Aku pun segera bangkit untuk menutup pintu kamar, namun belum sempat aku menutup pintu tiba-tiba saja gadis itu menghampiriku.
“Mas, kenapa? Kok.. bisa jatuh, ada yang luka kah?”
Pipiku tiba-tiba memerah dan aku tidak menjawab pertanyaannya selama beberapa detik, kemudian aku hanya menyahutnya pelan.
“Tidak apa-apa kok, saya tidak luka!”
Dengan bibir yang masih bergetar sambil menundukkan kepala aku hanya mengucapkan kalimat itu. Aku tidak bisa berkata-kata lagi ketika dia menanyakan kondisiku.
“Mas, beneran tidak apa-apa, tapi kenapa mukanya merah?”
Aku hanya memasang muka panik di depannya dan hanya berkata datar, berharap dia tidak tahu kalau aku sedang salah tingkah di dekatnya.
“Saya beneran tidak apa-apa kok, kalau begitu saya masuk ke kamar dulu ya..!”
Ucapku dengan nada pelan sambil menundukkan kepala dan menutupi muka ku dengan tangan, karena malu mengingat kejadian tadi yang sangat membuat malu. Aku berharap dapat bertemu dengan dirinya lagi dengan versi yang lebih baik.
Meskipun pintu kamar telah aku kunci, aku masih seperti tadi mengintipnya lewat jendela kali ini aku tidak ingin ceroboh seperti sebelumnya. Aku mencoba mendengarkan percakapan mereka, aku ingin tahu apa yang mereka bicarakan dan setelah mendengar cukup lama obrolan mereka ternyata orang tua gadis itu akan pindah rumah ke samping rumahku yang kebetulan di jual oleh pemiliknya.
Aku tidak tahu pasti kenapa tetangga sebelah rumahku itu menjual rumahnya karena setahuku dia baru satu tahun tinggal di sebelah rumahku, karena awalnya rumah itu di bangun oleh orang tuanya untuk di tinggali tetapi tidak tahu kenapa baru berjalan 1 tahun mereka sudah menjualnya.
Namun meskipun begitu aku merasa senang karena gadis itu akan menjadi tetanggaku sekarang, itu berarti aku bisa lebih dekat dengan dirinya. Setelah mereka pergi aku pun segera menghampiri ibuku dan bertanya soal gadis itu, aku penasaran bagaimana bisa ibuku berteman dengan ibunya dan aku ingin tahu semua tentangnya.
“ Ibu, Kalandra ingin bertanya? Ucapku dengan nada penasaran.
“Kamu ingin bertanya soal gadis itu kan! Kamu ingin tahu kenapa dia pindah ke sini dan kamu ingin tahu dia sekolah dimana?”
Seperti biasa ibuku sudah tahu apa yang aku tanyakan dan aku hanya melongo tidak mengucapkan sepatah kata pun.
“Nak, kenapa kamu diam saja bicaralah, ibu akan menjawab semua!”
Memang benar kata orang kalau ibu dan anak itu punya ikatan batin yang kuat sehingga ibuku bisa membaca isi pikiranku.
Aku hanya mengangguk saja karena apa yang ibu bicarakan adalah hal yang ingin ku tanyakan,
“Jadi begini nak, pertama ibu ingin memperkenalkan gadis itu dia bernama Aretha, dia sekarang kelas 3 SMA sama seperti kamu! Ibunya bernama Puspa dan ayahnya bernama Malik, ibu dan orang tua Aretha adalah teman sekolah.
"Kami berpisah setelah kita sama-sama menikah dan sekarang baru bertemu kembali.”
Aku hanya diam saja tidak mengiyakan apa yang aku dengar karena aku hanya fokus membaca gerak bibir ibuku yang bercerita tentang gadis itu.
“Nak, kamu mendengarkan cerita ibu kan?
Aku yang masih memikirkan gadis itu, tidak sadar kalau ibu bertanya kepadaku, ibuku pun mengetok kepalaku.
“Pok...! Kamu ini nak, malah melamun!”
Aku hanya tertawa kecil ketika ibu menegurku, aku tidak menyangka kalau gadis itu adalah anak dari teman ibuku dan sekarang aku sudah tahu namanya yaitu Aretha nama yang indah untuk gadis secantik dia, apalagi dia ternyata seumuran denganku bahkan akan lulus SMA juga.
Lamunanku itu ternyata dari tadi menarik perhatian ibuku yang tanpa aku sadari sudah berhenti bercerita.
“ Nak, kamu kenapa senyam-senyum sendiri apa ujianmu susah, atau hatimu yang tidak tenang?”
Aku yang mendengar ucapan ibuku seketika mengalihkan pandangan ke bawah, aku tahu ibuku pasti akan mengolok-olok aku nanti.
“Ibu, bisa saja deh... Kalandra tidak lagi mikirin ujian kok, malah pak guru Kalandra kasih ucapan selamat sama aku bu!”
Aku yang berusaha mengalihkan topik pembicaraan berpura-pura membuka buku agar ibu tidak bertanya lebih lanjut lagi.
“Wah... Kamu dapat ucapan selamat nak, dari gurumu! Hebat ya... Kamu.”
