BAB 3. TANTRUM

Semua orang di ruangan saat ini menatap bingung gadis kecil yang menangis dengan kencang di atas tempat tidur. Mereka tidak tahu harus melakukan apa untuk menenangkan gadis kecil tersebut.

"Daddy?! I wanna Daddy?!" seru Rosetta dalam tangis kencangnya.

"Rose, Daddy sedang bekerja. Nanti kalau sudah selesai Daddy akan datang," bujuk Rode dengan nada lembut, duduk di depan sang adik seraya berusaha menenangkan adiknya tersebut.

"Tidak mau, Rose mau Daddy sekarang! Rose mau bertemu Daddy!" serunya lagi tanpa menghentikan tangisnya.

Lili sendiri bingung bagaimana cara menenangkan anak bungsunya ini, tidak pernah ia melihat Rosetta tantrum seperti ini walau gadis kecilnya tidak pernah diam.

"Mom, bagaimana kalau menelepon Dad dan memintanya ke sini sekarang. Aku takut kalau Rose menangis lebih lama dia akan kembali sakit, padahal dia baru saja sembuh," saran Lucas yang tidak tega melihat adik kecilnya menangis sesenggukan minta agar bertemu ayahnya.

Melihat putrinya bertingkah rewel tidak seperti biasanya, membuat Lili mengikuti ucapan dari Lucas. Ia sendiri tidak mengerti kenapa tiba-tia Rosetta menjadi tantrum seperti ini. Apakah mungkin karena efek dari gadis kecil itu sakit sehingga membuatnya bertingkah manja?

"Tolong jaga adik kalian sebentar, ya," pint Lili kepada anak-anaknya, lalu bicara dengan Arthur. "Aku telepon pamanmu dulu sebentar."

"Biar mereka aku yang jaga," kata Arthur.

Lili keluar dari ruangan dan menelepon suaminya. Walau sebenarnya tidak ingin mengganggu, tapi melihat keadaan Rosetta yang terus menangis membuat Lili mau tidak mau memberitahu Rion.

"Ada apa, Love?" tanya Rion dari seberang telepon.

"Apa kau sedang sibuk saat ini?" tanya Lili.

"Aku sedang bicara dengan James dan beberapa klien yang dibawa olehnya. Memang ada apa?" tanya Rion lembut, tidak ingin terdengar kalau ia merasa terganggu karena sang istri menelepon.

"Apa kau bisa ke rumah sakit sekarang? Rosetta sejak tadi menangis tidak berhenti ingin bertemu denganmu," beritahu Lili.

"Apa dia sakit lagi?" tanya Rion yang langsung terdengar khawatir.

"Aku tidak yakin. Tadi dia baik-baik saja, lalu tiba-tiba menanyakanmu. Saat diberitahu kalau kau sedang bekerja, dia justru menangis sampai sekarang dan merengek ingin bertemu denganmu," jawab Lili.

"Aku akan segera ke rumah sakit. Mungkin dia rewel karena efek dari sakit parah kemarin," kata Rion.

"Oke. Aku akan menunggumu," ucap Lili sebelum ia mengakhiri panggilan.

Lili kembali masuk ke dalam ruangan, melihat Arthur, Lucas, dan Roderick berusaha menenangkan Rosetta yang masih menangis.

"Daddy," ucap Rosetta yang entah sudah berapa banyak memanggil sang ayah.

"Sayang, Daddy akan datang sebentar lagi. Daddy sudah dalam perjalanan, jadi jangan menangis lagi, ya. Kau bisa kembali demam nanti. Lihatlah matamu sudah bengkak seperti itu," kata Lili seraya mengangkat anak gadisnya tersebut dan menggendongnya. Ia mengelus punggung gadis itu agar Rosetta berhenti menangis.

"Daddy sungguh sedang ke sini?" tanya Rosetta dalam sisa-sisa tangisnya.

"Benar. Jadi jangan menangis lagi. Lihat, kau membuat kakak-kakakmu khawatir karena menangis terlalu lama seperti itu," beritahu Lili seraya mengarahkan pandangan Rosetta ke Arthur, Lucas, dan Roderick yang menatap Rosetta cemas.

Arthur berjalan mendekati Lili seraya membuka bungkus permen, lalu menyuapkan perman tersebut ke mulut Rosetta dan berkata, "Makanlah, ini akan membuatmu lebih baik."

