Di sekolah Tunas Bangsa.
Terdengar suara riuh murid-murid perempuan berseragamkan putih abu-abu. Tampaknya mereka sedang menyaksikan para murid laki-laki yang sedang bertanding bola basket. Disaat pertandingan masih berlangsung, tiba-tiba bola yang mereka mainkan melayang keluar arena. Dan tak lama bola keluar terdengar suara teriakan seorang wanita.
"Kyaaak!!"
Mendengar suara teriakan tersebut, spontan semua mata yang sedang menonton langsung mengarahkan pandangannya ke sumber suara teriakan tersebut. Dan tampaklah oleh mereka seorang siswa perempuan berjilbab putih dengan memakai kacamata. Ia terlihat sudah terduduk di tanah sambil mengusap-usap dahinya.
"Cih! Ternyata si anak supir!" Cerca salah satu dari siswa perempuan yang tampak sinis melihat siswi tersebut.
"Mampus Lo! Bola saja tau kalau Lo tuh Anak gembel yang nggak pantas sekolah disini!" Ujar salah satu siswi lainnya.
"Hus! Andin, Mirna! Kalian ini ada teman yang kenak musibah bukannya ditolong, eeh... malah dicela!" Tegur seorang pria yang baru saja datang dengan memakai seragam olahraga.
"Eh, Dimas?!" Sentak kedua siswi yang dipanggil Mirna dan Andin tersebut.
"Kan bukan salah kami kalau dia terjatuh! Lagian kan emang benar Dia tuh hanya seorang anak supir, yang cuma ngandelin..." Ujar Andin. Namun perkataannya langsung dipotong oleh pria yang dipanggil Dimas.
"Aaah... Sudahlah! Ngomong sama kalian tuh hanya buang-buang waktu saja!" Balas Dimas, lalu ia pun langsung menghampiri Siswi yang terkena bola tadi.
"Kamu tidak apa-apakan? Eh kamu Widya Ayunda kan, Anak kelas tiga A?" Tanya Dimas. Namun tak dihiraukan oleh siswi yang di panggil Widya Ayunda itu. "Ah, Maaf, saya terlalu banyak tanya ya? Kalau begitu apakah ada yang terluka. Ayo saya antar kamu ke ruangan UKS." Ajaknya seraya ia mengulurkan tangannya pada Widya.
"Em... Saya tidak apa-apa!" Jawab Widya sedikit ketus. Lalu ia pun bangkit sendiri dan mengabaikan uluran tangan Dimas. Setelah itu ia langsung berlari meninggalkan Dimas begitu saja.
"Eh, kok pergi begitu saja sih, Wid? Gue kan hanya ingin berteman sama kamu Wid..." Gumam Dimas, dengan wajah kecewanya. Dan ia masih terlihat memperhatikan kepergian Widya.
"Huh! Lihat tuh kelakuan si anak gembel! Sudah mau ditolongi orang, eh malah lari dia!"Ujar Mirna terdengar ketus. Ternyata ia juga ikut memperhatikan kepergian Widya juga.
"Tau tuh! Padahal kan gue juga kepengen ditolongin Dimas. Ooh Dimas... Sepertinya Aku... padamu deh." Sambung Andin dengan matanya yang justru mengarah ke Dimas.
"Iiis! Apaan sih Lo? Kok malah ngawur gitu sih?" Protes Mirna setelah mendengar perkataan temannya itu.
"Hehehe... Maaf beb, soalnya gue nggak kuku, kalau lihat ayang beb Dimas." Balas Andin yang terlihat ia masih melihat punggung Dimas yang semakin jauh.
"Aiis... Auh ah! Mendingan gue ke kantin deh." Kata Mirna seraya ia memutarkan bola mata malasnya. Lalu ia pun beranjak dari sana meninggalkan Andin.
"Eh, kok gue ditinggal sih? Tungguin gua besty!" Teriak Andin dan ia pun berlari mengejar Mirna.
-----------
Sementara itu disisi lain.....
Setelah meninggalkan Dimas, Widya yang masih berlari, langsung pergi menuju ke kelasnya. Sesampainya didepan kelas ia pun mulai berjalan dan langsung masuk ke dalam kelas yang ternyata disana sudah ada seorang siswi berkacamata sedang membaca bukunya. Melihat kedatangan Widya Siswi itu langsung menoleh ke arahnya.
"Loh... Kenapa sama jidat kamu Wid ? Kok merah begitu sih? Hijab kamu juga kotor tuh." Tanya siswi berkacamata juga, tapi ia tak memakai hijab.
