Kalau Aku Tak Ingin Berhenti?

..."Berhenti sekarang, selagi aku berbaik hati padamu." — Arthur Franklin...

...🌸...

..."Kalau aku tidak mau berhenti?" — Hailey Owen...

Setelah menempuh jarak 5 kilometer dari kantor menuju apartemen yang di tempati oleh Arthur, akhirnya Porsche 918 Spyder itu pun tiba di tujuan.

Keduanya turun dari mobil dan menuju ke lift. Dari lift hingga tiba di depan pintu unit apartemen yang di tempati Arthur, Hailey terlihat jalan sambil menunduk dengan pikiran yang berkecamuk.

Arthur menyadari perubahan sikap Hailey. Entah kenapa ia sengaja mengiyakan ucapan gadis itu tadi, saat berada di kantor.

"Ck! Belum apa-apa sudah bengong," batin Arthur puas.

"Menyerahlah dan berhenti menggangguku," ucap Arthur terus terang pada Hailey.

Seminggu diikuti terus sama gadis itu, membuat Arthur jenuh. Pasalnya, gadis itu menganggu fokus karyawannya saat bekerja. Mendadak muncul banyak gosip, sampai-sampai Adeline bertanya apakah Hailey merupakah kekasih barunya.

Hailey mengangkat wajahnya. Kemudian ia membulatkan tekad sambil menatap ke arah Arthur yang lebih dulu masuk ke dalam apartemen.

Sesaat, Hailey terpana saat menatap mewahnya interior apartemen pria ular itu.

Sebuah apartemen tipe dua lantai yang menyuguhkan pemandangan langit yang sedang menjingga. Hailey menatap kagum. Pastinya tenang sekali jika tinggal di apartemen itu.

"Ck!" Arthur berdecak sebal melihat Hailey yang terpaku dengan keindahan apartemennya. Ia menuju ke ruang tamu dan melemparkan jasnya ke atas sofa. Kemudian pria dengan rambut coklat pekat itu beranjak menuju ke dapur.

Arthur membuka kulkas dan mengambil sekaleng soda yang ada di dalamnya. Kemudian pria itu duduk di sofa sembari menatap pemandangan senja di sore itu.

Hailey masuk ke dalam apartemen dan membuka sepatunya.

Gadis dengan tinggi 167 sentimeter itu berjalan menuju ke dapur dan membuka kulkas. Kemudian ia mengambil sebotol air mineral dingin dan membawanya ke arah sofa. Gadis itu duduk bersebelahan dengan pria yang ia sapa 'Uncle Arthur'.

"Uncle ...." Hailey membuka tutup botol dan menyeruput air dari kemasan di tangannya. Matanya menatap lurus ke arah langit jingga.

"Sebaiknya kurangi alkohol dan soda di kulkas. Itu tidak bagus untuk kesehatan," papar Hailey tulus.

Mendengarkan nasihat gadis kecil itu, Arthur mendadak terkekeh pelan. Kemudian ia menyeruput soda dari kaleng yang ia pegang.

"Bukan urusanmu," terang Arthur dingin.

Hailey memutar malas kedua bola matanya. Ia mendengus sebal dengan kasar, namun Arthur sedikitpun tak terusik.

"Uncle tahu tidak, Uncle itu aneh dan ... tak bisa bersosialisasi dengan baik. Apa karena itu juga, sampai sekarang Uncle belum menikah?"

"Aku tak tahu apa yang membuat Uncle seperti itu, tapi ... Uncle tak bisa menua sendiri."

"Maaf karena aku lancang mengatakan tentang pernikahan. Tapi ... aku serius."

Arthur mendengarkan ocehan Hailey dengan memasang telinga. Ocehan gadis itu masuk ke telinga kanannya. Tapi entah menetap di kepala, atau ocehan tersebut kembali keluar melalui telinga kiri.

Pria dengan bibir sensual itu mendadak mensejajarkan wajahnya ke wajah Hailey dari sisi kiri. Namun saat itu Hailey tak sadar. Ia masih sibuk dengan ocehannya, sementara matanya masih terbuai dengan indahnya senja sore itu.

"Sudah selesai?" Tanya Arthur dengan suara beratnya, membuat Hailey menoleh secara spontan ke arah pria itu.

Jleb!

Seketika mata Hailey membulat saat wajahnya dan wajah Arthur mendadak berdempetan. Jarak wajah itu tak sampai sejengkal. Membuat Hailey dapat merasakan deruan nafas berat pria itu.

