"Panggil Nia keluar sekarang!" bentak Indra emosi.
Sedangkan Ismail, Hendri juga Lukman cuma diam memperhatikan.
"Sebentar aku panggilkan" ucap Wahyu.
"Ma, ma sini." panggil Wahyu ke sang istri. Tentu saja Laura kaget saat dipanggil, karena dari tadi dia menguping dari balik tembok.
Dengan ragu-ragu akhirnya Laura mendekati mereka.
"Coba mama panggilkan Nia, suruh Nia kemari!" perintah Wahyu ke istrinya.
"Itu pa..." jawab Laura terbata-bata.
"Nia.. Nggak ada dirumah." sambungnya dengan gugup.
"Nggak ada dirumah? Tadi Wahyu bilang Nia sedang belajar didalam. Kalian yang benar yang mana?!" bentak Indra dengan suara lantang.
Mendengar suara teriakan orang asing dari arah ruang tamu, Rangga, Rina dan Resi berlari keluar mengintip apa yang terjadi.
"Sebenarnya Nia dan mbok Nah sudah 3 hari pergi,kami sudah mencari kemana mana tapi belum ketemu" jawab Laura pura-pura sedih.
"Wahyu, tadi dikantor kenapa kamu nggak bilang ke saya kalau Nia dan Mbok Nah sudah pergi sejak tiga hari yang lalu?" Tanya Ismail tajam.
"Maaf pak, saya juga baru tahu tadi pas pulang kerja" bohong Wahyu.
"Coba kamu mendekat Wahyu" panggil Ismail.
Wahyu berjalan mendekati Ismail, Ismail pun juga sudah berdiri. Diremasnya pundak Wahyu perlahan, "sepertinya apa yang saya ucapkan selama ini kamu cuma anggap angin lalu."
Ismail yang sudah tidak kuat menahan amarah, melayangkan tinjunya tepat ke rahang kiri Wahyu. Masih belum puas, Ismail melayangkan sebuah pukulan lagi, kali ini tepat ke rusuknya. Wahyu yang terjatuh akibat pukulan tersebut merintih kesakitan. Semua yang melihat terdiam kaku.
"Pa... Papa!" pekik Rangga yang kaget melihat papanya yang tiba-tiba dihajar seperti itu.
"Semoga peringatan ini bisa membuat kamu sadar Wahyu, dan bila belum cukup, akan saya tambah." ucap Ismail kembali duduk seperti tidak terjadi apa apa.
Indra tersenyum puas melihat perbuatan Ismail.
"Wahyu, kamu disini cuma berstatus ayah untuk Nia. Jika Nia tidak ada disini, kamu bisa angkat kaki dari rumah ini sekarang juga."
Wahyu yang masih menahan sakit akibat pukulan Ismail mencoba berdiri dengan bantuan Rangga, kemudian menatap Indra.
"Kamu nggak bisa ngusir aku seenakmu Ndra. Aku papanya Nia." ucap Wahyu pelan.
"Kamu lupa, kamu mengemis kepadaku untuk mengijinkan kamu menikah dengan wanita sialan itu. Kamu sendiri yang menyetujui surat perjanjian tersebut, dan sekarang pun aku bisa menuntut kamu atas perselingkuhan kamu yang menghasilkan seorang anak disaat kamu masih berstatus suami Fira" ucap Indra pedas.
"Rangga, bawa saudaramu masuk! "perintah Wahyu.
"Pa, ini kenapa sebenarnya? " tanya Rangga kaget.
"Papa minta masuk Rangga! Jangan bantah papa!" bentak Wahyu.
Rangga segera menarik tangan Resi dan Rina yang ketakutan, masuk ke dalam kamar.
"Sekarang saya tidak mau tau. Kamu dengar ya, Wahyu! Sesuai dengan isi surat permohonan kamu kepada saya saat kamu ijin menikah lagi, kamu pasti masih ingat!" bentak Indra tegas.
"Kami pasti akan mencari Nia dan membawanya pulang." ucap Wahyu pelan.
"Saya tidak peduli bagaimana cara kamu mencari Nia dan Mbok Nah. Saya mau mereka pulang demgam sehat dan selamat!" sambung Ismail
"Iya Pak, saya pasti akan mencari mereka" janji Wahyu sambil tertunduk.
Indra menatap Wahyu kemudian Laura dengan tajam.
"Karena Nia dan mbok Nah tidak ada di rumah ini,maka saya sebagai pengacara dan ahli hukum keluarga Subroto akan menindak sesuai isi surat warisan dan perjanjian yang sudah disahkan secara hukum. Selama Nia tidak ada dan tinggal di dalam rumah ini, maka uang ditujukan untuk biaya hidup Nia sebesar tiga puluh lima juta rupiah per bulan akan saya bekukan!" bentak Indra.
"Mana bisa begitu! Uang itu kan dipakai untuk biaya perawatan rumah ini! Untuk bayar listrik, air, satpam, dan kebutuhan lainnya" ucap Laura marah.
Indra melirik tajam ke arah Laura.
