Di Pojok Bar.
35
Bab 35. Kafe Kecil Dan Nadira.
36
Bab 36. Pertemuan.
37
Bab 37. Kejujuran
38
Bab 38. Awal Yang Baru.
39
Bab 39. Obrolan Tiga Pria.
40
Bab 40. Kehujanan.
41
Bab 41. Menjagamu
42
Bab 42. Diantara Asap dan Keputusan.
43
Bab 43. Postingan.
44
Bab 44. Kue
45
Bab 45. Kencan pertama.
46
Bab 46. Kembali Sendiri
47
Bab 47. Jejak Yang Tersimpan.
48
Bab 48. Suara Yang Dikenal.
49
Bab 49. Sebentar Saja.
50
Bab 50. Ketidaksengajaan
51
Bab 51. Rumah Yang Tak Lagi Hangat
52
Bab 52. Rumah Tanpa Kehangatan
53
Bab 53. Aku ingin pulang.
54
Bab 54. Selamat malam, Nadira
55
Bab 55. Pelukan Hangat Ibu
56
Bab 56. Kegelapan Malam.
57
Bab 57. Hampa
58
Bab 58. Hans?
59
Bab 59. Kedatangan Melisa v1
60
Bab 60. Kedatangan Melisa v2

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!