Rosetta menerima permen pemberian Arthur, menikmati bola manis kecil itu dalam mulutnya. Ia sebenarnya merasa sedikit bersalah karena bersikap menyebalkan dan keras kepala seperti tadi. Tapi tidak ada cara yang dapat ia pikirkan untuk saat ini selain tantrum seperti anak bermasalah agar ayahnya tidak melakukan pertemuan dengan para pihak Blackwood. Karena ancaman terbesar hilangnya kuasa Lorenzo adalah berawal dari kerjasama yang dijalin bersama orang-orang itu.

Lili menatap anak gadisnya yang mulai tenang. Terus mengelus punggung gadis kecil itu ketika mendapati Rosetta menyandarkan tubuh sepenuhnya sang gadis ke Lili. Mungkin benar kalau sikap putrinya hari ini yang tidak biasa adalah karena efek dari demam tinggi kemarin. Bukankah anak kecil selalu bersikap manja dan rewel ketika mereka sakit.

"Rose, baik-baik saja?" tanya Roderick yang sejak tadi masih menatap adik kembarnya penuh kekhawatiran.

Mendengar anak satunya tersebut, Lili langsung duduk di pinggiran tempat tidur untuk menunjukkan Rosetta ke arah Roderick. Ia paham kalau bagaimana pun Rosetta dan Roderick adalah anak kembar, yang mana kalau satu merasa tidak baik-baik saja, maka yang satunya pun bisa merasakannya.

"Kau sakit lagi?" Roderick berdiri dengan lututnya di atas tempat tidur, beringsut mendekati sang ibu untuk melihat adiknya. Bocah kecil itu menyentuh dahi Rosetta, ingin merasakan apakah tubuh adiknya itu panas seperti beberapa hari lalu.

"Rose, sakit lagi?" Lucas pun menggeser dirinya untuk melihat adik perempuannya itu. Mendengar kalau kemungkinan adiknya kembali sakit, ia benar-benar tidak senang.

"Daddy," ucap Rosetta yang sebenarnya tidak sabar untuk melihat ayahnya. Karena jika benar ayahnya datang ke rumah sakit ini, artinya pertemuannya dengan pria Blackwood dan juga antek-anteknya tersebut tidak jadi.

"Ayahmu akan segera datang, Bumblebee. Kenapa kau sangat ingin bertemu dengan ayahmu tiba-tiba?" tanya Arthur seraya mengelus kepala Rosetta.

"Aku mimpi kemarin kalau Daddy bersama orang jahat. Dia pura-pura baik sama Daddy dan Mommy, padahal dia jahat," jawab Rosetta, berusaha terdengar seperti jawaban anak-anak pada umumnya.

"Rose, ayahmu orang yang tidak akan mudah dijahati oleh orang. Ayahmu itu hebat dan luar biasa, jadi kau tidak perlu khawatir," kata Arthur, terdengar ada nada kagum dalam setiap ucapannya terhadap sosok Rion yang memang sudah menjadi panutan untuk remaja satu ini, terutama setelah ia melihat bagaimana ayah Rosetta dan Dante yang merupakan ayah Arthur itu menyelamatkan mereka dulu.

"Tapi orang jahat ini tidak terlihat jahat. Dia pintar pura-pura, tahu-tahu mengambil semua uang Daddy dan Mommy," kata Rosetta, tidak berbohong karena itu adalah hal yang paling melekat dalam ingatan Rosetta ketika dewasa.

"Mommy akan beritahu Daddy nanti tentang mimpimu. Daddy pasti akan mengusir orang jahat itu. Memang seperti apa orang jahat di mimpi Rose?" Lili berusaha untuk mengikuti alur pembicaraan sang anak.

"Pirang bermata biru," kata Rosetta, ingat dengan jelas paras ayah dan anak yang menghancurkan hidup Rosetta dan keluarganya.

"Aku dong," ucap Arthur.

Rosetta melihat ke arah Arthur ketika mendengar hal itu. Lupa kalau kakak sepupunya ini juga memiliki rambut pirang dan mata biru yang menarik perhatian.

"Kalau orang jahat di mimpiku seperti pangeran. Kalau Arthur itu seperti singa tua jelek," ucap Rosetta meledek sang kakak.

Arthur tersenyum penuh arti mendengar ucapan dari Rosetta dan berkata, "Aunty, boleh aku telan putrimu?"

"Silahkan," sahut Lili yang justru langsung memberikan Rosetta kepada Arthur dengan senyum senang.

"Mommy, kau pengkhianat!" seru Rosetta, protes karena ibunya memberikan dirinya begitu saja dengan mudah kepada Arthur. "Kenapa kau memberikanku kepada singa tua jelek ini!"

Arthur menggendong Rosetta dengan senyum tak biasanya.

