Bab 3: Sah

"Alena, besok Mama belum tentu hidup."

Alena terdiam.

"Ini bukan tentang materi lagi. Kemampuan kamu bertahan hidup dengan mencari materi nggak perlu Mama ragukan lagi. Tapi ini tentang teman hidup."

"Aku udah cukup sama Mama."

"Dan Mama belum tentu bisa menemanimu hingga hari tuamu. Kalau Mama meninggal, terus kamu masih belum menikah, nanti kamu sama siapa? Kalau kamu menikah setelah Mama meninggal, Mama nggak bisa menilai pria itu baik enggaknya buat kamu."

Alena masih terdiam.

"Mama minta maaf, ya. Cara Mama mungkin salah, tapi Mama nggak mau ninggalin kamu sebelum kamu punya teman hidup."

"Ma, umur nggak bisa kita tebak. Kan siapa tau kita masih bakalan bareng-bareng sampek 40 tahun lagi, kan?"

Mendengar itu Ibu Alena semakin terisak.

...****************...

Keesokan harinya, hari sudah sore, Alena baru selesai menyelesaikan pekerjaannya dan anak-anak yang les privat juga sudah pulang.

"Ma, Alena berangkat." pamit Alena sambil mencium punggung tangan Ibunya.

"Nanti langsung pulang, ya."

Alena mengangguk.

"Alena pakai motor. Sekalian nanti ganti oli di bengkel langganan."

Waktu terus berjalan, waktu Maghrib pun tiba, setelah shalat Maghrib saat Alena kembali ke parkiran, ia merasakan Hp-nya bergetar.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam. Saya sudah di lokasi."

"Iya, 5 menit lagi."

Setelah mengakhiri panggilan, Alena langsung melanjutkan perjalanannya. Sesampainya di Cafe yang merupakan tempat janjian, Alena langsung duduk di meja yang sudah di pesan.

"Assalamu'alaikum." ucap Alena.

"Wa'alaikumsalam,."

Alena menghela napas melihat laki-laki di depannya yang tidak lain adalah Mahendra.

"Kenapa secepat itu berubah pikiran?" Ahen membuka pembicaraan dengan pertanyaan.

"Demi Mama." jawab Alena.

Ahen hanya menunjukkan wajah datar.

"Kenapa kita harus bertemu di luar? Saya bisa datang ke rumahmu jika ingin mendiskusikan hal ini."

"Aku nggak mau Mama denger pembicaraan kita."

"Oke."

"Duda kenapa? Selingkuh?"

Ahen menggeleng.

"Saya duda ditinggal mati. Istri saya meninggal 5 tahun lalu. Saya tidak ada rekam jejak selingkuh seperti yang kamu pikirkan."

"Orang yang ditinggal mati itu susah move on. Ngapain nikah lagi? Emang udah move on? Atau istri kamu itu meninggal gara-gara kamu siksa? Laki-laki jaman sekarang kan serba menuntut istri ini itu, nggak jauh beda sama pembantu, pelayan naps*u dan lainnya. Bedanya mereka di bayar pakai uang dan istri dibayar pakek cinta. Jadi kamu mau cari penggantinya."

Ahen mengepalkan tangan.

"Saya sudah cukup bersabar sejak kemarin menghadapi tingkahmu. Bisakah kamu itu tidak selalu berpikir buruk tentang saya?"

Alena memutar matanya.

"Saya mau di kenalkan dengan kamu juga atas permintaan Ibu saya. Bukan untuk hal menjijikkan yang kamu sebutkan tadi."

"Sekarang gimana? Aku mau ada perjanjian."

"Perjanjian pranikah? Tentang harta? Kamu mau harta berapa persen dari saya?"

"Dih. Bukan ya. Masalah harta, aku bisa sendiri."

"Sebutkan saja."

"Pertama, aku mau kita beda kamar. Kita di kamar masing-masing. Aku nggak mau tidur satu kamar denganmu apalagi di kamar bekas istrimu.

Kedua, aku tidak ingin kau membawaku ke luar kota lagi karena itu akan menjauhkanku dari Ibuku.

Ketiga, kau tidak boleh memaksaku menunaikan kewajibanku memberikan jatah tanpa persetujuanku.

Keempat, jangan batasi relasiku, jangan larang-larang aku berteman dengan siapapun.

Kelima, kita akan terlihat baik-baik saja saat bertemu dengan orang tua kita. Aku juga ingin tetap bekerja.

Ah, yang terakhir. Jangan paksa aku hamil."

Tanpa pikir panjang, Ahen setuju.

"Oke."

...****************...

Pukul 8 malam, Alena pulang.

"Maaf ya Ma, agak malam pulangnya."

"Nggak apa-apa. Gimana tadi?"

