...“Aku harap kau tak menyusahkanku selama di sini. Karena waktuku terlalu mahal untuk hal-hal yang tak menguntungkan.” — Arthur Franklin...
Di saat Bandara Internasional Los Angeles sedang padat dengan manusia, di saat yang sama Arthur memandang silih berganti ke arah layar ponsel dan gadis yang ada di depannya. Pria dengan ekspresi wajah yang datar itu menatap tajam ke arah ponsel dan Hailey silih berganti.
Entah kenapa, sesaat ia sempat terpaku dengan darah yang berdesir begitu menatap wajah Hailey. Wajah yang sangat indah tanpa riasan tebal. Hanya riasan tipis agar tak terlihat pucat.
"Hailey Owen? Apa memang seperti ini sejak setahun yang lalu? Atau memang aku yang tak pernah melihatnya sedekat ini?" batin Arthur terpana.
Di saat yang sama, ponsel Hailey bergetar. Gadis itu pun mengangkat panggilan tersebut.
“Yes, Mom.”
^^^“Sudah bertemu dengan Arthur?”^^^
“Sudah. Aku sudah bertemu dengan Uncle Arthur,” sahutnya lembut.
Entah seperti apa panggilan antara Hailey dan Arline berakhir, kini ponsel tersebut sudah tak lagi berada di telinga Hailey.
Hailey Owen. Gadis berambut coklat muda dengan mata yang bulat serta hidung mancung, membuat ia terlihat seperti bidadari yang tak ada duanya. Gadis yang kini berusia 19 tahun itu berjalan mendekat ke arah Arthur. Ia tersenyum dengan ceria sembari mendongak ke atas, karena Arthur yang sangat tinggi darinya.
“Uncle, apa kau kesulitan mencariku? Maaf—”
“Di mana kopermu?” tanya Arthur sambil melempar pandangan ke arah lain dan mencari-cari di mana trolly yang membawa barang gadis itu.
Senyum ceria gadis itu mendadak hilang. Ia menjadi sungkan dan merasa bersalah pada Arthur. Yah … mungkin karena ini pertemuan kedua ia dan Arthur. Lagi pula, mereka tak sedekat itu.
Hailey menoleh ke arah belakang sambil menunjuk ke arah trolly yang membawa beberapa koper miliknya. “Di sana.”
Hailey kembali menoleh ke arah Arthur. "Uncle sudah mak—"
“Okay. Ayo pulang.”
Arthur memotong pembicaraan sambil mengatakannya dengan dingin dan melengos menuju ke arah trolley tersebut. Kemudian ia mendorong trolly tersebut menuju ke arah parkiran. Sementara Hailey, gadis itu menyamakan langkah kakinya yang kecil dengan langkah kaki besar milik Arthur.
Hailey dibuat setengah berlari mengejar langkah besar pria itu. Ia hanya bisa mendengus sebal. Pasalnya, ia juga terpaksa menerima jemputan pria itu.
“Andai Arline mendengarkanku! Tak perlu aku berjalan seperti anak itik yang mengekori induknya!” geram Hailey sambil menggigit bibirnya menahan kesal. Ia menatap kesal ke arah punggung Arthur yang saat itu sedang mendorong trolly.
Setelah perjalanan panjang yang melelahkan karena terpaksa berpacu langkah dengan pria dingin itu, Hailey akhirnya bernafas lega. Pasalnya ia sudah tiba tepat di depan mobil milik pria itu.
Arthur memindahkan semua koper Hailey, sementara gadis itu masuk ke dalam mobil mewah tersebut dan duduk dengan tenang. Saat Arthur sudah selesai dan masuk ke dalam mobil, pria itu masih diam seperti sebelumnya. Tak ada satu patah kata pun yang terucap saat itu.
Hailey memberanikan diri untuk kembali berkomunikasi dengan pria dingin di sebelahnya itu. “Uncle … terima kasih karena sudah menjemputku.”
“Hm.”
“Apa kampusku jauh dari tempat tinggalku?” tanya Hailey ragu-ragu. Pasalnya Arline tak memberitahu di mana apartemen yang akan ia tempati saat kuliah di LA.
Arthur yang semula tenang dan fokus menatap ke depan, saat itu juga alisnya menyatu dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Tentu saja Hailey membenci ekspresi pria itu. Ekspresi yang membuat ia berspekulasi sendiri, bahwa pria di sampingnya itu terusik karena kehadirannya.