"Un— ... Uncle ...."

Arthur yang sudah berpengalaman berurusan dengan wanita, baginya ... Hailey yang masih gadis itu bukanlah hal yang sulit. Membuat gadis kecil itu terkesima saja mudah baginya. Apalagi membuat gadis itu bertekuk lutut padanya? Mudah!

"Berhenti sekarang, selagi aku berbaik hati padamu," terang Arthur memberi peringatan pada Hailey.

Alih-alih mendengarkan peringatan Arthur, gadis itu malah berbuat sebaliknya. Dengan sengaja ia menyiram minyak tanah ke kobaran api yang sedang menyala itu.

"Kalau aku tidak mau berhenti?"

Arthur terdiam sesaat. Mata biru yang dingin sedingin es itu, dengan sengaja menatap lekat mata hazel Hailey. Pria itu sadar, tatapan tajam yang ia miliki adalah senjata ampuh bagi wanita manapun yang pernah ia taklukkan selama ini. Apalagi Hailey? Tentu saja gadis itu ia buat terhipnotis dengan tatapannya yang dingin itu.

"Bertahanlah sampai akhir, karena aku tak suka dengan sesuatu yang setengah-setengah," terang Arthur dengan suara yang lembut, selembut jatuhnya kapas ke atas lantai.

Usai mengatakan kalimat tersebut, Arthur langsung menarik tubuhnya, menciptakan jarak antara ia dan Hailey. Bisa-bisa ia tak dapat menahan diri jika terus berhadapan dengan gadis cantik itu.

Bohong jika pria itu mengatakan ia tak tertarik. Tapi akal sehatnya masih berjalan. Gadis yang ada di depannya adalah Hailey Owen. Anak dari Oliver Owen yang merupakan suami sah kakak kandungnya, Arline Franklin. Mana mungkin ia menodai gadis itu? Meskipun gadis itu adalah anak tiri Arline.

Arthur menangkap sinyal takut dari kedua mata hazel Hailey. Wajah gadis itu mendadak pucat dan sepertinya saat ini jantung gadis itu berdetak tak karuan.

"Sepertinya sudah cukup membuat gadis ini jera," batin Arthur kala itu.

Benar saja tebakan Arthur. Hailey mendadak terhipnotis oleh tatapan Arthur. Gadis itu terpaku membisu. Namun sekilas terlintas wajah Adam di pikirannya. Ia kembali teringat dengan tujuannya sore itu ke apartemen Arthur.

Tanpa rasa takut, Hailey menarik tengkuk Arthur dan menyambar bibir pria itu. Meskipun masih amatir dan bermodalkan nekat, Hailey memberanikan diri bermain dengan bibir Arthur yang masih terpaku membisu itu.

Arthur terbelalak kaget. Mata birunya membulat dengan sempurna. Sekujur tubuhnya bagaikan tersengat oleh aliran listrik. Ia sungguh tak menyangka. Gadis yang ia kira polos, ternyata lebih liar dari dugaannya. Yah ... meskipun ciuman gadis itu terlalu lemah dan tanpa teknik yang jelas baginya.

Hailey menyudahi ciuman panasnya di bibir Arthur. Kemudian ia menjarakkan wajahnya dengan wajah Arthur.

"Hailey. Apa kau sadar dengan yang kau lakukan tadi?" Arthur bertanya dengan suara yang perlahan namun penuh penekanan.

Hailey mengangguk pelan. Dadanya terlihat naik turun karena gugup. "Hm."

"Kau tahu kalau aku tak suka sesuatu yang setengah-setengah?"

"Hm." Lagi-lagi Hailey mengangguk dengan polos.

"Lantas ... kenapa tak melanjutkannya sampai akhir? Apa Uncle sengaja menggertakku? Sejujurnya Uncle tak berani?" imbuh Hailey menantang Arthur dengan penuh percaya diri.

"Sial! Berani sekali kau menantangku!" geram Arthur merasa disepelekan.

Rahang Arthur mendadak mengeras dengan kedua tangan yang terkepalkan membentuk tinju, memperjelas urat-urat yang ada di permukaan kulit lengan pria itu.

Tatapan Arthur yang semula sedingin es, kini berubah menjadi tatapan elang yang tajam. Tatapan elang yang sedang bersiap-siap ingin menerkam mangsanya.

...🌸...

...🌸...

...🌸...

...Bersambung .......

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!