"Berhenti tersenyum seperti itu. Kau lebih mengerikan dibandingkan badut. Terima saja kalau kau memang mirip dengan singa tua dibandingkan pangeran," celetuk Rosetta.

"Arthur, bagaimana kalau kau mengunyahnya dulu sebelum menelannya," ucap Lucas dengan senyum lembut.

"Ah, benar juga. Selamat makan," ucap Arthur seraya membuka mulut seolah ingin menelan Rosetta.

"Agh! Menjauh dariku!" seru Rosetta seraya menahan wajah Arthur agar tidak mendekat.

Yang lain tertawa melihat tingkah Arthur dan Rosetta yang memang sejak kecil selalu seperti kucing dan anjing. Tapi herannya jika salah satu dari mereka tidak saling melihat, mereka selalu saling mencari satu sama lain.

"Rose?"

Suara familiar terdengar bersamaan dengan pintu ruangan yang terbuka. Sosok Rion muncul dari balik pintu dan masuk ke dalam ruangan dengan wajah khawatir setelah mendengar kabar tentang putrinya.

"Daddy?!" panggil Rosetta antusias. Senang karena ayahnya sungguh datang, yang artinya tidak ada pertemuan terjadi antara sang ayah dengan orang-orang brengsek itu.

Rion yang melihat sang putri langsung menghampirinya, mengambil Rosetta yang diserahkan oleh Arthur dan menggendong gadis kecil kesayangannya itu dalam dekapannya.

"Daddy." Rosetta memeluk sang ayah erat. Bergelayut manja dalam gendongan Rion, tidak menyangka kalau ayahnya benar-benar akan langsung datang begitu tahu kalau Rosetta begitu ingin bertemu dengannya.

"Daddy dengar tadi kau menangis dan terus mencari Daddy. Ada apa? Kenapa putri kesayanganku ini kenapa sampai menangis lama?" tanya Rion, walau ia bisa melihat kalau mata gadis kecilnya ini masih tampak bengkak karena bekas menangis.

"Rose kangen Daddy. Rose ingin bersama Daddy," jawab Rosetta jujur walau itu menjadi bagian dari rencananya untuk menghentikan pertemuan dengan biang kehancuran keluarga sang gadis ke depannya.

"Daddy juga kangen denganmu," ucap Rion yang memeluk lebih erat putrinya.

"Rion? Apa putrimu baik-baik saja?" Suara asing terdengar dari arah pintu, membuat semua orang melihat ke arah yang sama.

Netra biru Rosetta melebar ketika ia melihat sosok tak asing untuknya. Sosok yang tidak akan ia lupakan walau gadis itu tidur sekali pun.

"Oh, James, masuklah. Putriku baik-baik saja, sepertinya haya rewel karena sedang sakit," ucap Rion ramah.

Dan saat itulah amarah terlihat jelas ketika Rosetta dapat melihat satu lagi sosok kecil di samping pria bernama James ini. Sosok yang ingin sekali ia cabik tubuhnya setelah apa yang sosok itu perbuat, atau mungkin jika sekarang 'apa yang akan sosok itu lakukan nanti'.

"Elijah, masuklah. Mereka semua ada di sini. Sapa dengan baik mereka," ucap James seraya mengarahkan bocah pirang dengan eskpresi sok lugu.

Ah, ingin sekali Rosetta menghancurkan wajah bocah berambut pirang itu sekarang. Kebencian Rosetta terhadap Elijah terlalu besar, tidak peduli jika pria itu masih bocah. Karena tetap saja bocah itu akan menjadi setan di masa depan, terutama dengan orang tua yang sama brengseknya.

Mendekati saudara-saudara Rosetta? Tidak akan gadis itu biarkan.

Terpopuler

Comments

Ana Kurniawan

Ana Kurniawan

jangan sampai masuk ke lubang yang sama Rosetta...

2025-05-16

2

ir

ir

bingung juga kalo diposisi Rose mau ngomong jujur juga pasti ga ada yg percaya omongan anak kecil