"Anda siapa?" tanya Indra. "Anda tidak punya hak untuk menuntut atau mengambil uang sepeser pun dari harta warisan milik Fania. Dan jangan berani-beraninya Anda meninggikan suara Anda terhadap saya!" bentak Indra sambil mendelikkan mata karena emosi.
"Lalu siapa yang akan bayar biaya perawatan rumah ini kalau kami tidak diberi uang bulanan?" ucap Laura.
"Tentu saja kalian sendiri. Kalau kalian merasa keberatan silahkan angkat kaki dari rumah ini." bentak Indra.
"Dan supaya anda tahu Nyonya Wahyu, Rumah ini dan seluruh isinya diwariskan atas nama Fania Subroto. Jadi anda, dan anak-anak anda tidak berhak sedikit pun atas rumah ini. Nggak usah sok-sokan menjadi nyonya rumah di depan saya!" tekan Indra pedas.
"Juga kamu Wahyu, kamu bisa tinggal disini hanya karena status kamu sebagai ayah Nia. Dan kalau Nia tidak ada, maka kamu bisa kami usir dari sini. Saya yakin kamu paham betul isi surat warisan dari Pak Alex dan juga surat perjanjian yang kamu buat!"
Wahyu cuma terdiam, mendengar semua penjelasan dari Indra, karena memang benar adanya.
"Saya akan mencari putri saya, Nia pasti kembali kerumah ini." Wahyu menjawab dengam yakin.
"Kami tunggu berita baik dari kalian."
"Coba kamu kemari!" Perintah pak Ismail kepada Laura.
Laura tentu saja kaget dan takut disuruh mendekat ke Ismail, Ia berpikir akan dihajar juga seperti Wahyu.
"Kemari cepat!" bentak Ismail mulai tak sabar.
Dengan ragu, Laura mendekati Ismail.
"Kenapa Pak?" tanya Laura memalingkan pandangannya, karena sebenarnya dia takut melihat wajah Ismail.
"Lepas kalung yang kau pakai itu!" perintah Ismail .
"Kenapa pak? Ini kalung saya!" ketus Laura menjawab.
"Saya cukup bilang sekali, lepas sekarang kalung itu!" bentak Ismail.
"Cepat copot kalungmu ma!" bentak Wahyu juga takut.
Akhirnya Laura melepas kalung dengan hiasan batu safir merah muda tersebut. Ismail tahu, bahwa kalung tersebut adalah kalung kesayangan milik Fira. Kalung tersebut merupakan kalung langka yang didapatkan Aisyah, dari rumah lelang dengan harga lima ratus juta.
"Tadi kamu bilang ini kalung kamu, benar?" bentak pak Ismail.
"Be benar pak" jawab Laura gugup.
Pak Ismail menatap tajam ke arah Laura.
" sekali lagi saya bertanya.Benar ini milik kamu pribadi?"
"Saya dikasih oleh suami saya, Pak" jawab Laura pelan.
"Wahyu, milik siapa kalung ini!" bentak Pak Ismail keras.
"Itu.. Itu peninggalan milik Fira, Pak" jawab Wahyu sambil menunduk.
"Berani kamu memakai perhiasan peninggalan dari Fira! Wahyu, apa kamu sudah bosan hidup!" bentak pak Ismail.
"Maaf pak, saya nggak akan ulangi lagi!" jawab wahyu takut.
"Kalian dengar baik-baik, ya! Semua perhiasan peninggalan almarhumah Nyonya Fira adalah milik Nona Fania Subroto! Sekali lagi saya mengetahui kalian mengambil, menggunakan, atau menjual perhiasaan-perhiasan tersebut, jangan salahkan apabila saya melakukan tindakan kejam ke kalian!" bentak Pak Ismail tegas.
"Bawa kalung ini Ndra, itu adalah pemberian dari almarhum Nyonya Aisyah, mamanya Fira." ucap pak Ismail.
"Ingat, saya tunggu kabar dari kalian. Saya beri waktu tiga bulan. Apabila kalian tidak menemukan Fania, silahkan kalian angkat kaki dari rumah ini".
"Tidak bisa begitu dong, Ndra. tiga bulan ituwaktu yang terlalu cepat. Kemana kami harus mencari. Dan menurut surat warisan, saya berhak untuk tinggal dirumah ini selama Nia masih hidup dan sehat." jawab Wahyu cepat.
"Silakan saja, tapi saya tidak akan lagi memberi bantuan sepeser pun selama Nia tidak ada di dalam rumah ini, dan bila terjadi kerusakan atas rumah ini, saya juga berhak megusir dan menuntut kamu sesuai isi surat warisan tersebut, paham kamu!" bentak Indra keras.
Wahyu cuma bisa terdiam mendengar semua ucapan Indra.
"Ayo kita pulang Pak." ajak Indra tanpa pamit atau peduli dengan Wahyu dan Laura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
erika widahardini
baru nemuin cerita ini...bagus !! kisah ini Ada d dunia nyata jd berasa baca diary aja
2023-06-02
0
myanon
manttuuull semangat Thor 👍
2023-05-04
0
Hasrie Bakrie
Cih sok kuasa ngaku" nyonya rumah ternyata benalu
2023-05-03
0