Kreeek
Pintu terbuka, dan Kenzo membuka pintu kamar mandi dengan lebar. Ia membenahi handuknya, dan tidak sesiapapun disana, hanya keranjang pakaian kotornya yang terbalik dan berserakan.
"Hem, siapa pula yang membuat kekacauan, apakah ada tikus dikamar ini? Tetapi tidak mungkin." gumamnya lirih, lalu melangkah menghampiri keranjang pakaian kotor tersebut dan merapikannya.
Sesaat ia mengendus aroma kasturi, dan aroma itu seperti tidak asing baginya.
Ia mengenduskan indera penciumannya yang semakin lama menuju balkon dan perlahan menghilang.
"Mengapa aku seperti merasakan aroma ini sangat tak asing?" ia menutup keranjang, dan melihat ke luar dinding kaca.
Hatinya dipenuhi debaran yang begitu memburu, entah apa, tapi ia merasa sangat dekat dengan seseorang.
Sesaat ia seperti melihat sekelebat bayangan yang melintas dibalkon, lalu menghilang dengan cepat.
Kenzo mencoba menggunakan mata bathinnya, akan tetapi sepertinya terhalang oleh sesuatu, dan ia merasa gagal untuk menembusnya.
Pria itu menatap kegelapan malam dengan rasa kesepian yang semakin dalam.
Sementara itu, Adhisti datang menuju kediamannya. Ia melihat sebuah pagar ghaib yang dibuat oleh sang ibunda untuk melindungi dirinya dan juga puterinya dari serangan iblis yang menginginkan Dewi Pandita.
Adhisti menatap kaos yang bekas dipakai oleh sang suami dengan sendu. Ia mendekatkan ke wajahnya, lalu menghirup aroma khas keringat sang suami yang membuatnya begitu merindu.
Bulir bening jatuh disudut matanya, jujur saja ia merindukan pria itu, tetapi untuk saat ini, mungkin seperti ini caranya.
Sesaat ia menghentikan lamunannya dan juga fantasinya terhadap pakaian sang suami saat mendengar sebuah dendang pengantar tidur yang dinyanyikan oleh Dewi Asri dalam sebuah lirik..,
"Janganlah anak suka menangis, ayahmu jauh ya sayang dirantau orang... Janganlah anak suka menangis, ayahmu jauh ya sayang dirantau orang," Dewi Asri terlihat begitu lirih dalam menyanyikannya, namun Dita tak juga tertidur.
Seketika Adhisti mengingat akan pakaian milik suaminya yang saat ini sedang dipegangnya. Dengan hati yang lara ia menerobos pagar ghaib dan memasuki rumah sembari menatap sang ibunda yang masih tampak sabar untuk menidurkan puterinya.
Ia berjalan dengan cepat, lalu meraih tubuh mungil Dita, dan bergegas memakaikan pakaian tersebut ke tubuh si bayi.
Dalam hitungan detik bayi itu tertidur dengan lelap dan bagaikan terselimuti oleh sesuatu yang hangat dan menghangatkan.
Adhisti menatap bayinya yang tertidur pulas. Apakah ia harus seegois itu? Memisahkan puterinya dengan sang ayah? Tetapi ia tak memiliki sebuah keberanian untuk menemui pria itu.
*****
Pagi terlihat cerah. Kenzo terlihat terburu-buru berangkat ke kantor dan ia tak sempat untuk sarapan.
Kali ini ia pergi tanpa sopir, sebab barusan mendapat kabar jika istrinya akan melahirkan.
Kenzo menyetir sendiri, dan ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang.
Saat ditengah perjalanan, ia kembali melihat gang kecil tempat dimana ia selalu merasa mengendus aroma kasturi yang begitu sangat mengganggu fikirannya.
Ia menepikan mobilnya. Lalu memarkirnya dipinggir sebuah toko yang masih terlihat tutup. Ia keluar dari dalam mobil, lalu berjalan dengan perlahan.
Sementara itu seorang bayi perempuan baru saja dijemur matahari pagi, dan ibunya masuk kedalam rumah karena ada yang ingin diambilnya.
Langkah Kenzo semakin dekat dan ia mendengar suara tangisan seorang bayi yang begitu mendayu. Ia mempercepat langkahnya, dan saat ia tiba disana,. Terlihat seorang bayi berada didalam sebuah stroller dan tangisannya semakin membuat pria itu tak sabar untuk menemuinya
"Oeeeek, Oeeeek..," suara tangisannya membuat ia begitu sangat ingin melihatnya.
Entah sejak kapan ia begitu perduli dengan seorang bayi, apakah ia merindukan sesuatu? Ya, andai.saja saat ini Adhisti masih ada bersamanya, maka bayi itu akan seumuran dengan anaknya.