"Eh... Aku nggak papa kok." Balas Widya sembari menutupi dahinya.
"Nggak papa, nggak papa! Jelas-jelas jidat kamu merah gitu! Hmm... Pasti kamu di bully mereka lagikan?" Tanya siswi itu lagi, dengan wajah terlihat kesal.
"Tidak Anggi. Aku benaran tidak dibully mereka kok." Balas Widya menyakinkan temannya yang bernama Anggi tersebut.
"Ah, masa sih? Kalau bukan karena dibully, lalu jidat kamu kenapa dong?" Anggi masih nampak belum percaya dengan apa yang dikatakan Widya. Karena dia tau, kalau Widya sering sekali menutupi apapun yang terjadi pada dirinya.
"Tadi jidatku terkena bola basket, saat mau ke perpustakaan." Balas Widya. Berkata apa adanya.
"Hah... Kok bisa sih? Kan lapangan bola basketnya dipagar, kok bisa mengenai kamu?" Tanya Anggi lagi, ia juga merasa heran.
"Ya nggak tahu. Sudahlah, nggak usah dibahas lagi. Lebih baik kita belajar saja, soalnya nanti kita kan mau ujian tambahkan nilai." Ujar Widya sembari Ia membuka tasnya lalu ia mengambil salah satu buku yang ada di dalamnya.
"Kok belajar sih? Inikan waktunya makan siang Wid, jadi kita ke kantin dulu yuk." Ajak Anggi, seraya ia menarik tangan Widya.
"Enggak akh Nggi. Aku belum laper kok, lagian kan sebentar lagi kita mau pulang, jadi aku makan dirumah aja deh." Tolak Widya, secara halus.
"Apa, sebentar lagi pulang? Hai Tante, ini baru jam setengah satu tau. Sementara kita pulang jam tiga. Itu namanya bukan sebentar Bu. Emangnya ente nggak kasian apa, sama cacing-cacing diperut ente, pasti saat ini mereka sudah meronta-ronta." Ujar Anggi, yang sepertinya ia tahu alasan mengapa temannya itu tak mau ke kantin.
"Iis, jorok banget sih kamu nggi?!" Protes Widya.
"Ya lagian kamu sih alasannya nggak tepat. Hmm... Atau kamu lagi nggak punya duit ya? Kalau emang nggak punya, gue deh yang traktir Lo. Jadi ayo kita ke kantin." Anggi masih terlihat kekeuh ingin mengajak temannya itu. Namun Widya tampak masih enggan menerima ajakan sahabatnya itu
"Eh, Aku punya kok Nggi, kalau kamu nggak percaya, lihat saja sendiri, tuh." Balas Widya, seraya ia membuka kotak pensilnya. Dan ternyata benar, kalau disana terdapat beberapa lembaran uang kertas yang berwarna merah, biru serta warna hijau dan ungu.
"Ai, ternyata banyak uang Lo ya? Kalau begitu traktir gue dong." Kata Anggi, tampak bersemangat.
"Ini, uang jajanku selama satu bulan Nggi. Tapi kalau kamu minta traktir boleh kok, tapi sepulang sekolah saja ya?" Balas Widya sambil tersenyum lembut pada Anggi.
"Aduh, laper dong kalo menunggu pulang sekolah. Lagian kamu kenapa sih, nggak mau ke kantin? Hmm... Gue tau, kenapa Lo nggak mau kesana, itu karena Lo takut dibully lagikan sama gengnya Mirna?" Tanya Anggi penasaran. "Tapi yang gue herankan sama Lo Wid. Kenapa selalu diam sih kalau mereka bully Lo. Padahal Lo kan sering diajarin ilmu beladiri sama bokap Lo kan?" Tanyanya lagi merasa bingung.
"Nggi, aku tuh tidak suka..." Balas Widya ingin menjelaskan sesuatu pada temannya. Namun baru saja ia ingin menjelaskan tiba-tiba seorang siswi perempuan memanggil namanya.
"Widya?! Kamu di panggil ke kantor tuh, ada yang mencari kamu, kata Bu Sofia!" Kata siswi tersebut. Lalu ia pun pergi begitu saja, tanpa menunggu jawaban dari Widya.
"Eh,Siapa ya?"
Bersambung.
______________
Jangan lupa tinggalkan jejaknya ya guys. Kasih bintang kalau suka dengan novel Author. Syukron 🙏🏻
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments