Kompensasi

Bangunan yang begitu indah dan juga sangat megah yang benar-benar terlihat bagaikan negeri dongeng kini terpampang jelas di mata Annete. Tidak ada satupun sudut dari tempat ini yang mengecewakan semua tampak luar biasa bahkan membuat wanita itu benar-benar kagum.

“Apa ini benar istana kekaisaran?” tanya Annete pada Gabriel.

“Tentu saja, ini adalah istana tempat tinggal kaisar dan juga permaisuri, oh ya jika Anda menyetujui untuk menjadi permaisuri maka Anda bisa tinggal disini. Semua yang ada akan menjadi milik…” bujuk Gabriel tapi belum sempat ia mengatakan lebih lanjut Annete telah lebih dahulu menolaknya.

“Maaf tapi tampaknya saya tidak bisa menerima hal itu, saya lebih suka menjadi bangsawan tingkat rendah biasa,” jawab Annete dengan begitu yakin.

‘Siapa juga yang mau tinggal di tempat yang penuh intrik dimana nyawamu akan terancam setiap waktunya,’ batin Annete.

“Ternyata Anda memiliki pendirian yang begitu kuat.”

“Terimakasih aku akan menganggap hal itu sebagai pujian,” jawab Annete.

Setelahnya Gabriel turun dari kereta kuda tersebut dan membantu Annete untuk turun.

“Terimakasih,” ucap Annete.

“Sama-sama nona,” jawab Gabriel.

“Pertama-tama apa yang ingin Anda lakukan terlebih dahulu? Apa ingin istirahat sejenak baru setelahnya menemui yang mulia kaisar,” ujarnya.

“Hmm langsung saja, bukankah semakin cepat semakin baik,” jawab Annete.

“Baiklah jika begitu maka saya akan menunjukkan jalan pada Anda,” ujar Gabriel lalu dengan sopan menunjukkan di mana tempat kaisar berada saat ini.

‘Aku sudah mengirim pesan pada kaisar mengenai hal ini, jadi pastinya beliau sudah tahu,’ batin Gabriel.

Sedetik kemudian ia melihat kearah wanita yang berdiri tepat di sampingnya.

‘Tampaknya dia memang tidak cocok untuk menjadi permaisuri,’ batin Gabriel saat melihat ekspresi Annete yang dengan jelas menunjukkan kekaguman pada semua yang mereka lewati.

“Pasti membutuhkan uang yang sangat banyak untuk membangun tempat seindah ini bahkan satu gucinya saja bisa untuk makanku dan juga keluargaku sebulan,” gumam Annete pada dirinya sendiri.

“Apa yang Anda katakan nona?” tanya Gabriel yang mendengar dengan jelas apa yang di gumam kan oleh wanita tersebut.

“Akh, tidak ada.” Mendengar apa yang di katakan Annete membuat Gabriel tidak mengatakan apapun lagi.

‘Kenapa sih dia selalu mendengar apa yang aku katakan, padahal aku sudah berbicara dengan begitu kecil,’ gerutu Annete yang hanya bisa ia simpan di dalam hati.

“Sekarang kita telah tiba di ruang kerja yang mulia,” ujar Gabriel yang berhenti di depan pintu yang begitu besar menurut Annete. Dimana di depan pintu tersebut ada dua penjaga dengan zirah lengkap yang menjaganya.

“Apa yang mulia kaisar ada di dalam?” tanya Gabriel pada salah satu penjaga di sana.

“Iya tuan yang mulia saat ini sedang berada di dalam,” jawab prajurit tersebut dengan sedikit menundukkan kepalanya.

“Hmm baiklah terimakasih,” ujar Gabriel yang telah memegang gagang pintu tersebut.

“KRET,” pintu terbuka dengan lebar menampilkan ruangan besar yang sangat rapi dengan begitu banyak dokumen dan juga buku didalamnya. Annete hanya bisa terus mengikuti langkah kaki Gabriel dengan tenang walau jujur saja jantungnya saat ini berdetak tidak karuan.

“Salam yang mulia,” ujar Gabriel yang dengan cepat menundukkan kepalanya dan di ikuti oleh Annete. Setidaknya itu adalah etika dasar jadi bangsawan sepertinya tentu mengetahui hal tersebut.