Sreeeeet
Ia menembus sebuah dinding cahaya yang dibuat oleh Dewi Asri, entah apa yang membuatnya dengan begitu muda memasukinya.
Ia menatap sebuah rumah berdindingkan kayu yang terlihat begitu sangat cerah dan entah mengapa ia begitu menyukai tempat itu, ia merasa sangat damai.
Sesaat pandangannya teralihkan kepada sang bayi mungil dengan bola mata biru yang sama dengannya. Bahkan ia menyebutnya sangat mirip. Mereka seperti sebuah copy-an saja.
Ia mengulas senyum pada sang bayi yang sedang menangis. Namun sesaat bayi itu langsung terdiam. Ia membalas senyuman sang pria, dan hal itu membuat seolah mereka dalam satu ikatan bathin yang begitu sangat kuat.
"Siapa namamu?" tanya Kenzo dengan suara yang lembut. Ia menyentuh sang bayi pada dagunya, dan ia merasakan getaran yang begitu sangat dalam, ada cinta disana. "Mengapa kau membuatku begitu merasa nyaman bahagia," ucapnya dengan lirih.
"Dewi Pandita," sahut sorang wanita yang berusia kurang lebih seperti Endah Yulia.
Sesat Kenzo tersentak kaget, dan wanita itu mengambil sang bayi dari stroller tersebut dan menggendongnya.
Ia menatap sang wanita, seperti pernah dekat, tapi entah dimana, ia tidak dapat mengingatnya.
"Oh, maafkan aku, jika lancang. Aku hanya tidak dapat menahan hatiku untuk melihatnya, aku seperti terpanggil saat mendengar tangisannya, dan hatiku begitu tenang saat berhasil menemukan pemilik suaranya," jawab Kenzo dengan sejujurnya.
Wanita itu menatap sang bayi yang terlihat tenang setelah mendapatkan sentuhan dari pria tersebut. "Tak mengapa, jika hanya ingin melihatnya, aku mengijinkanmu," jawabnya dengan lirih.
Kenzo merasakan hatinya begitu berbunga. Melebihi seseorang yang sedang jatuh cinta dan kasmaran. "Apakah aku boleh membawakannya sesuatu besok? Seperti makanan dan lainnya?" Kenzo tampak bersemangat.
Ia berharap jika wanita itu menerima tawarannya.
Wanita yang tak lain adalah Dewi Asri menatap Kenzo dengan sendu. Ada rasa bersalah didalam hatinya, namun ia tak punya pilihan, sebab Adhisti menolak untuk menemui pria itu. "Bawakan saja ia selimut yang baru kau pakai tidur malam, itu sudah sangat cukup," jawabnya dengan lirih.
Kenzo menatap sang wanita dengan bingung. "Aku bisa membelikan selimut yang baru dan lebih mahal jika kau mau, mengapa harus yang bekas ku pakai?" tanyanya dengan rasa penasaran.
Ia memperhatikan wanita itu dengan seksama, dan terlihat ada wajah penuh kesedihan disana.
"Aku ingin ia mengingatmu senantiasa dengan aroma tubuhmu, sebagai orang yang selalu memperhatikannya, dan memberikan kasih sayang dengan ketulusan," sahut Dewi Asri, sembari memandang wajah Dewi Pandita dengan begitu dalam.
Ia melihat jika bayi tersebut terlihat lebih tenang setelah melihat sang ayah yang datang dengan sendirinya tanpa diundang.
Langkah takdir telah mempertemukan mereka dengan cara yang berbeda.
Didalam rumah tersebut, seorang wanita yang menggunakan jubah keemasan sedang mengintai dari balik jendela kamar, hatinya diliputi kegelisahan.
~Maaf jika Jerat Cinta Dewi Ular masih di up, sebab editor minta revisi untuk penilaian ulang🙏
Tapi akan Author usahakan tetap tersambung ke cerita ini, disana masih membahas perpisahan mereka
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
❤️⃟Wᵃf ༄SN⍟𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌🦈
smggt ya kk siti
yg penting ttp smgt dan siap 86
2025-05-25
3
V3
siaaappo akak ,, tetap Semangat dan lupa sllu jaga Kesehatan jg 😘😍💪
seberapa kuat dan seberapa jauh Adisty meninggalkan Kenzo ,, tetap ja Kenzo datang sendiri tnpa di undang ,, Kenzo datang melalui naluri hati nya yg terpanggil lewat suara Tangisan anak nya , yaitu Dewi Pandita
kelak kak Siti akan membuat kalian berkumpul bersama lg mjd keluarga yg bahagia 😘😍
2025-05-25
0
FiaNasa
Dewi pandhita tau klau Kenzo ayahnya,,sabar ya nak semoga ada jalan buat mama & papamu bersatu kembali
2025-05-25
1