Bella

“Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Sam sudah berada di depan hotel untuk menjemput kita.”

“Apa yang dilakukan oleh pria yang bersamamu? tubuhmu terlihat memerah dan ada luka goresan-goresan kecil,” tanya Bella khawatir.

Bella menghentikan langkahnya yang diikuti oleh Chloe. Bella mengkhawatirkan keadaan Chloe yang seolah tak terjadi apa-apa.

“Tenang saja. Bukankah ini hal biasa yang kita akan rasakan? Aku baik-baik saja.”

“Berhenti bersikap kuat, babe. Bereaksi lah dengan apa yang kamu alami. Aku akan menginap di apartemenmu untuk mengobatinya.”

“Aku bisa mengobatinya sendiri. Ibu dan Max pasti menunggumu. Sam sudah didepan. Jangan buat di menunggu lebih lama lagi.”

Bella yang memilih mengalah, memeluk Chloe sejenak dan menggandeng tangannya. Mereka kembali berjalan tanpa mengucapkan kata.

...Di Mobil...

“Sam, bagaimana harimu?” tanya Bella dengan semangat.

“Seperti biasa. Baik-baik saja. Bagaimana denganmu?”

“Cukup melelahkan tapi juga menyenangkan”.

“Menyenangkan karena bayaran yang tinggi?” tanya Sam tanpa basa-basi.

“Menyenangkan untuk sesuatu yang sulit untuk dimengerti.”

Bella, wanita ceria dan manis. Mudah jatuh hati dan mudah melupakan. Sedangkan Sam adalah supir mama-San yang kadangkala ditugaskan untuk antar jemput Chloe dan Bella saat ada pelanggan. Meski tak selalu Sam yang menjemput, sikapnya yang dingin dan diam, membuat Bella penasaran pada pria itu. Bisa dibilang bahwa Sam memiliki wajah yang tampan namun pribadi yang sulit untuk didekati.

...Lobi Apartemen Chloe...

“Aku duluan, Bell. Sampaikan salamku pada ibumu dan Max. Lusa nanti aku akan membelikan mainan untuk Max.”

“You shouldn’t have. Kau sudah membelikannya banyak sekali mainan. Jangan memanjakannya begitu.”

“Heiii, dia adikku. Sudahlah. Jangan lupa langsung istirahat dan sampai bertemu lusa. Sam, tolong antar Bella sampai rumah dengan selamat.” (Chloe segera keluar mobil)

“Sam, aku ingin pindah duduk dibagian depan”.

“Silahkan”.

Mobil melaju setelah Bella pindah posisi dan duduk disamping Sam.

“Sam, apa aku boleh bertanya?”

“Apa?”

“Apa yang berada dipikiranmu saat melihat perempuan seperti kami?”

“Seperti kalian bagaimana?”

“Ehhhh, mak..maksudnya dengan pekerjaan seperti kami.”

“Aku sama sekali tak berpikir apapun. Bukankah itu hidupmu? Setiap orang berhak dengan hidupnya”.

“Baiklah. Mengapa kau tak pernah tersenyum?” (melirik ke arah Sam)

“Seperti yang aku katakan sebelumnya. Ini hidupku dan aku berhak melakukan apa saja terhadap diriku.”

“Maaf kalau begitu,” ucap Bella pasrah.

Bella menyadari bahwa kecantikan dan sikapnya yang manja tak akan berhasil untuk Sam. Ia sudah pernah mencobanya jauh-jauh hari. Sam tak menggubris sama sekali bahkan ia mengeluarkan kata-kata sarkas dari mulutnya yang pedas.

...Didepan Rumah Bella...

“Sam, cobalah untuk tersenyum. Setidaknya itu membuat orang lain tak salah paham dan melihat kejanggalan darimu. Memang aku tak tahu apa yang terjadi padamu tapi akan lebih baik jika terlihat menyenangkan.”

“Tolong jangan terlalu banyak menyentuh hidup orang lain. Masuklah.”

“Terimakasih sudah mengantarku”.

Bella keluar dengan perasaan kesal dan marah. Sedangkan Sam, dia sulit untuk menggambarkan hatinya.

————————————————————

Bella memasuki rumahnya dengan password.

“I’m home.”

Mendengar hal itu, Max adiknya Bella berlari kearahnya dan memeluk Bella.

“Bellaaaaaa, I miss you.”

“Aku sangat sangat merindukanmu, sayangggg,” ucap Bella sambil menggendong Max.

“Bella, mengapa kau tak pulang kerumah tiga hari ini? Aku dan ibu merindukanmu.

“Heiiiiii, sunshine (mendudukkan Max di sofa). Setiap hari aku merindukanmu tapi aku juga harus bekerja. Aku bekerja untuk dirimu karena kamu adalah duniaku (mencium Max bertubi-tubi).”

“Jika aku sudah besar aku yang akan bekerja untukmu, Bella. Kamu dan Mommy dirumah saja bersenang-senang sambil berenang.”

“Hahahahahaha, baiklah. Segeralah dewasa.”

Ibu Bella yang sedari tadi berada di dapur segera berjalan keruang tamu.

“Bella, kamu sudah kembali sayang?” tanya ibunya (memeluk Bella).

“Haiiii, Mom. Apa ibu sudah meminum obat?”

“Ibu setiap hari rajin untuk meminum obat. Apa kamu sudah makan? Ibu sudah memasak makanan kesukaanmu. Melihat pesanmu akan pulang, ibu langsung segera ke dapur.”

“Aku lapar sekali, Mom. Pasti Max juga laparrrrrrr,” ucap Bella sambil menggelitik Max.

“Hahahahaha, geliii Bella. Gendong aku ke meja makan.”

Ibunya tersenyum bahagia melihat kelakuan kedua anaknya. Mereka makan dengan suasana hangat.

...Pukul 10.00 p.m...

“Mom, segeralah ke kamar dan istirahat. Aku yang akan mengantar Max ke kamarnya. Besok aku dan Max akan menemani Mommy ke rumah sakit untuk check up.”

“Baiklah, honey. Bella dan Max harus mencium ibu dulu. Satu dipipi kanan dan satu lagi dipipi kiri.

Bella dan Max serempak melakukannya. Ibunya lalu masuk kedalam kamar.

“Max, ini sudah jam 10 malam. Waktunya tidur sayang. Aku akan mengantarmu kekamar dan membacakan dongeng untukmu.”

“Baiklah, Bella.”

Bella menggendong Max ke kamarnya. Max yang di gendong langsung bersandar di bahu Bella.

Bella memperlakukan Max layaknya anak nya sendiri. Bella memberikan cinta yang penuh untuk Max. Agar kelak, saat menoleh masa lalu, Max tak pernah merasa kekurangan kasih sayang.

Bella tak ingin hidup Max kesulitan ataupun kekurangan kasih sayang seorang ayah. Untuk itu, Bella menabur dan melimpahkan cinta kasihnya secara utuh.

“Max, dongeng apa yang ingin kau dengarkan?”

“Aku ingin cerita yang berakhir bahagia, Bella. Apa saja yang penting bahagia.”

“Apa yang membuatmu berpikir seperti itu, sayang?”

“Jika tak bahagia itu akan membuatku sedih.”

“Hahahaha, kau ini lucu sekali.”

“Tak akan ada yang ingin bersedih Bella apalagi menangis.”

“Umurmu masih 5 tahun lebih tapi pemikiran mu sudah terlihat dewasa, Max. Apa ibu yang mengajarkan mu seperti ini?”

“Tidak. Aku hanya menyampaikan apa yang ada dalam hatiku.”

“Kau akan menjadi orang sukses di masa depan dengan pemikiran mu yang cerdas. Kau bercita-cita ingin menjadi apa, Max?”

“Aku ing...ingin menjadi seperti SpongeBob.”

Mendengarnya membuat Bella tertawa terbahak-bahak. Bagaimana bisa adeknya ingin menjadi SpongeBob.

“Hahahaha. Kalau begitu, aku adalah Patrick. Kenapa kau ingin seperti SpongeBob?”

“Karena dia hampir selalu tertawa bahagia. Melakukan apa yang dia sukai dan menerima Patrick meskipun Patrick tidak pintar. Kau tak cocok menjadi Patrick, Bella. Kau pintar seperti Sandy.”

“Baiklah kalau begitu. Aku akan menjadi, Sandy. Max, kau akan jauh lebih bahagia dibanding SpongeBob karena itu adalah bagianmu. Kau akan menjadi orang yang menerima setiap orang yang hadir dalam hidupmu bagaimanapun keadaannya karena kau punya hati yang lembut sekali. Aku sangat menyayangi mu, Max.” Ucap Bella sambil mengecup puncak kepala Max.

“Aku juga menyayangimu, Bella. Aku sudah ngantuk jadi besok saja aku mendengar dongengnya. Tidurlah bersamaku, Bella.”

Max memeluk erat Bella pertanda sayang dan rindunya pada kakaknya.

“Tentu saja, sayang.”

Bella selalu terharu dan bahagia mendengar perkataan yang keluar dari bibir Max. Adiknya itu tumbuh dengan pemikiran yang dewasa di banding usianya. Bella berharap Max tetap menerimanya setelah mengetahui apa yang menjadi pekerjaannya.

Terpopuler

Comments

Jans🍒

Jans🍒

lanjut thor, di tunggu kunjungan nya

2021-07-07

0

Nikkonikkoni...

Nikkonikkoni...

uwwah, next semangat

2021-02-04

0

Rian Cappuchino

Rian Cappuchino

Kak mampir yuk kenovelku.Judulnya "Ray Stardust."

Kutunggu kedatanganmu.

Terima kasih

2021-02-02

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!