Suasana hening seketika lalu dengan perlahan mengangkat kepalanya penasaran dengan rupa dari kaisar dari negeri ini dan juga suaminya.

‘DEG,’

‘Apa-apaan ini, tidak pernah ada yang mengatakan jika pria ini benar-benar sempurna,’ batin Annete.

Rambut perak yang begitu indah di tambah dengan mata yang tampak seperti ruby, wajah pria itu terlihat begitu sempurna dengan rahang tegas dan hidung mancung. Hingga tanpa di sadari Annete sampai tidak mengedipkan matanya hingga tatapannya bertemu dengan pria tersebut.

‘DEG’ dengan cepat Annete mengalihkan pandangannya.

“Pergilah Gabriel, tampaknya ada hal yang harus kami selesaikan berdua,” pinta pria itu.

‘Suaranya begitu mempesona, astaga…’ batin Annete.

‘Tidak Annete, kau harus bercerai,’ lanjutnya.

“Baik yang mulia,” ujar Gabriel lalu sejenak melirik Annete yang ada di sampingnya.

‘Semoga Anda bisa berhasil nona,’ batin Gabriel.

Setelah kepergian Gabriel suasana semakin menegangkan bagi Annete bahkan kali ini ia tidak berani lagi untuk melihat ke arah pria tersebut.

“Kau adalah wanita itu?” gumam pria tersebut saat melihat wanita yang saat ini hanya diam dengan terus menundukkan kepalanya.

“Ku dengar ada suatu hal yang ingin kau sampaikan padaku,” ujarnya.

Annete terdiam sejenak untuk mengumpulkan keberaniannya.

“Sa-saya Annete Reverie Kartazen,” perkenal Annete di awal sesuai dengan etika bangsawan yang ia pelajari.

“Aku sudah tahu,” jawab pria tersebut.

“Kau kesini karena ingin mengajukan perceraian bukan?” tanya pria tersebut.

‘Bagaimana dia bisa tahu?’ batin Annete.

“Saya…saya tidak ingin menjadi permaisuri, saya hanya wanita biasa yang tidak memilki kekuatan apapun yang bisa berguna kedepannya. Jadi menikah dengan saya dan menjadikan saya sebagai permaisuri hanya akan merugikan Anda untuk kedepannya,” jelas Annete dengan menundukkan kepalanya bahkan kali ini ia sujud di depan pria itu.

Pria itu hanya diam saat mendengarkan apa yang di katakan oleh Annete.

“Saya mohon yang mulia, ayo bercerai!” ujar Annete dengan sedikit menaikkan nadanya lalu menatap pria tersebut.

Bukannya menjawab pria itu justru tersenyum dengan penuh ancaman pada Annete. Lalu berdiri dari kursinya dan berjalan perlahan berjalan ke aarah annete yang sedang duduk dengan kedua betisnya.

“AKH,” rintih Annete saat merasakan rasa sakit ketika pria itu mengangkat dagunya dengan cukup kasar.

“Apa kau pikir bercerai akan semudah itu?” tanya pria itu dengan tatapan yang begitu tajam.

‘Konyol sekali aku saat merasa bahwa semua ini akan mudah di atasi. Pria ini adalah tiran yang sangat berdarah dingin dan bisa membunuhku kapan saja jika dia mau,’ batin Annete dengan menahan rasa sakit di pipinya saat kuku pria itu tampaknya memberi luka di sana.

Hingga beberapa saat pria itu melepaskan cengkeramannya pada Annete.

“Sa-saya akan melakukan apapun yang Anda inginkan sebagai balasannya,” tawar Annete.

Mendengar hal tersebut pria itu berdiam di tempatnya.

“Huh, baiklah jika kau memang ingin bercerai maka berikan kompensasi padaku,” ujar pria itu.

“Bagaimana? Kau tidak bersedia?” tanya pria itu dengan tatapan meremehkan.

‘Tidak, ini adalah satu-satunya cara agar aku bisa bebas’ batin Annete.

“Saya akan membayar kompensasi yang Anda maksudkan,” jawab Annete dengan begitu yakin.

‘Kita pasti akan bercerai Aldrich Von Romanofe, aku jamin itu.’ batin Annete dengan keputusan yang sudah bulat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!