"Anak-anak, perkenalkan teman baru kalian, namanya Fania Subroto. Ibu harap kalian bisa membantu Fania untuk dapat mengikuti pelajaran di sini,dan berteman dengan baik ya!" ucap Bu Wulan, wali kelas Nia yang baru.
"Iya Bu Guru." jawab para murid serempak.
"Fania, kamu bisa duduk di kursi sebelah Arum ya." ucap Bu Wulan sambil menunjuk ke bangku tempat duduk Arum.
Fania mengangguk dan duduk menempati bangku kosong di meja yang ditunjuk oleh bu Wulan.
**t**eng teng teng**
Bel berdentang, tanda jam istirahat di SDN Desa Anyelir.
Arum, teman sebangku Nia, langsung menyapa Nia.
"Nia kita ketemu lagi, aku Arum."
Nia menatap Arum "kita pernah bertemu?"
"Iya! di rumah pakde Rojak" jawab Arum tertawa.
"Nia kita ke kantin yuk! Disana banyak kue-kue enak loh" ajak Arum .
"Tapi aku sudah dibawakan bekal oleh Mbok Nah" kata Nia sambil mengeluarkan kotak bekalnya.
"Oh... Apa isinya Nia?" tanya Arum penasaran.
Nia membuka kotak bekal yang dibawanya dari rumah. Terlihat isinya ada roti bakar selai strawberry kesukaannya dan juga kentang goreng.
"Wah bekalmu pasti enak ya, Nia" puji Arum.
"Arum mau? Kita makan bersama ya?" jawab Nia tersenyum.
"Emang boleh aku ikut makan Nia?" tanya Arum ragu.
"Boleh! Ini buat Arum" seru Nia sambil membagi du rotinya.
"Hihi.. Makasih ya Nia! Kamu ternyata baik"
"Sama-sama" jawab Nia senang karena punya teman.
###
Di dalam salah satu ruang kerja di sebuah gedung mewah bertuliskan Perusahaan Perkasa Cemerlang, terlihat Indra sedang berbicara dengan Ismail. Mereka sedang berdiskusi bagaimana menangani masalah Wahyu dan Laura setelah Nia pindah ke desa.
" Jadi keputusannya, nanti sore sepulang kerja kita akan datangi rumah Nia." kata Ismail.
"Kita berdua, apa perlu tambah personil pak?" tanya Indra.
"Kita ajak Hendri dan Lukman saja, mereka yang paling handal"
"Baiklah kalau begitu. Sehabis pulang kantor, kita pergi ke rumah Nia." ucap Indra sudah tidak sabar melihat reaksi Wahyu dan Laura.
"Baik kalau begitu Pak. Saya permisi kembali ke kantor" pamit Indra .
Tak lama setelah Indra pergi, Ismail menekan telepon untuk memanggil sekretarisnya.
*Tok tok*
Terdengar suara pintu diketuk.
"Masuk" jawab Ismail di dalam ruangan.
Lalu nampak seorang wanita paruh baya dengan sopan berdiri didepan meja Ismail.
"Mia, kamu coba panggil Wahyu suruh menghadap saya. Kemudian kamu hubungi Hendri dan Lukman,minta mereka datang ke kantor sehabis jam kerja."perintah pak Ismail ke Mia.
"Baik, Pak." jawab Mia, sambil berjalan keluar untuk melaksanakan tugas.
*Tok tok tok*
Tak lama pintu ruangan pak Ismail pun diketuk lagi
"Masuk" terdengar suara berat Pak Ismail.
Muncul Wahyu dengan sopan menyapa
"Selamat pagi Pak, Bapak memanggil saya?" tanya Wahyu.
"Silakan duduk, Wahyu!"
"Terima kasih, Pak."
Wahyu duduk, kemudian Ismail pun ikut duduk di sofa tepat di seberang Wahyu.
Dalam hati Wahyu deg-degan, ada apa harimau ini memanggilku.
"Bagaimana tugas kerja kamu kemarin?" tanya Ismail sambil mengamati wajah Wahyu.
"Baik pak, anak perusahaan sudah langsung ditangani Pak Maul kemarin, dan saya sudah mengumpulkan laporan ke bagian keuangan tadi." jawab Wahyu cepat.
"Bagus, bagaimana keadaan keluargamu?" tanya Pak Ismail.
"Baik-baik Pak." jawab Wahyu kaget.
"Nia bagaimana? Apa Nia sudah akrab dengan ibu dan kakak tirinya?" kembali pak Ismail memancing reaksi Wahyu.
"Sudah Pak, Nia sekarang semakin akrab dengan mama dan kakak-kakaknya" jawab Wahyu .
"Baiklah, kalau semuanya baik-baik saja. Saya lega. Tapi kamu Wahyu, kamu harus ingat, walaupun Nia putrimu, tetapi hak pengawasan dan pelindungannya ada di saya, kamu mengerti kan?"
"Iya pak, saya mengerti." jawab Wahyu dengan wajah menunduk.
"Saya masih memercayai kamu sebagai ayah Nia. Selebihnya kamu nggak ada artinya buat saya Wahyu. Ingat baik-baik perkataan saya ini."
"Iya pak, akan saya ingat." ucap Wahyu.
"Kembali bekerja."
"Kalau begitu saya permisi dulu, Pak." pamit Wahyu lega karena dia pikir sudah menjawab dengan benar, 'untung aku nggak gugup tadi.'
###
Sore disaat semua karyawan sudah bersiap untuk pulang kerumah masing-masing, di dalam sebuah ruangan masih terjadi obrolan antara Ismail, Indra, Hendri dan Lukman.
"Tadi aku sempat memanggil Wahyu ke sini, Ndra. Benar-benar itu manusia, untung nggak langsung aku tonjok tadi".
"Kenapa memangnya, Pak? " tanya Indra kaget.
"Dia tidak bilang kalau Nia sudah pergi dari rumah,malah dia bilang kalau Nia baik-baik saja dan sudah akrab dengan istri dan anak-anaknya." ucap Ismail penuh emosi.
"Memang kita harus buat perhitungan dengan Wahyu, Pak!"
"Hen, bagaimana penyelidikanmu soal Laura?" tanya Indra .
"Laporan dari anak buahku, Laura dan Wahyu sering menjual perhiasan dan barang antik, tapi masih yang kecil-kecil. Laura sering nongkrong di bar, sepertinya mencari anak buah."ucap Hendri .
"Sialan benar mereka!" ucap Indra tambah emosi.
"Sabar Ndra, sabar. Kita akan buat mereka hancur dulu baru kita usir mereka dari sana. Karena bagaimanapun juga, Wahyu masih ayah kandung Nia!" ujar Pak Ismail.
"Sebagai ayah kandungnya, Wahyu masih memiliki hak asuh penuh atas Nia. Jadi kita jangan gegabah Ndra, kita harus atur rencana dengan matang!" ucap Ismail .
"Man, kamu sudah hubungi broker berlian langganan keluarga Pak Alex?" tanya Indra sambil menatap ke arah Lukman.
"Sudah bos. Saya sudah minta untuk mengeluarkan pengumuman ke semua toko perhiasan di seluruh kota ini, untuk memblokir jual-beli perhiasan dengan sertifikat atas nama Nyonya Fira atau Pak Alex, dan melaporkan ke saya" jawab Lukman tegas.
"Bagus, terus pantau jangan sampai ada toko yang menerima perhiasan milik keluarga Subroto!" perintah Indra.
"Waktu kamu membacakan surat wasiat kan memang sudah tertulis semua peninggalan Nyonya Fira baik kekayaan berupa rumah, tanah, bangunan, perusahaan, perhiasaan, dan segalanya akan menjadi milik putri tunggalnya, Fania Subroto. Apa perhiasan-perhiasan Fira nggak kamu bawa, Ndra?" tanya pak Ismail.