2025-05-18

2

lihat semua
Episodes
1 BAB 1. KESALAHAN
2 BAB 2. MENJADI BOCAH?
3 BAB 3. TANTRUM
4 BAB 4. STRESS
5 BAB 5. BERLEBIHAN
6 BAB 6. KELUARGA
7 BAB 7. SEKOLAH
8 BAB 8. BAYARAN
9 BAB 9. EFEK
10 BAB 10. KAKEK
11 BAB 11. MARAH
12 BAB 12. LEGA
13 BAB 13. SERANGAN
14 BAB 14. MUSUH
15 BAB 15. TINDAKAN
16 BAB 16. TENANG
17 BAB 17. TEMAN
18 BAB 18. TANTANGAN
19 BAB 19. KETAHUAN
20 BAB 20. HANGAT
21 BAB 21. ULANG TAHUN
22 BAB 22. PESTA
23 BAB 23. WASPADA
24 BAB 24. TERJEBAK
25 BAB 25. BERCERITA
26 BAB 26. FASILITAS
27 BAB 27. TEORI
28 BAB 28. PEKERJAAN
29 BAB 29. USAHA
30 BAB 30. PENGKHIANATAN
31 BAB 31. MARAH
32 BAB 32. SAKIT
33 BAB 33. KONDISI
34 BAB 34. BERTAMBAH USIA
35 BAB 35. PAMIT
36 BAB 36. CERITA
37 BAB 37. ASISTEN
38 BAB 38. ALARM
39 BAB 39. KERJASAMA
40 BAB 40. WAKTU
41 BAB 41. KERJA SAMPINGAN
42 BAB 42. KABAR BURUK
43 BAB 43. TAKUT
44 BAB 44. PERBURUAN
45 BAB 45. BERULAH
46 BAB 46. OPERASI
47 BAB 47. TANGISAN
48 BAB 48. DIBUNTUTI
49 BAB 49. PESTA ULANG TAHUN
50 BAB 50. DIRINYA
51 BAB 51. ASING
52 BAB 52. TELEPON
53 BAB 53. ELIJAH
54 BAB 54. PANTHER
55 BAB 55. KETAHUAN
56 BAB 56. PERASAAN
57 BAB 57. MAAF
58 BAB 58. PENGAKUAN
59 BAB 59. PEKERJAAN
60 BAB 60. BERTAHAN
61 BAB 61. GAGAL
62 BAB 62. BANGKIT
63 BAB 63. ISTIRAHAT
64 BAB 64. AKSI
65 BAB 65. KEBANGGAAN
66 BAB 66. BEKERJA
Episodes

Updated 66 Episodes

1
BAB 1. KESALAHAN
2
BAB 2. MENJADI BOCAH?
3
BAB 3. TANTRUM
4
BAB 4. STRESS
5
BAB 5. BERLEBIHAN
6
BAB 6. KELUARGA
7
BAB 7. SEKOLAH
8
BAB 8. BAYARAN
9
BAB 9. EFEK
10
BAB 10. KAKEK
11
BAB 11. MARAH
12
BAB 12. LEGA
13
BAB 13. SERANGAN
14
BAB 14. MUSUH
15
BAB 15. TINDAKAN
16
BAB 16. TENANG
17
BAB 17. TEMAN
18
BAB 18. TANTANGAN
19
BAB 19. KETAHUAN
20
BAB 20. HANGAT
21
BAB 21. ULANG TAHUN
22
BAB 22. PESTA
23
BAB 23. WASPADA
24
BAB 24. TERJEBAK
25
BAB 25. BERCERITA
26
BAB 26. FASILITAS
27
BAB 27. TEORI
28
BAB 28. PEKERJAAN
29
BAB 29. USAHA
30
BAB 30. PENGKHIANATAN
31
BAB 31. MARAH
32
BAB 32. SAKIT
33
BAB 33. KONDISI
34
BAB 34. BERTAMBAH USIA
35
BAB 35. PAMIT
36
BAB 36. CERITA
37
BAB 37. ASISTEN
38
BAB 38. ALARM
39
BAB 39. KERJASAMA
40
BAB 40. WAKTU
41
BAB 41. KERJA SAMPINGAN
42
BAB 42. KABAR BURUK
43
BAB 43. TAKUT
44
BAB 44. PERBURUAN
45
BAB 45. BERULAH
46
BAB 46. OPERASI
47
BAB 47. TANGISAN
48
BAB 48. DIBUNTUTI
49
BAB 49. PESTA ULANG TAHUN
50
BAB 50. DIRINYA
51
BAB 51. ASING
52
BAB 52. TELEPON
53
BAB 53. ELIJAH
54
BAB 54. PANTHER
55
BAB 55. KETAHUAN
56
BAB 56. PERASAAN
57
BAB 57. MAAF
58
BAB 58. PENGAKUAN
59
BAB 59. PEKERJAAN
60
BAB 60. BERTAHAN
61
BAB 61. GAGAL
62
BAB 62. BANGKIT
63
BAB 63. ISTIRAHAT
64
BAB 64. AKSI
65
BAB 65. KEBANGGAAN
66
BAB 66. BEKERJA

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!