"Kami sepakat untuk mengurus pernikahan secepat mungkin. Besok lusa Ahen dan orang tuanya akan kesini untuk mendiskusikan acaranya."

Ibu Alena sangat gembira, matanya berbinar.

"Nak, kamu nggak terpaksa kan?"

Alena menggeleng.

"Apapun yang bikin Mama seneng. Mama adalah orang yang bikin Alena sekuat ini."

Mereka berdua berpelukan.

FLASHBACK ON

"Ma, umur nggak bisa kita tebak. Kan siapa tau kita masih bakalan bareng-bareng sampek 40 tahun lagi, kan?"

Mendengar itu Ibu Alena semakin terisak.

"Mama udah ngerasain tanda-tanda Mama bakal pergi, Len."

"Maksud Mama?"

"Saat orang akan meninggal, ada tanda-tandanya. Mama sadar tanda-tanda itu. Mama pengen kamu nikah itu untuk kebaikan kamu, Nak. Jangan buat Mama khawatir meninggalkanmu."

"Mama ada-ada aja. Nggak ada yang begitu." Alena berusaha tertawa.

"Mama serius. Waktu Mama nggak lama lagi. Mama nggak nuntut pengen cucu, Mama cuma pengen kamu ada temen hidup."

Alena kembali terdiam, air matanya mengalir deras, tubuhnya terasa panas dingin. Ibu Alena duduk di lantai dan menghadap Alena.

"Mama mohon." pinta Ibu Alena sambil menangkup wajah Alena.

"Jika aku mengabulkan permintaan Mama, berjanjilah Mama tidak akan lagi mengatakan hal itu."

Ibu Alena diam sambil menatap mata Alena, kemudian ia mengangguk.

"Oke. Alena mau menikah dengan dia. Mama tolong hubungi temen Mama dan minta anaknya menghubungiku. Aku akan bicara dengannya."

Ibu Alena mengangguk dan tersenyum.

"Nak, jika pilihan Mama salah dan di kemudian hari kamu tidak bahagia, Mama tidak akan memaksamu bertahan."

"Jadi Mama menjodohkan Alena dengan dia dan Mama menjamin aku akan bahagia?" tanya Alena

Ibu Alena mengiyakan.

"Kalau kata Mama ini pilihan tepat, aku percaya sama Mama. Maafin Alena ya."

FLASH BACK OFF

🍀🍀🍀🍀

1 bulan berlalu...

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Mahendra. Penghulu pun sudah datang, Alena yang sudah selesai di Make Up pun terlihat sedih.

Sedih karena ia tidak akan serumah lagi dengan Ibunya dan sedih menikah tanpa dasar rasa suka. Alena juga sudah menebak bagaimana alur kehidupan rumah tangganya kelak.

"Ya, tidak akan ada bahagia karena kami sama-sama melakukan ini untuk orang tua." gumam Alena.

"Kenapa Mbak? Kok mau nangis? Softlensnya nggak nyaman?" tanya asisten MUA.

"Enggak kok, Mbak. Aku nangis soalnya sedih bakal jauh sama Mama."

"Owalah, nanti kalau ada apa-apa sama riasannya bilang ya."

Alena mengangguk.

Ini adalah momen penting dalam acara hari ini, Ijab Kabul. Alena duduk di dalam kamar sementara Ahen melakukan akad di pelaminan. Melalui pengeras suara yang terdengar ke beberapa arah, suara pria matang itu terdengar dengan lancar dan tegas saat mengucapkan Kabul.

'Sah' terdengar suara serentak dari luar dan membuat Alena menitikkan air mata, ia memejamkan matanya.

"Selamat tinggal masa lajangku." gumam Alena pelan sambil mengatur napasnya yang mulai tidak karuan.

"Wahh! Selamat ya." ucap para teman-teman Alena yang berada di dalam kamar bersama Alena.

Alena membuka mata dan tersenyum pada teman-temannya. Mereka saling berpelukan. Terdengar MC memandu kembali acara dan meminta pengantin wanita untuk dibawa keluar menemui pengantin pria. Dengan jantung yang berdegup kencang dan langkah kecil, Alena berjalan pelan menuju pelaminan. Bagaimanapun ia harus seanggun mungkin agar rasa terpaksanya tidak terlihat.

Ahen terkesiap melihat Alena yang baru keluar dan berjalan dengan anggun, Ibu Alena terharu melihat anak tunggalnya akhirnya mengenakan pakaian sakral ini. Melihat Ibunya yang menangis haru, Alena ikut menitikkan air mata dan berusaha tersenyum pada Ibunya.

"Nampaknya pengantin pria sangat terpesona pada pengantin wanita. Mari pengantin wanita berdiri disini, saling berhadapan dengan pengantin pria."