"Nggak pak, waktu itu Wahyu bilang dia akan menyimpan baik-baik. Katanya semua kelak untuk Nia, dia janji tidak akan menjual atau mengambil perhiasan tersebut. Lagian waktu itu Wahyu belum membawa Laura dan anak-anaknya ke dalam rumah itu." jawab Indra kesal.
"Ya sudah nanti sekalian kita bereskan semua Ndra!"
"Ayo, lebih baik sekarang kita menuju rumahnya. Kita lihat bagaimana reaksi mereka!" ajak pak Ismail sambil berdiri dari duduknya.
"Nanti kita mampir dulu menjemput wali kelas Nia ya Pak." pinta Indra.
Indra juga mengajak wali kelas lama Nia, untuk melengkapi sandiwara mereka. Supaya Wahyu juga percaya kalau Indra sama sekali tidak mengetahui kemana perginya mbok Nah dan Nia.
"Baik,ayo kita berangkat!" ajak Ismail diikuti Indra, Hendri, dan Lukman.
*Ting tong, Ting tong*
Lukman menekan bel sesampainya mereka di depan rumah yang ditinggali Wahyu sekeluarga.
Saat pintu dibuka, tampak Laura yang terkejut melihat siapa yang datang bertamu.
Tanpa permisi, Indra langsung nyelonong masuk diikuti Ismail, Hendri, Lukman, dan wali kelas lama Nia.
"Ada apa ini, kenapa kalian bertamu beramai-ramai dan main masuk saja?" tanya Laura ketus.
"Mana Wahyu suruh dia keluar!" bentak Indra kepada Laura.
Melihat wajah Indra yang tak sedap dipandang, Laura segera naik menuju kamar, untuk memanggil suaminya.
"Pa, pa itu ada Indra datang bersama Pak Ismail" Laura memberitahu Wahyu dengan cemas.
"Kok mereka bisa ke rumah kita?" tanya Wahyu juga kaget, cepat-cepat dia bangun dan turun untuk menemui tamunya.
"Selamat malam Pak Ismail,tumben malam-malam datang kemari" sapa Wahyu.
"Kami ada keperluan penting, maka kami mendadak kemari" jawab Ismail geram.
"Mari silahkan duduk Pak" ajak Wahyu pura-pura ramah.
"Nia kemana?" tanpa basi basi, Indra langsung menanyakan keberadaan Nia .
"Nia sedang didalam bersama Mbok Nah, lagi belajar." jawab Wahyu berbohong
"Kalau Nia sedang belajar kenapa sudah tiga hari dia tidak masuk sekolah!" bentak Indra marah.
"Siapa yang bilang Nia tidak masuk sekolah, bohong itu." jawab Wahyu berkelit.
"Ini wali kelas Nia, dia menghubungiku dan mengabarkan bahwa Nia sudah tiga hari tidak hadir disekolah tanpa kabar!" bentak Indra lagi, sambil menunjuk sang guru.
Tentu saja Wahyu kaget, ternyata guru Nia menghubungi Indra. Sialan aku lupa kalau Indra jadi wali di sekolah Nia, batin Wahyu takut.
"Panggil Nia keluar sekarang!" bentak Indra emosi.
Sedangkan Ismail, Hendri juga Lukman cuma diam memperhatikan.
"Sebentar aku panggilkan" ucap Wahyu.
"Ma, ma sini" panggil Wahyu ke sang istri. Tentu saja Laura kaget saat dipanggil, karena dari tadi dia menguping dari balik tembok.
Dengan ragu-ragu akhirnya Laura mendekati mereka.
"Coba mama panggilkan Nia, suruh Nia kemari!" perintah Wahyu ke istrinya.
"Itu pa..." jawab Laura terbata-bata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Ina
kapok tuh Wahyu bpk gila yg udah nikah ma ular Laura... hadapi tuh om Indra
2023-03-07
0
susi 2020
🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄
2022-12-19
0
susi 2020
😲😲😲😲😲😲
2022-12-19
0