🌺hem...🌺
* * *
Kedua mata Ree secara bergantian melihat Hana yang masih dengan ekspresi datarnya, lalu beralih pada Jon yang terlihat mulai memelas pada tunangannya itu.
Ree sadar jika ia sebenarnya tak begitu berhak untuk bicara ataupun melakukan sesuatu lagi.
Meski ia sudah terlibat jauh di dalamnya.
" pergilah Ree, aku butuh waktu untuk bicara dengan calon istriku " ucap Jon membuyarkan lamuan Ree.
" aku yang akan pergi,.... kalian selesaikan saja urusan kalian" Hana yang tampak bersiap untuk melangkah.
Seketika raut wajah Jon berubah penuh marah melihat bagaimana sikap tak perduli Hana yang selalu menyebalkan. Hal yang paling Jon benci.
Hana sempat melihat sesaat pada Jon.
Namun ia memilih untuk tidak menghiraukan bagaimana tatapan Jon saat ini padanya.
Dan ia pun tetap melangkah , berjalan hingga sampai di depan pintu masuk dan hendak menekan tombol lift.
"Berhenti di situ, Hana !!! " bentak Jon.
Ree yang sejak tadi masi duduk diruang yang sama itu hampir saja meloncat karena terkejut. Suara Jon yang begitu keras terdengar, hingga memenuhi seisi ruangan tersebut.
Ree mengerjapkan matanya beberapa kali, rasa takut mulai menyeruak. Karena Jon terlihat sangat menyeramkan.
Bagaimana tidak ,Jon kini beralih menatapnya dengan sorot mata yang tajam.
Sepertinya Jon benar-benar kesal.
Sedang Hana masi diam mematung dengan tangan menggantung pada tombol lift.
" Ree, kau taukan dimana pintu keluarnya ? " ucap Jon padanya.
Ree yang segera berdiri, wajahnya terlihat panik mendapati Jon yang juga beranjak dari tempatnya berdiri.
" i.. i... iya "Ree sudah berdiri lalu berusaha berjalan meski harus dengan langkah yang tertatih-tatih .
Hingga ia sampai dimana Hana masih berdiri disana.
Ree mengambil heels merah miliknya dari dalam rak sepatu.
Namun tak ia kenakan. Ia kembali melanjutkan langkahnya hingga sampai didepan pintu masuk.
Sementara telunjuknya memencet tombol lift, Ree sempat melirik Hana yang ada disampingnya itu.
Wanita itu sejak tadi masih berdiri mematung dengan kepala sedikit tertunduk.
Dengan kaki telanjang, Ree segera masuk ketika pintu lift terbuka, melewati Hana dan tak lama menghilang dari balik pintu lift yang sudah kembali menutup.
* * *
Langkah kaki dengan cepat terdengar mendekat. Hana tau jika Jon kini tengah berjalan kearahnya.
Tak lama kemudian ia merasa jika tangan yang begitu kekar milik Jon sudah meraih dan menggenggam kuat lengan kanannya.
Lalu menariknya dengan kasar ,memaksa agar tubuh itu berbalik menghadapnya.
Kini wajah keduanya saling berhadapan.
Bahkan wajah merekapun hampir bersentuhan. Jika saja Hana tak segera menekan telapak tangannya pada dada telanjang Jon, tubuh mereka pasti sudah saling menempel.
Hana dapat merasakan hembusan nafas Jon yang tak beraturan pada permukaan wajahnya. .
" katakan, Hana... apa maksudmu dengan kita lupakan saja semuanya ? "tanya Jon dengan penuh penekanan pada kata terakhir dari pertanyaannya.
Hana diam. Ia tengah beradu pandang pada kedua mata Jon yang mulai memerah.
" jika yang kau maksud dengan lupakan adalah soal pernikahan , maka itu tak akan terjadi, Hana.
ITU TIDAK AKAN PERNAH TERJADI !!!
Pernikahan kita akan tetap terlaksana !
Kau ingat orang tua kita akan datang besok ?
Dan undangan sudah akan mulai disebar besok ?
Kau tidak bisa membatalkan semuanya begitu saja, Hana" tegas Jon
" tapi dia hamil, Jon " Hana berusaha menyingkirkan genggaman dari jemari Jon yang terasa begitu kuat meremas lengannya .
Sadar telah menyakiti Hana, Jon melepas cengkramanya.
Hana mengelus-ngelus lengan , terasa memar disana.
" maaf Hana.. aku tak bermaksud ... " Jon mencoba meraih Hana, namun dengan cepat Hana menepis tangan yang hampir menjangkau tubuhnya itu.