Sesuai panduan MC, Alena mencium tangan Ahen dan Ahen menyentuh bagian kepala Alena sambil membaca do'a.

Terpopuler

Comments

ℛᵉˣ🍾⃝ ͩ ʏᷞᴜͧɴᷡᴀͣ❤️⃟Wᵃf📴

ℛᵉˣ🍾⃝ ͩ ʏᷞᴜͧɴᷡᴀͣ❤️⃟Wᵃf📴

emang bener kan yang dibilang Alena, kalau masa lalu itu susah dilupakan jadi Alena Taku itu akan membuat hal buruk padanya, mangkanya wanti wanti

2025-06-07

0

≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM

≛⃝⃕|ℙ$ 𝐀⃝🥀MEI_HMMM

pedes banget Alena🥺 tidak sepantasnya kamu blg kek gitu ke laki laki bagaimanapun juga laki laki punya harga diri yang di junjung dengan tinggi🤧

2025-06-07

0

☠ 𝒜𝐿𝓊𝓃𝒶ᴳᴿ🐅

☠ 𝒜𝐿𝓊𝓃𝒶ᴳᴿ🐅

betul karna sesuatu yang dipaksa endingnya gak bakalan baik 🤧
beda cerita kalau di novel ending tergantung author /Facepalm/

2025-06-06

0

lihat semua
Episodes
1 BAB 1: Tamu Mama
2 BAB 2
3 Bab 3: Sah
4 Bab 4: Pindah
5 Bab 5: Foto Rahasia
6 Bab 6
7 Bab 7: Meminta pisah
8 Bab 8: Egois
9 Bab 9: Makan Bersama
10 Bab 10
11 Bab 11: Rumah Sakit
12 Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13 Bab 13:
14 Bab 14:
15 Bab 15:
16 Bab 16:
17 bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31: Patah Hati Terbesar
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48: Kembali Bahagia
49 Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50 Bab 50
51 Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52 Bab 52:
53 Bab 53
54 Bab 54: Pilihan
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58: Rencana Pernikahan
59 Bab 59: Pernikahan Kedua
60 Bab 60: Menghindar
61 Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62 Bab 62: Kiss
63 Bab 63: Acara Perpisahan
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66: Silvi Hamil
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71: Kunjungan Mertua
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74: Belanja.
75 Bab 75: Panti Asuhan
76 Bab 76: Mantan Silvi
77 Bab 77: Memilih Selesai.
78 Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79 Bab 79
80 Bab 80: Rahasia Bocor??
81 Bab 81
82 Bab 82: Surat Misterius
83 Bab 83. Ada Kuis!
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93. Rebutan
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101: Menyatakan Perasaan
102 Bab 102: Menghabiskan Malam
103 Bab 103: Bongkar Identitas
104 Bab 104:
105 Bab 105: Perpisahan
106 Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110 Bab 110: Serangan Silvi
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120: Kisss
Episodes

Updated 120 Episodes

1
BAB 1: Tamu Mama
2
BAB 2
3
Bab 3: Sah
4
Bab 4: Pindah
5
Bab 5: Foto Rahasia
6
Bab 6
7
Bab 7: Meminta pisah
8
Bab 8: Egois
9
Bab 9: Makan Bersama
10
Bab 10
11
Bab 11: Rumah Sakit
12
Bab 12: Menginap Di Rumah Mertua
13
Bab 13:
14
Bab 14:
15
Bab 15:
16
Bab 16:
17
bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31: Patah Hati Terbesar
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48: Kembali Bahagia
49
Bab 49: Kamu Suka Perempuan?
50
Bab 50
51
Bab 51: Mulai Terasa Jauh
52
Bab 52:
53
Bab 53
54
Bab 54: Pilihan
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58: Rencana Pernikahan
59
Bab 59: Pernikahan Kedua
60
Bab 60: Menghindar
61
Bab 61: Mertuaku Kayaaa!
62
Bab 62: Kiss
63
Bab 63: Acara Perpisahan
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66: Silvi Hamil
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71: Kunjungan Mertua
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74: Belanja.
75
Bab 75: Panti Asuhan
76
Bab 76: Mantan Silvi
77
Bab 77: Memilih Selesai.
78
Bab 78: Hari Apes Tidak Ada di Kalender
79
Bab 79
80
Bab 80: Rahasia Bocor??
81
Bab 81
82
Bab 82: Surat Misterius
83
Bab 83. Ada Kuis!
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93. Rebutan
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101: Menyatakan Perasaan
102
Bab 102: Menghabiskan Malam
103
Bab 103: Bongkar Identitas
104
Bab 104:
105
Bab 105: Perpisahan
106
Bab 106: Tamparan Manis Untuk Silvi
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109: Hadiah Untuk Alena
110
Bab 110: Serangan Silvi
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120: Kisss

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!