BAB 5 》》 KITA TAK SEAKRAB ITU

Lima hari sudah usia pernikahan Andhini dan Satria, kini Andhini menempati sebuah apartemen mewah namun tak ubahnya seorang wanita lajang  karena sejak mereka pindah Satria pun seolah ditelan bumi.  Sekedar informasi Andhini tak memiliki nomor ponsel Satria. Ia hanya memiliki nomor ponsel kedua mertuanya. Lucu bukan ??! Dan tentu saja ia tak mungkin menanyakan pada sang mertua dimana kini suaminya berada. Andhini sadar posisinya sebagai istri kedua tentu saja bukanlah prioritas. Entah apa yang menyebabkan Satria menjadikannya sebagai istri.

 

Andhini hanya bisa meneriakkan kekesalannya pada buku harian yang setia menemaninya. Setelah itu ia kembali fokus pada skripsinya. Besok pelaksanaan ujian akhirnya, penentu masa depannya. Dibalik kekesalannya ada rasa syukur bergelayut manja karena ia bisa lebih fokus pada ujian akhirnya. Andhini sedikit berbeda dengan kaum wanita pada umumnya. Andhini bisa menempatkan persoalan sesuai porsi masing-masing. Contoh kecil adalah menghilangnya pria yang bergelar suami namun ia tak larut memikirkannya karena ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan.

 

Sementara itu Satria pulang kerja lebih awal karena Linda mengeluh sakit sejak hari pernikahannya dengan Andhini namun istri pertamanya itu tak ingin di rawat di rumah sakit.

 

“Mas, apa Andhini tak keberatan kamu menemaniku padahal kalian pengantin baru,” Linda berkata dengan sangat pelan. Rasa nyeri di perutnya sedikit mengganggunya.

 

“Jangan khawatir, Andhini orangnya pengertian kok,” Satria berusaha menghilangkan kekhawatiran Linda. Padahal ia sendiri sebenarnya gelisah, beberapa hari ini ia tak berkirim kabar pada Andhini. Salahkan ia tak meminta nomor ponsel istrinya itu.

 

Malam berganti pagi, Andhini segera menyiapkan sarapan untuk dirinya lalu bergegas menuju kamar mandi. Ia harus berangkat lebih cepat karena hari ini ia dan Zelina ujian akhir.

 

Ritual sarapan selesai dan kini gadis yang berstatus istri seseorang itu kini keluar dari apartemen miliknya.

 

“Semangat Andhini ,,,” Gumamnya sesaat sebelum melajukan mobilnya menuju universitas Harapan Bangsa dimana selama ini ia menuntut ilmu.

 

Sebagai bentuk kekecewaannya, ia tak memberitahukan bunda Riana dan bang Niko mengenai ujian akhirnya. Mulai sejak ia dinikahi oleh Satria maka sejak saat itupula Andhini memutuskan untuk mandiri meskipun bang Niko berjanji akan terus mendukungnya.

 

Karena berangkat pagi-pagi maka macet dan segala macam yang bisa menghambatnya tiba di kampus tak ia temukan. Perjalanannya lancar hingga tiba diparkiran khusus mahasiswa universitas Harapan Bangsa.

 

Baru saja Andhini memarkir mobilnya dan keluar dengan map serta laptop ditangan, ternyata Zelina sudah lebih dahulu tiba. Zelina sengaja menunggu Andhini karena sejak ia tiba mobil sahabatnya itu tidak terlihat yang artinya gadis cantik itu belum datang.

 

“Nevous gak ?!” Sambil berjalan Zelina bertanya untuk menghilangkan rasa gugupnya sendiri.

 

“Pastilah rasa itu ada hanya saja kan kita gak mungkin menghindar,” Sejenak Andhini menghentikan langkahnya, heran dengan pertanyaan Zelina yang sama sekali tak bermutu.

 

“Santai aja dong, aku kan cuma nanya ,,,” Gantian Zelina yang mendelik kesal.

 

Mungkin semua mahasiswa ataupun mahasiswi yang berada pada tahap ini akan mengalami hal yang sama. Dan mereka masing-masing mempunyai cara yang berbeda untuk mengatasinya. Pun sama halnya dengan Andhini dan Zelina. Jika cara Zelina menghilangkan rasa gugupnya dengan mengajak orang lain berbicara maka berbeda halnya dengan Andhini yang hanya akan diam saja mengingat kata demi kata yang tertuang dalam skripsinya.

 

Hari ini peserta ujian akhir dari Fakultas ekonomi bisnis prodi akuntansi dan manajemen 4 orang. Masing-masing peserta dari prodi berjumlah dua orang. Andhini dan Zelina dari prodi akuntansi sedangkan Angel dan Robert dari prodi manajemen. Keempat mahasiswa tersebut merupakan mahasiswa dengan IPK tertinggi di prodinya.

 

Peserta ujian pertama baru saja dimulai, waktu terasa sangat lambat bergeser. Zelina dan Andhini berada pada urutan 3 dan 4. Bisa dibayangkan bagaimana gugupnya mereka.