" Jangan menyentuh ku, Jon. rasanya tak nyaman mengingat kau baru saja mencumbu wanita tadi " ucap Hana memalingkan pandanganya.
Jon yang tadinya mulai melunak, kembali tersulut kesal.
Ia mengambil sebuah pot bunga hias yang ada diatas rak sepatu, lalu melemparnya ke dinding tak jauh dari tubuh Hana berdiri, hingga pot tersebut hancur tak berbentuk lagi.
" ok. . seperti katamu .. mari kita lupakan..biarkan semua ini ngambang gak jelas, kaya kamu !! " tunjuk Jon pada wajah Hana.
Jon berbalik, ia berjalan meninggalkan Hana yang memilih kembali menanggapinya dengan diam.
Jon menaiki tangga, menuju kamar utama, masuk kekamar mandi untuk membersihkan diri.
Sementara itu, Hana mengambil sapu dan serok yang menggantung disisi rak sepatu untuk membersihkan puing-puing pot bunga tadi.
Selesai dengan urusan diteras pintu masuk tadi, Hana beralih ke ruang tamu. Tempat dimana pecahan kaca berserakan di lantai.
Ia mengambil vacum , membersihkan tiap sudut ruangan tersebut hingga bersih dan kembali rapi.
* * *
Hana menghempaskan tubuhnya disofa, untuk sekedar melepas penat sejenak.
Tangannya masi memegang foto berukuran 10 x 12 inch , yang bingkainya sudah ia buang ke tempat sampah.
Foto dirinya dan Jon 5 tahun yang lalu.
Dalam foto ia terlihat mengenakan dres putih selutut berlengan pendek, dan Jon dengan stelan jas berwarna senada.
Keduanya tersenyum lebar dalam foto tersebut, dengan tangan Jon yang dilingkarkan pada pinggang rampingnya.
Itu adalah hari saat dirinya dan Jon melangsungkan acara pertunangan. Tak lama setelah Ia berhasil meraih gelar dokter spesialisnya dan ditempatkan dirumah sakit tempatnya kini berkerja.
Hana masih ingat bagaimana ucapan selamat dan harapan dari para keluarga terutama kedua orang tua mereka, yang menginginkan mereka untuk segera menikah.
Namun hal tersebut terus tertunda. Ia tajam kunjung melangsungkan pernikahan yang menjadi harapan seluruh keluarganya.
Bahkan sampai di penghujung tutup usia sang ibupun, hubunganya masih saja dipertanyakan .Hubungan yang tak kunjung ke pelaminan.
Hana kembali mengingat ke masa itu.
Hana dan Jon berasal dari kota kecil yang sama.
Mereka berasal dari keluarga sederhana. Bukan hanya itu mereka juga merupakan tetangga yang rumah kontraknya saling bersebelahan.
karena itu mereka sudah mengenal satu sama lain sejak kecil.
Jon adalah anak tunggal sedangkan Hana adalah bungsu dari dua bersaudara. Hana memiliki seorang kakak perempuan seusia Jon bernama Harpita .
Berbeda dengan Hana yang pendiam , sifat Harpita lebih periang dan disukai banyak orang.
Meski begitu Jon lebih menyukai Hana .
Dan sudah sejak kecil Jon memang selalu menempel pada Hana.
Dan Hana, ia hampir tak pernah tertarik akan hal lain selain buku pelajaran. Termasuk dengan kehadiran Jon di setiap harinya.
Hana yang memang unggul dalam hal akademik, menghabiskan sebagian besar masa remaja dengan mengejar beasiswa berprestasi.
Ia tau hanya itulah yang ia butuhkan untuk meraih cita-cita nya .
Hana hampir tak pernah mengenal lelaki lain dalam hidupnya. Itu karena Jon yang selalu mengawasi siapa saja teman-temanya.
Setelah tamat dari bangku sekolah menengah atas, Hana memutuskan melanjutkan mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter.
Berbekalkan tekat dan beasiswa yang ia terima ,Hana memutuskan untuk kuliah dan keluar dari kota kelahirannya.
Dan Jon, tentu saja ia akan mengikuti kemanapun kaki Hana melangkah. Menuju kota metropolitan yang sekarang inienjadi tempat mereka berpijak.
Awalnya Jon berkerja serabutan.
Ia melakukan hampir semua pekerjaan yang memungkinkannya untuk dapat bertahan hidup.
Hingga suatu ketika , saat dimana ia bekerja disebuah klub Petinju sebagai petugas kebersihan disana.
Tanpa ia sadari jika diam-diam sang pemilik sekaligus pelatih para petinju, ternyata selalu memperhatikannya.
Jon memang memliki postur tubuh yang sangat memenuhi syarat untuk menjadi seorang petinju.