“Haaa … I hate this guy! Kalau memang tak suka dan keberatan, kenapa harus datang menjemputku?! Memangnya aku ini anak kecil? Aku sudah dewasa dan—”
“Kuliah?” sebuah pertanyaan yang membuat Hailey berhenti memaki Arthur di dalam hati.
Pria itu bertanya dengan suara baritonnya yang berat.
“Yes. Kuliah. Apa Arline tidak memberitahumu?” Hailey menoleh ke kanan, ke arah Arthur yang sedang sibuk mengemudi tanpa sedikitpun menoleh ke arahnya sejak tadi.
“Ck!” bukannya menjawab pertanyaan Hailey, Arthur malah berdecak sebal?
Hailey semakin dibuat kesal sejadi-jadinya. Ia tak menyangka, pria yang sempat membuat ia terpana saat pernikahan ayah dan ibu tirinya, kini menjadi pria yang paling ia benci. Padahal, ia berniat untuk memiliki hubungan yang baik dengan Arthur. Tapi sikap dingin dan frontal pria itu membuat ia kesal dan marah.
“Kau akan tahu sendiri nanti,” jawab Arthur sesimple mungkin. Setelah mengatakan hal tersebut, tak ada lagi percakapan antara keduanya.
Hailey sibuk menatap ke arah luar jendela sambil mengumpat dan mengutuki Arthur di dalam hati.
“Pantas saja Arline mempercayaiku pada pria menyebalkan ini. Ternyata … dia memang tak acuh pada perempuan! Lagi pula, apa yang harus dikhawatirkan kalau aku tinggal dengan pamanku yang lainnya? Tak mungkin ada hal-hal gila yang terjadi padaku dan mereka,” keluhnya dalam hati.
Perjalanan panjang melelahkan pun berakhir. Pasalnya, Porsche 918 Spyder yang mereka tumpangi, kini sudah berada di parkiran apartemen. Keduanya pun turun sambil mendorong koper ukuran besar di kedua belah sisi kiri dan kanan tangan mereka. Karena Hailey membawa 4 buah koper besar dari Vienna.
Mereka tiba di sebuah apartemen yang akan Hailey tempati selama beberapa tahun ke depan. Dan tentu saja ia menempati tempat itu sendiri, tanpa siapapun.
“Kalau ada apa-apa, hubungi saja aku,” ucap Arthur singkat.
Merasa tak ada lagi yang perlu ia lakukan, selain menjemput Hailey ke bandara, Arthur pun memutuskan untuk tak berlama-lama di sana. Ia melirik jam mewahnya. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam. Sebaiknya ia bergegas kembali ke apartemennya untuk melanjutkan dinas malam dengan Selena.
Pria dengan tinggi 189 cm itu pun berjalan menuju ke pintu untuk pergi meninggalkan Hailey. Namun, langkahnya mendadak berhenti tanpa menoleh ke belakanh. “Tapi … aku harap kau tak menyusahkanku selama di sini.”
“Karena waktuku terlalu mahal untuk hal-hal yang tak menguntungkan,” imbuhnya dengan suara baritonnya yang tenang dan mencekam, membuat Hailey menggigit bibir sambil mengepalkan tinjunya saat itu juga.
Usai mengatakan hal tersebut, Arthur beranjak pergi meninggalkan Hailey sendirian. Pria dingin itu tak peduli apakah di apartemen itu ada makanan atau tidak? Apakah gadis itu akan baik-baik saja saat penyesuaian di Los Angeles? Bahkan, ia tak memberitahu seperti apa Los Angeles bagi gadis muda sepertinya.
“Aku harap kau membusuk sendirian. Hanya wanita bodoh dan gila yang mau dengan pria sepertimu!” umpat Hailey dengan penuh kebencian.
Arthur menunggu lift sambil merogoh ponsel disakunya. Kemudian ia membuka pesan dari Selena.
^^^"Kau di mana? Aku sudah di lobby apartemenmu."^^^
"I'm coming," balasnya singkat pada Selena.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung …....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Susi Akbarini
ya nanti haley akan jadi wanita gila dan bofoh buqt Arthur..
😀😀😀❤❤❤❤
2025-05-17
2
memei
bener Herley biarkan Arthur membusuk kena penyakit kelamin
2025-05-16
1