 

Akhirnya kedua sahabat itu bisa bernapas lega.  Zelina dan Andhini dinyatakan lulus  dengan sangat memuaskan. Andhini dengan nilai  Summa Cumlaude dan Zelina dengan nilai Cumlaude. Senyum bahagia menghiasi wajah cantik kedua sahabat itu. Walaupun mereka baru berkenalan pada tahun kedua belajar di universitas Harapan Bangsa namun keduanya memutuskan untuk bersahabat karena memiliki kesamaan uang sedikit berbeda dengan mahasiswi pada umumnya. Cuek, sedikit bar-bar dan cerdas itulah kesamaan mereka.

 

“Harus dirayakan nih hari kebebasan kita,,,” Zelina setengah berjingkrak bahagia menyusuri lorong kampus.

 

“Siapa takut, let’s go girl ,,,” Andhini ikut berjingkrak bahagia. Hari ini adalah hari bahagia yang tak akan ia lewatkan. Momen bahagia sebagai mahasiswa.

 

“Pokoknya hari ini milik kita.” Zelina menimpali

 

“Ok, makan siang dulu lalu nonton dan terakhir shooping,,,” Andhini mempercepat langkahnya menuju mobilnya.

 

“Nontonnya kapan-kapan aja deh, mending kita perawatan. Dua bulan lho kita gak sempat perawatan,” Zelina benar-benar ingin balas dendam dengan menyalurkan kebiasaan yang tertunda karena mengejar skripsi.

 

“Ok,,, sampai ketemu dimall.” Andhini menutup pintu mobilnya dan selanjutnya menyalakan mesin lalu menancap gas menuju mall dimana salon langganan mereka berada.

 

Jarak antara kampus dan mall yang hanya berjarak lebih kurang 2,5 kilo mereka tempuh hampir satu jam karena padatnya kendaraan. Setelah memarkir mobil masing-masing yang beruntungnya lahan parkiran masih tersisa. Keduanya kembali berjalan bersisian memasuki mall. Tujuan utama mereka makan, entah mengapa setelah selesai ujian keduanya tiba-tiba merasa kelaparan.

 

Jika sebelum ujian Andhini dan Zelena merasa waktu berjalan sangat lambat namun kini berbanding terbalik. Keduanya masih ingin menikmati hari kebebasannya akan tetapi sang matahari sudah menyembunyikan diri dan berganti malam.

 

“Shalat magrib dulu deh sebelum pulang,” Mengingat waktu magrib sangat sempit dan jalan dipastikan macet. Maka ia harus menunaikan kewajiban dulu.

 

“Ayo, sekalian berdoa semoga ujian S2 kita lancar jaya,” Zelina memang sudah menargetkan akan melanjutkan S2 di negara kincir angin. Sedangkan Andhini sepertinya harus menunda dulu karena statusnya yang tiba-tiba berubah.

 

Selesai dengan kewajibannya, Andhini dan Zelina kembali menenteng tas belanjaan mereka menuju parkiran. Zelina yang orang tuanya dari kalangan pebisnis dan sepertinya keluarganya tak memiliki nomor seri uang. Sedangkan Andhini jatahnya setiap bulan tak pernah berkurang di transfer ke rekeningnya oleh bang Niko sebagai penerus perusahaan almarhum papanya. Di tangan Niko PT. Adi Jaya semakin berkembang.

 

Andhini tiba dibasemen apartemen. Setelah mengunci mobilnya, ia berjalan menuju lift dengan tangan penuh belanjaan. Jam menunjukkan pukul  21.05 saat Andhini memasuki lift. Khusus di lantai 5 memang tak banyak penghuninya, hanya beberapa orang saja karena memang flatnya terbatas khusus orang-orang berkantong tebal saja.

 

Ceklek

 

Pintu apartemen bernomor 504 itu terbuka setelah Andhini menekan passwordnya. Setelah itu Andhini kembali menutup pintu. Sudah menjadi kebiasaan Andhini dengan suasana sunyi apartemennya.

 

“Dari mana jam segini baru pulang ?!” Kehadiran Satria yang tiba-tiba telah berdiri dibelakangnya membuat Andhini terkejut.

 

“Astagafirullah ,,,bikin kaget aja.” Bukannya menjawab pertanyaan Satria, Andhini malah menatapnya kesal. Beruntung ia tak memiliki riwayat penyakit jantung.

 

“Dari mana, Dhin ?!” Satria kembali mengulang pertanyaannya.

 

“Jangan memanggilku seperti itu, kita gak seakrab itu untuk memanggilku dengan panggilan itu !” Andhini merasa tidak harus menjawab pertanyaan Satria. Kalau pria itu saja menghilang tanpa kabar kenapa dirinya harus menjelaskan kegiatannya hari ini.

🍒🍒🍒🍒

Selamat pagi readers ,,, selamat menikmati hari liburnya.

Semoga kita semua sehat dan selalu dalam lindunganNYA

Jangan lupa dukungannya ya ,,,,

 

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Amin ya robal alamin...
Andhini sangat dingin skl sikapnya sm satria....

2025-06-02

0

neng ade

neng ade

aamiin ya rabbal'alamiin 🤲
do'a yang sama juga untuk othor cantik ku 🙏❤️

2025-05-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!