Iapun lalu ditawari dan diberi kesempatan untuk berlatih.
Butuh waktu untuk mengasah kemampuan yang itu.
Dan karena tekatnya yang kuat jugalah, iapun dipercaya untuk memulai debutnya .
Walau baru sekedar menjadi petarung amatiran antar klub.
Hingga akhirnya Jon menemukan bakatnya. Memang butuh usaha, kerja keras dan pengorbanan untuk meraih kesuksesan yang kini sudah ia raih.
Ia bahkan rela untuk sementara tidak menemui Hana dan fokus pada karirnya.
Ia lakukan semua agar dapat sukses, seorang yang pantas untuk dapat mendampingi Hana .
Buah manis pun mereka petik. Hana berhasil meraih cita-cita nya sebagai seorang dokter begitupula dengan Jon yang sukses me jadi petinju kelas dunia.
Semua adalah hasil dari kerja keras mereka yang sukses meraih impian masing-masing.
Saat itulah Jon mulai memikirkan tentang bagaimana seharusnya ia dan Hana.
Ia ingin mengikat wanita itu.
Ia lalu mengatur sebuah pertunangan.
Agar dapat segera meresmikan hubungan mereka.
Inilah mereka sekarang, sepasang kekasih tanpa pernah ada pernyataan cinta. Bahkan dasar dari hubungan mereka pun tak tau dimulai dari mana.
Jon memang selalu blak-blakan soal perasaanya.
Berbeda dengan Hana yang tak pernah sekalipun menanggapi seperti apa hubungan mereka selama ini. Ia hanya mengikuti alurnya saja.
Tentang pernikahan, Jon harus bersabar. Ia harus menunggu selama 5 tahun , dengan berbagai polemik yang datang silih berganti .
Entah sudah berapa yang mereka hadapi yang menjadi menyebabkan pernikahan itu berulang kali harus tertunda.
Mulai dari jadwal latihan yang padat dalam menghadapi pertandingan besar, kontrak yang mengikat untuk tidak terlibat dalam hubungan pernikahan. Hingga kesibukan Hana yang waktu itu sebagai satu-satunya spesialis ahli bedah penyakit dalam yang ada di rumah sakit tempatnya berkerja.
Sekian lamanya, Jon harus memendam rasa ingin memiliki Hana seutuhnya.
Bukan hanya status yang ia harapkan, namun hati dan juga tubuh Hana.
Hana akui , Jika Jon begitu sabar dalam hal menunggu .
Termaksud saat harus bisa menahan diri padanya.
Entahlah, jika lelaki lain apakah sanggup melakukan hal yang sama.
Terlebih menghadapi sikap dingin Hana.
Tapi lama kelamaan Jon mulai terlihat lain.
Perlahan sikapnya menjadi egois.Dan menjadi sangat kasar ketika hubungan mereka tengah dalam menghadapi sebuah masalah.
Apalagi jika Hana hanya menanggapi hal tersebut dengan diam .
Maka Jon akan dengan mudah kehilangan kesabarannya.
* * *
Kini kesabaran Jon berganti mengecewakan. Namun, Hana sadar ia tak bisa menumpahkan semua kesalahan pada Jon.
Ia sadar jika dirinyalah penyebab Jon berselingkuh.
Melihat bagaimana sikap Jon pada Ree , Hana tau jika Jon hanya mencari pelampiasan saja . Semua karena ia yang selalu menolak ketika akan disentuh.
" ayo, ku antar kau pulang" Jon yang entah sejak kapan sudah berdiri dihadapannya.
Suara Jon terdengar datar, tak seperti beberapa saat lalu yang dipenuhi oleh amarah.
Ia bahkan mengulurkan salah satu telapak tangan pada Hana.
Hana mendongakkan kepalanya, melihat lelaki tampan yang sudah rapi dengan stelan santai,dengan rambut yang masih tampak lembab.
Hana meraih tangan Jon. Dapat ia rasakan hangatnya telapak Jon membungkus jemarinya.
Ia sudah terbiasa akan hal itu, namun untuk melakukan hal lebih dari itu entah kenapa hati dan tubuhnya selalu keberatan dan menolak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Trua Yohanes
soory ya aku Lola...bacanya ...aku butuh berimajinasi baca novel karyamu karena akan menyenangkan
2021-05-18
2
ICHA GHEA
para toko wanitaxa gk puxa pendirian msak calonnya ketahuan se lingku msih pura" nyapu bego amat ..
2021-05-10
2
Titis Setiyowatiu7
hmmm terkadang mennjaga jodoh org jg mnyrdihkn pcaran m siapa nikah m siapa
2021-02-10
14