"Saya Pak Rojak. Maaf, Ibu ada perlu apa mencari saya?" tanya Pak Rojak menatap tajam kearah tamunya.
Hani membalikan badan dan menatap pria tinggi besar dengan brewok yang memperlihatkan wajah yang sangar. Nia yang melihat Pak Rojak langsung bersembunyi di belakang punggung Hani.
"Selamat sore Pak Rojak, perkenalkan saya Hani,mama nya Nia!" jawab Hani sambil mengulurkan tangan dan disambut dengan pak Rojak.
"Nia, beri salam pada Pak Rojak! " perintah Hani.
Nia dengan takut takut akhirnya mengulurkan tangan mungil nya.
Pak Rojak menatap Nia.
"Jangan takut dengan Pakde" kata Pak Rojak lembut.
"Mari kita duduk disana, Bu" ajak pak Rojak .
Hani dan Nia mengikuti langkah Pak Rojak menuju halaman belakang yang sangat luas dan asri.
Setelah mereka duduk, Hani langsung berbicara,"Maaf pak, saya ingin anak saya Nia ikut latihan pencak silat disini, apa bisa?" tanya Hani.
Pak Rojak menatap Nia, yang terus menunduk.
"Nia coba angkat wajahmu, jangan menunduk terus, tidak baik! " perintah Pak Rojak.
Dengan takut takut Nia mengangkat wajahnya dan menatap pak Rojak.
Tatapan pak Rojak beralih ke Hani.
"Belajar pencak silat itu berat, Bu. Apa Ibu tidak masalah?" tanya Pak Rojak.
"Tidak pak, saya mau Nia bisa lebih sehat, mandiri. juga kuat dan berani " jawab Hani lugas.
"Baiklah, kalau begitu setiap Rabu dan Minggu jam 5 subuh, Nia bisa datang kesini untuk memulai latihan untuk pemula terlebih dahulu".
"Terimakasih banyak Pak. Dan maaf berapa biaya untuk latihan pencak silat disini?" tanya Hani .
"Disini saya tidak meminta bayaran, Bu. Kecuali untuk seragam, biaya lomba, atau keperluan anak2 dalam berlatih" jawab Pak Rojak tersenyum.
"Kami baru pindah hari ini pak, rumah kami yang berpagar bambu putih. Saya bekerja di Jakarta, jadi nanti Nia akan tinggal disini ditemani Mbok Na. Mohon bantuan pak Rojak untuk memperhatikan putri saya, ya Pak." pinta Hani sopan.
"Oh begitu. Baiklah Bu, rumahnya dekat berarti.Saya disini tinggal bersama istri saya."
"Nia, nanti Nia belajar pencak silat disini sama Pakde Rojak. Belajar yang rajin dan tekun ya, biar Nia sehat dan kuat!" beritahu Hani kepada Nia.
"Pencak silat itu apa ma?" tanya Nia polos.
"Pencak silat itu olahraga bela diri, supaya badan Nia sehat dan kuat" .
"Tapi Nia gak akan dipukul kan ma disini?" tanya Nia ketakutan.
"Nggak sayang, disini nggak akan ada yang memukul Nia! Kalau ada yang memukul Nia, pasti pakde Rojak akan melindungi Nia, bener kan pak?" tanya Hani ke Pak Rojak yang mendengarkan pembicaraan mereka.
"Disini Nia aman. Kalau ada yang berani memukul Nia, pasti pakde akan memarahinya" jawab pak Rojak tersenyum.
"Benar nggak akan ada yang pukul Nia?" tanya Nia sampai melebarkan matanya .
"Benar! Pakde janji Nia!" ucap Pak Rojak, yang dalam hati berpikir, 'kenapa anak sekecil ini pertanyaannya seperti itu?'
"Arum" panggil pak Rojak keras.
Muncul seorang gadis sebaya Nia dari dalam gedung,
"iya pak deee" jawab Arum.
"Ajak Nia berkenalan dengan saudara-saudaramu ya. Ajari Nia dasar-dasar pencak silat dengan baik." perintah pak Rojak.
"Ya pak de" jawab Arum sambil menggandeng tangan Nia menjauhi Pak Rojak dan Hani.
"Bu, apa Nia ada trauma?" tanya Pak Rojak tiba-tiba.
Hani memang berencana menceritakan hal ini kepada guru pencak silatnya Nia, tetali Hani cukup kaget karena Pak Rojak dahulu yang membuka pembicaraan tentang Nia.
"Sebenarnya Nia mendapat perlakuan yang tidak baik dari ibu tiri dan kakak tiri nya. Karena itu, saya dan Mbok Nah membawa Nia pindah ke desa ini, supaya Nia bisa menyembuhkan rasa takutnya bila bertemu orang lain pak." Jelas Hani singkat.
Pak Rojak kaget mendengar cerita Hani.
"Bu Hani tenang saja, saya akan mengajarkan dan melindungi Nia di desa ini. Ibu bisa tenang bekerja di Jakarta" ucap Pak Rojak tegas.
Pak Rojak membenci orang-orang yang tega menyakiti anak-anak. Pak Rojak dan istrinya sendiri sempat memiliki trauma karena kehilangan putra mereka yang berusia 11 tahun saat pak Rojak sedang dinas luar kota. Karena kehilangan putranya, Pak Rojak pensiun dini dan kembali ke desa.
Memulai hidup baru, Pak Rojak membuka sanggar pencak silat untuk anak-anak. Karena tidak bisa memiliki anak lagi, Pak Rojak sudah menganggap 15 murid nya sebagai anak-anak nya sendiri.
"Pak Rojak, kok malah diam?" tanya Hani mengagetkan pak Rojak yang sedang mengingat masa lalunya.
"Ah. Tidak apa-apa,Bu" jawab pak Rojak.
Tiba-tiba ponsel Hani berbunyi.
"Halo."
"Iya Ndra, kami lagi di gedung besar seberang rumah, nggak jauh"
"Oke, kami segera kembali" kata Hani lagi sambil menutup percakapan di telepon tersebut.
"Kalau begitu saya permisi dulu pak" pamit Hani.
"Silakan bu Hani"
Hani berjalan memasuki gedung mencari Nia, dan terlihat Nia sedang bicara dan tertawa bersama anak-anak sanggar.
"Nia, ayo pulang dulu!" panggil Hani.
"Iya ma"
Nia pamit kepada teman-teman barunya, lalu berlari menghampiri Hani.
"Kok cepat pulang nya ma, Nia senang main bersama mereka" ucap Nia.
"Nia bisa bermain lagi besok. Sekarang kita harus pulang karena Om Indra dan Mbok sudah dirumah " ucap Hani lembut.
"Nia pamit sama pakde Rojak dulu! " perintah Hani.
Lalu Nia mengambil tangan pak Rojak dan menciumnya.
"Nia pulang dulu Pakde" pamit Nia.
"Ya, besok Rabu dan Mnggu jam 5 subuh sudah mulai latihan ya Nia." pesan pak Rojak.
Nia menganggukkan kepalanya dan berjalan bergandengan tangan dengan Hani keluar dari gedung untuk kembali ke rumah.
Sesampainya di depan rumah, terlihat Mbok Nah yang sudah menunggu Nia dan Hani dengan cemas.
"Mbok Nah!" panggil Nia sambil berlarian dengan riang ke dalam pelukan mbok Nah.
"Nia darimana saja?" tanya mbok Nah lembut sambil mengusap rambut Nia.
"Nia dari sana, Mbok" jawabnya sambil menunjuk ke arah gedung yang memang terlihat dari rumah mereka.
"Ya sudah, ayo kita makan. Pasti Nia sama Non Hani sudah lapar, kan?" ajak mbok Nah kemudian.
Mereka masuk ke ruang makan dan disana Indra terlihat sedang menyiapkan piring dan gelas untuk mereka makan.
"Wah! Ada ayam goreng! Apa Nia boleh makan ayam gorengnya, Mbok?" tanya Nia dengan mata berbinar.
"Tentu saja boleh, Nia mau habiskan juga boleh" jawab Indra tersenyum.
"Makasih Om. Nia mau makan secukupnya aja saja,agar Mama Hani, Mbok Nah, dan Om Indra juga bisa makan ayam!" jawab Nia tertawa.
Setelah selesai makan, Indra, Hani, dan Nia pergi ke ruang tengah untuk menonton TV. Mbok Nah merapikan piring bekas mereka makan.
###
"Mama, ma, kamar Resi kok msh berantakan!" teriak Resi dari dalam kamarnya.
Laura yang dari kemarin pusing dengan teriakan anak-anaknya,hanya diam duduk di meja makan.
'Kemana sih pembantu sialan itu! Sudah dua hari mereka tidak pulang ke rumah. Apa mereka kabur? Tapi mau kabur kemana. Mereka kan tidak punya uang.'
Laura kaget ketika putranya Rangga memanggilnya.
"Ma, mama!" teriak Rangga.
"Rangga, kamu kenapa teriak dekat mama?"
"Mbok dan Nia sudah dua hari nggak keliatan, kemana mereka Ma?" tanya Rangga.
"Mana mama tau, mama juga lagi pusing, kemana mereka ya" Laura balik bertanya.
"Mama sudah coba tanya ke teman-teman Nia?" tanya Rangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments
Dewi Kesumawati
sedih kalo baca "nia tertawa", saking lepasnya rasa beban kesedihan dan ketakutan dalam hatinya.🥲
2023-06-20
0
Ina
rasain tuh para kaum pemalas, kalah ma Nia yg klo subuh udah bangun 😤😤😤😤
2023-03-07
0
susi 2020
🤭🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🤩
2022-12-19
0