Setelah makan malam, aku yang sedang berada dikamar langsung membuka ponselku. Aku membuka pesan yang sudah aku kirim ke Mas Herdi. Sudah ku shareloc alamatku tapi hanya dibaca saja olehnya.
Ia tak ada basa-basi untuk membalasnya. Sungguh pria aneh. Ketika ketemu kenapa sangat ramah, tapi dikirimi pesanpun malah tidak membalas. Apa sebenarnya Mas Herdi itu orangnya cuek? Sampai-sampai tidak membalas pesanku?
“Sha.. ” Panggil ibu sambil mengetuk pintu kamar.
“Iya buk, masuk aja.”
“Itu dicariin temen kamu."
...“Oh Zizi.. mau nugas paling, suruh langsung masuk kamar aja bu.”...
“Heh, orang cowok kok suruh masuk kamar.”
“Oh cowok..”
Lalu aku mengulanginya.
“Hah?? Apa bu?? Maksud ibu bukan Zizi??”
“Sejak kapan Zizi itu cowok Sha? Sana cepet samperin.”
Mataku terbelalak saat mengintip Mas Herdi duduk didepan teras rumah. Panik campur deg-degan. Aku bingung. Kenapa tiba-tiba blank sih otakku?
Aku segera masuk kamar lagi dan berganti pakaian. Aku memakai liptint agar tidak terlalu pucat.
Tapi tunggu, mengapa aku harus ganti baju? Mengapa aku pakai liptint?
Aku keluar dari kamarku dan betapa terkejutnya aku, Mas Herdi diluar ditemani ayah. Yang membuatku takut adalah ketika ayah bilang yang aneh-aneh ke Mas Herdi. Sedangkan Mas Herdi hanya teman baruku yang ingin menemuiku. Aku harap ayah tidak mengatakan sesuatu yang membuatnya risi.
“Mmm.. Mas Herdi, maaf ya mas tadi aku baru selesai mandi. Ini aku bawain minum mas, silahkan diminum.” Sembari aku meletakkan minuman yang sudah disiapkan ibu didapur tadi.
“Iya nggakpapa, santai aja."
“Loh Sha bukannya kamu udah mandi ya tadi sore?” Ayah tiba-tiba membuka kartuku yang sebenarnya hanya alasan saja, padahal aku hanya kelamaan karena ganti baju.
“Mmm.. Yah, kayaknya ayah dipanggil ibu deh tadi.”
“Benarkah? Ayah masuk bentar.” Ayah beranjak masuk kedalam rumah untuk menemui ibu.
“Mas maaf ya kalau ayahku bilang yang aneh-aneh sama mas. Nggak diapa-apain kan mas? Hehe.."
“Haha nggak diapa-apain sih Sha, cuman ditanya aja tadi.” Dia bicara santai sambil minum sirup.
“Hah, ditanya apa mas?” Tanyaku heran dan aku ikut meminum sirup juga.
Tiba-tiba ayah keluar lagi. Itu pasti karena ibu bilang kalau ibu sebenarnya tidak memanggil ayah. Hal itu membuatku tidak bebas untuk ngobrol dengan Mas Herdi.
“Tadi ayah tanya ke Nak Herdi, apakah dia serius sama kamu.”
“Uhhukkk…” Seketika aku tersedak karena kaget dan hidungku merasa sakit.
“Ayah apa-apaan sih Yah, Mas Herdi ini kakak tingkat aku Yah, temen aku. Duh, maafin aku ya mas jadi nggak enak.”
“Lah kenapa kamu nggak ngakuin Sha, orang nak Herdi udah bilang iya kok. Udah bilang kalau serius sama kamu. Dan kamu jangan bohongin ayah Sha, kamu udah pacaran ya sama Nak Herdi, kok nggak cerita-cerita ke ayah? Nakal ya kamu sekarang main umpet-umpetan.”
Aku diam seakan bingung dan menatap Mas Herdi penuh dengan beribu pertanyaan.
“Iya Sha, aku bilang gitu ke ayah kamu.” Jawab Mas Herdi.
“Tuh kan, dia aja bilang iya kok kamu mau nutup-nutupin Sha..Sha. Jadi sejak kapan kalian pacaran?”
“Hah? Pacaran apa sih Yah...” Jawabku dengan menggerutu karena masih bingung dengan keadaan ini.
“Hari ini pak rencananya.” Jawab Mas Herdi secara spontan.
“Haha lucu juga kamu Herdi. Masa iya pacarannya baru hari ini, masih rencana pula. Tapi inget ya Nak Herdi apa yang tadi saya bilang tentang larangan dan syarat-syaratnya." Sambil menunjuk Mas Herdi dengan jari telunjuknya.
“Siap pak." Jawab Mas Herdi dengan senyum.
“Yaudah bapak tinggal masuk dulu ya." Ayah melangkahkan kakinya masuk rumah.
Aku tak bisa berkata apa-apa dan hanya menatap Mas Herdi dalam diam, seakan aku butuh kejelasan tentang apa yang mereka bicarakan tadi.
“Haha mesti kamu bingung ya Sha. Jadi gini Sha, pas aku dateng tadi ayah kamu keluar nemuin aku, trus nanya ke aku, apa aku pacar kamu gitu, yaa.. karena selama ini jarang ada laki-laki yang bertamu kecuali temen ayah kamu. Belum sempet aku menjawabnya, tiba-tiba ayah kamu nanya lagi, apakah aku serius sama kamu, dengan sekilas aku tahu maksud ayah kamu. Ayah kamu tidak suka dengan hubungan yang terikat tetapi tidak ada kepastian. Hmm.. lalu aku jawab iya Sha. Aku bilang kalau aku pacar kamu dan aku serius sama kamu.”
Beberapa detik aku diam seribu bahasa karena masih mencerna apa yang diceritakan oleh Mas Herdi.
“Tapi mas, mas tahu kan apa akibatnya? Ayahku akan mengiranya serius mas, ayah akan ngira kalau kita itu..pacaran, dan pasti akan menuntut untuk mempercepatnya dengan….” Aku ragu melanjutkan perkataanku.
“Dengan menikah?” Lanjut Mas Herdi.
Mas Herdi seakan tahu apa maksudku dan aku hanya bisa mengangguk pelan.
“Sha, kita emang baru kenal hitungan hari, tapi entah mengapa aku punya perasaan seyakin ini dengan kamu. Entah karena umurku atau memang murni perasaanku, yang pasti aku siap jika ayahmu memintaku untuk menikahimu.”
🎬⚘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
0316 Toiyibah,S,Pd.
laki laki lucky
2021-08-16
0
Rokhmi Nh
so sweet....🥰🥰🥰
2021-05-16
0
Sela Raihan
suka suka aku sama kamu bang..cowo tipe aku bgt..jadi inget suamiku dulu pertama dateng langsung ditanya kaya gitu jawaban nya pun sama..
2021-02-19
1