Bab 4: Pindah

Resepsi pernikahan hanya berlangsung 2 hari, hal ini merupakan adat dan budaya di daerahnya. Malam ini Alena sedang mengemasi barangnya untuk pindah ke rumah suaminya, Ahen.

'tok tok tok'.

Alena membuka pintu dan mendapati Ibunya berdiri di depan pintu.

"Mama,"

"Suamimu mana?" tanya Ibu Alena sambil celingak-celinguk.

"Mandi, Ma. Sini masuk." ajak Alena sambil menarik tangan Ibunya.

"Terimakasih ya, Nak."

Alena hanya tersenyum. Ibu Alena menunjukkan sebuah kotak yang serupa dengan kotak perhiasan.

"Apa ini, Ma?"

"Ini..." Ibu Alena menggantung kalimatnya, ia membuka kotak itu dan berisikan cincin emas dengan ukiran yang sederhana.

"Ini cincin peninggalan Ibunya Mama, Nenek kamu." Ibu Alena melanjutkan kalimatnya dan meraih tangan kiri Alena.

"Peninggalan nenek? Alena baru tau." ujar Alena sambil memperhatikan Ibunya yang sedang melingkarkan cincin tersebut di jari tengah Alena.

"Iya, karena cincin ini baru di perlihatkan ketika anak yang akan mewarisinya menikah. Pakai cincin ini minimal 2 minggu, maksimal 1 bulan. Jangan pernah kamu jual cincin ini, simpanlah untuk anakmu kelak."

"Kenapa ada batas waktunya, Ma?"

"Nenek kamu dulu juga bilangnya gitu ke Mama, dia percaya 2 minggu pakai cincin ini merupakan salah satu daya tarik rezeki di rumah tangga kamu. Dan batas 1 bulan pakai itu adalah waktu Nenek kamu bisa di terima oleh mertuanya dulu dengan lapang dada."

Alena merasa ini tidak masuk akal. Tetapi demi menyenangkan Ibunya ia pun menurutinya.

"Di jaga betul-betul loh, Len. Jangan ceroboh."

"Iya, Ma."

Suara air tidak lagi terdengar dari kamar mandi, Ibu Alena pun pamit.

"Sepertinya suamimu sudah selesai mandi. Mama keluar dulu ya. Jangan bawa semua barangmu, sisakan untuk Mama."

"Ma, Mama ikut Alena aja yuk. Alena nggak bisa jauh dari Mama."

"Nggak bisa, Nak. Ini adalah rumah Mama dan Papa. Dan kamu, harus ikut suami kamu. Mama pasti akan telpon kamu kalau ada apa-apa." tolak Ibu Alena.

"Ya sudah, Mama keluar dulu."

Alena hanya mengangguk dan menatap punggung Ibunya yang mulai menghilang tembok, air matanya tidak mampu lagi ia bendung.

'Ceklek' pintu kamar mandi terbuka.

"Mama barusan kesini?" tanya Ahen.

"Iya lah, siapa lagi. Mama kasih aku warisan dari Nenekku."

"Wow."

Alena menghela napas. Ahen yang baru selesai mandi dan sudah mengenakan pakaian dari kamar mandi kini tengah mengeringkan rambutnya dengan handuk.

"Sekamar sama laki-laki. Aku baru ini ngalamin. Aku belum siap, jadi aku tidur di sofa aja."

"Harga diriku akan runtuh kalau aku membiarkanmu tidur disana. Lagipula aku tidak ada niatan yang seperti di kepalamu itu."

"Terus?"

"Kita akan tetap satu ranj*ang, satu tempat tidur. Aku tidak akan menyentuhmu."

"Cih, omongan laki-laki."

"Buktikan saja, aku tidak sama dengan laki-laki nakal lainnya."

Alena kembali membuang napas agak kasar.

"Kau bisa pegang ucapanku."

"Hmmm."

Pada akhirnya mereka tetap tidur dalam tempat tidur yang sama tetapi di tengah mereka ada tumpukan bantal yang menjadi penghalang.

"Apa kau tidak menyesal menikah denganku?" tanya Ahen secara tiba-tiba, Alena yang mulai mengantuk dan dengan mata yang mulai terpejam sangat malas meladeni pertanyaan suaminya itu.

"Selama uangmu banyak, aku tidak masalah."

"Cih, perempuan memang begitu."

"Berarti ibu dan istri pertamamu dulu juga begitu."

Ahen mengepalkan tangan dengan wajah yang memerah.

"Di dunia ini, tidak ada yang boleh merendahkan Salma. Termasuk dirimu. Bahkan dirimu tidak lebih baik darinya."

Mendengar kalimat itu, Alena langsung kembali segar dan rasa kantuknya hilang.

"Oh ya?! Kau duluan tadi ya, Aku kan cuma jawab spontan."

Pada akhirnya mereka terus cekcok selama kurang lebih 30 menit dan Alena memilih mengalah.

"Kalau bukan demi Ibuku, aku tidak sudi menikah dengan perempuan keras kepala sepertimu."

Alena diam sambil menahan amarah.

"Terserah, dasar gila." balas Alena sambil menarik selimut.

"Apa kau bilang?!"

Alena tidak menghiraukan suaminya dan memilih untuk tidur.

Keesokan paginya, setelah selesai sarapan, Alena dan Ahen berpamitan pada Ibu Alena.

"Mama, aku pasti akan sering main kesini. Mama harus selalu kabarin aku pokoknya." ucap Alena sambil menangis.

"Iya, Nak. Udah, jangan nangis. Nanti Mama ikut nangis."

Ibu Alena langsung memeluk Alena dan tangis Alena seketika pecah. Setelah tenang, Alena bersama Ahen keluar dari rumah, Ahen membukakan pintu untuk Alena sedangkan Alena terlihat kembali memeluk Ibunya.

Kini Alena sudah berada di dalam mobil. Ahen menghampiri Ibu mertuanya dan berpamitan.

"Nak, titip Alena ya. Tolong jangan kasar padanya, dia tidak bisa di kasari, cengeng."

"Iya, Ma. Aku akan menjaganya."

"Terimakasih."

Ahen mengangguk lalu masuk ke dalam mobil.

****************

Malam harinya mereka baru sampai di rumah Ahen, siang tadi mereka mampir dulu ke rumah orang tua Ahen yang hanya berbeda kecamatan saja.

Alena masuk ke dalam rumah dan menyapu pemandangan di depannya dengan kedua matanya yang bersinar.

"Ini rumahmu sendiri?"

"Iya."

"Masih kredit atau gimana?"

"Mulutmu itu selalu sembarangan. Ini rumah aku beli cash saat masih bersama Salma."

Mendengar nama itu disebut, mata Alena yang tadinya memuji keindahan rumah itu langsung berubah seketika.

"Rumah ini tidak berlantai 2, Salma takut ketinggian, jadi harap maklum karena berbeda dengan rumahmu dulu."

"Iya."

"Seperti pesan Ibuku tadi, nanti orang tua dan adikku akan datang berkunjung kesini."

"Aku inget."

"Eh, Tuan dan Nyonya sudah datang ya." terdengar suara dari arah belakang, Alena dan Ahen langsung memutar badan dan melihat seseorang yang merupakan ART di rumah itu.

"Ini Bi Mia. ART disini. Jika kau butuh apa-apa bilang saja padanya."

"Nyonya, selamat datang. Saya Mia. Nama asli Miasi tapi biasa di panggil Mia."

"Iya. Saya Alena."

"Bi, tolong antar Nyonya ke kamar yang sudah saya siapkan itu ya. Saya ada urusan."

"Baik, Tuan."

Ahen langsung melangkah pergi tanpa berkata apapun lagi pada Alena.

"Mau kemana itu, Bi?" tanya Alena dengan suara pelan.

"Oh itu Tuan hari ini katanya sih mau ngecek toko cabang yang baru buka."

"Oh."

"Ayo Nyonya, saya antar ke kamar."

Alena mengangguk. Mereka sudah sampai di depan kamar Alena.

"Makasih banyak ya, Bi."

"Sama-sama, Nyonya. Oh iya, Nyonya mau makan apa?"

Alena menggeleng.

"Aku udah kenyang."

"Ya sudah kalau begitu Nyonya istirahat saja. Nanti kalau butuh apa-apa, panggil saya."

Alena mengangguk. Ia pun masuk ke dalam kamar dan lagi-lagi memandangi isi ruangan tersebut.

Alena membuka gorden jendela dan mendapati kamarnya berhadapan langsung dengan kolam renang.

"Oke, bagus juga." gumam Alena.

Alena memutuskan untuk membersihkan diri, jaga-jaga mertuanya yang mungkin saja tiba-tiba datang. Dan benar saja, selang 30 menit, Bi Mia mengetuk pintu kamar Alena dan mengabarkan bahwa mertua dan adik iparnya datang.

Alena keluar dari kamarnya dan pergi menemui mereka.

"Mereka di mana, Bi?"

"Di ruang tamu, Nyonya."

"Tan-"

"Eh, Mama maksudnya." sapa Alena dari kejauhan dan sudah menyiapkan mimik wajah gembira.

Mertua dan adik iparnya pun sontak menoleh ke arah sumber suara. Langkah Alena terhenti, Alena merasa seolah waktu sedang berhenti berputar. Jantungnya berdegup kencang, raut wajah gembiranya perlahan memudar.

Mertuanya keheranan melihat hal tersebut.

"Alena, kamu kenapa?" tanya Ibu Mertuanya.

"M-Ma, dia siapa?" tanya Alena sambil menunjuk Adik iparnya dengan matanya.

"Oh, ini Adik ipar kamu. Ali, dan ini istrinya, Lili namanya."

Alena tampak masih mematung di tempatnya.

Terpopuler

Comments

ℛᵉˣ🍾⃝ ͩ ʏᷞᴜͧɴᷡᴀͣ❤️⃟Wᵃf📴

ℛᵉˣ🍾⃝ ͩ ʏᷞᴜͧɴᷡᴀͣ❤️⃟Wᵃf📴

kalau punya istri baru jangan bahas lagi istri lama engak enak jadinya istri baru mu itu. siapa itu si ali, apa dia ada hubungan dengan Alena yang engak punya pacar lagi?

2025-06-07

0

𝔸𝔻𝕐𝔸ℕ𝔸ℝ𝔸🌺

𝔸𝔻𝕐𝔸ℕ𝔸ℝ𝔸🌺

ali mantan Alena kahh kok kaget begitu,
tapi bener dehh harus nya kalau mau dijodohkan harus mau memahami sedikit sedikit bukan menghujat

2025-06-06

0

☠ 𝒜𝐿𝓊𝓃𝒶ᴳᴿ🐅

☠ 𝒜𝐿𝓊𝓃𝒶ᴳᴿ🐅

rata" anak yg mandiri dan pekerja keras tuh keras kepala , apalagi kek alena yang lama gak di dampingin seorang ayah

2025-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Tamu Mama
2 BAB 2
3 Bab 3: Sah
4 Bab 4: Pindah
5 Bab 5: Foto Rahasia
6 Bab 6
7 Bab 7: Meminta pisah
8 Bab 8: Egois
9 Bab 9: Makan Bersama
10 Bab 10
11 Bab 11: Rumah Sakit
12 Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13 Bab 13:
14 Bab 14:
15 Bab 15:
16 Bab 16:
17 bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31: Patah Hati Terbesar
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48: Kembali Bahagia
49 Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50 Bab 50
51 Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52 Bab 52:
53 Bab 53
54 Bab 54: Pilihan
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58: Rencana Pernikahan
59 Bab 59: Pernikahan Kedua
60 Bab 60: Menghindar
61 Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62 Bab 62: Kiss
63 Bab 63: Acara Perpisahan
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66: Silvi Hamil
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71: Kunjungan Mertua
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74: Belanja.
75 Bab 75: Panti Asuhan
76 Bab 76: Mantan Silvi
77 Bab 77: Memilih Selesai.
78 Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79 Bab 79
80 Bab 80: Rahasia Bocor??
81 Bab 81
82 Bab 82: Surat Misterius
83 Bab 83. Ada Kuis!
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93. Rebutan
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101: Menyatakan Perasaan
102 Bab 102: Menghabiskan Malam
103 Bab 103: Bongkar Identitas
104 Bab 104:
105 Bab 105: Perpisahan
106 Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110 Bab 110: Serangan Silvi
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120: Kisss
121 Bab 121
122 Bab 122
Episodes

Updated 122 Episodes

1
BAB 1: Tamu Mama
2
BAB 2
3
Bab 3: Sah
4
Bab 4: Pindah
5
Bab 5: Foto Rahasia
6
Bab 6
7
Bab 7: Meminta pisah
8
Bab 8: Egois
9
Bab 9: Makan Bersama
10
Bab 10
11
Bab 11: Rumah Sakit
12
Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13
Bab 13:
14
Bab 14:
15
Bab 15:
16
Bab 16:
17
bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31: Patah Hati Terbesar
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48: Kembali Bahagia
49
Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50
Bab 50
51
Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52
Bab 52:
53
Bab 53
54
Bab 54: Pilihan
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58: Rencana Pernikahan
59
Bab 59: Pernikahan Kedua
60
Bab 60: Menghindar
61
Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62
Bab 62: Kiss
63
Bab 63: Acara Perpisahan
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66: Silvi Hamil
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71: Kunjungan Mertua
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74: Belanja.
75
Bab 75: Panti Asuhan
76
Bab 76: Mantan Silvi
77
Bab 77: Memilih Selesai.
78
Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79
Bab 79
80
Bab 80: Rahasia Bocor??
81
Bab 81
82
Bab 82: Surat Misterius
83
Bab 83. Ada Kuis!
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93. Rebutan
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101: Menyatakan Perasaan
102
Bab 102: Menghabiskan Malam
103
Bab 103: Bongkar Identitas
104
Bab 104:
105
Bab 105: Perpisahan
106
Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110
Bab 110: Serangan Silvi
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120: Kisss
121
Bab 121
122
Bab 122

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!