Perkataan ibu membuatku menjadi tambah malu dan buru-buru keluar rumah.
Aku kemudian hanya mengucapakan salam pelan sambil berlari menaiki motor, di sepanjang perjalanan aku memikirkan cara bagaimana mendekati Aretha tanpa harus kelihatan secara di sengaja, aku ingin bertemu dengannya secara alami seperti di perpustakaan waktu itu.
Namun aku tidak tahu dia sekarang tinggal dimana, apa aku ke perpustakaan saja siapa tahu dia di sana karena kebetulan aku juga mau ke perpustakaan untuk belajar, tapi bagaimana jika dia tidak di sana lalu aku harus bertanya tentang dia ke siapa.
Aku tidak mungkin meminta alamat rumahnya dari ibu, nanti malah ibu semakin menggodaku, jadi aku harus bagaimana agar bisa bertemu dengan dia, di saat aku lama berpikir tentang Aretha ternyata aku tidak sengaja berpapasan dengan dia ketika aku pergi ke perpustakaan.
Aku pun tanpa malu-malu menyapa dirinya padahal sebelumnya aku tidak pernah melakukan hal itu.
“Hai... Kamu mau kemana?
Ucapku dengan bibir bergetar di tambah keringat dingin di sekujur tubuh. Aku tidak tahu apakah dia mengenalku atau tidak.
“Oh... Mas ini, anaknya tante Siti ya..!
Ucapnya dengan senyuman manis seperti gula yang membuatku tidak berkedip sama sekali,
“Iya... Tapi jangan panggil saya mas dong..! Kita kan seumuran panggil saja saya Kalandra!”
Ucapku dengan berusaha senyum manis karena takut dia merasa tidak nyaman denganku karena selama ini aku jarang senyum.
“Oke deh, Kalandra... Oh iya Perkenalkan nama aku Aretha!”
Wajahnya yang ceria tiba-tiba saja mengalihkan duniaku dan tanpa sadar dia mengulurkan tangganya untuk bersalaman kepadaku. Namun aku hanya fokus melihat wajahnya.
“Kalandra.... Kalandra kamu kenapa kok, melamun?
Panggilan itu tiba-tiba saja membuatku tersadar kalau dari tadi Aretha memanggilku, aku pun hanya menjawabnya pelan aku masih memikirkan topik apa yang pas untuk aku bicarakan kepada dirinya.
“Boleh aku panggil kamu dengan nama Retha..?
Dengan muka ku yang menunduk aku mengajukan pertanyaan itu, berharap dia tidak risih jika aku panggil seperti itu.
“Tentu boleh dong... Aku juga panggil kamu Andra ya...!”
Ucapannya yang lembut dengan senyum cerahnya sekali lagi membuat aku tak berkutik, hatiku terus saja bergejolak setiap kontak mata dengan Retha.
Aku pun segera meminta nomor WA Retha agar bisa lebih dekat dengannya, mungkin tindakkan ku ini terlalu buru-buru apalagi ini masih ujian nasional, tentu saja semua murid kelas 3 SMA akan fokus belajar tapi aku kan hanya minta nomornya, tentu itu tidak mengganggunya karena bagiku lebih cepat aku kenalan dengan dirinya maka kesempatanku semakin besar.
Jujur saja aku ini orangnya ambisius terhadap sesuatu yang aku inginkan dan tidak akan menyerah jika menginginkan sesuatu, namun aku tahu kalau Aretha adalah manusia dan bukan barang atau sesuatu yang dapat aku minta dengan paksa.
Maka dari itu aku hanya meminta nomor WA-nya saja karena aku takut menganggu belajarnya.
“Retha apa aku boleh meminta nomor WA kamu? Aku tidak ada maksud lain kok, aku cuma ingin tukar pendapat saja mengenai ujian nasional. Tapi kalau kamu tidak mau kasih aku ya.. tidak apa-apa”
Dengan hati yang cemas aku berusaha untuk tetap tenang berkontak mata dengan Retha aku tidak bisa berbicara lebih banyak karena takut dia akan berpikir aku cuma modus saja.
“Iya.. aku tahu kok, ini nomorku!”
Aku tidak mengucapkan sepatah kata pun ketika dia benar-benar memberikan nomornya padaku. Aku tidak menyangka saja kalau dia langsung memberikan nomornya kepadaku, aku kira dia akan menolak karena aku dan dia baru beberapa kali bertemu.
“Terima kasih ya..!
Ucapku sambil mengetik nomor Hpnya.
”Aku tahu kok, kamu orang baik Andra. Ibumu sudah banyak cerita kepadaku jadi kamu tidak perlu sungkan sama aku, kita bisa menjadi teman sekarang!"
Aku yang masih tidak percaya akan ucapannya seketika terdiam membisu tidak berani mengucapakan kata-kata lain dan hanya menunduk saja.
Aku tidak menyangka kalau ibuku berperan besar dalam mendekatkan diriku dan ternyata Retha sudah tahu aku, pantas saja dia tidak kaget ketika aku memperkenalkan diriku kepadanya, tapi kenapa ketika dia membuka pintu rumahku dia masih bertanya siapa aku atau mungkin dia mengujiku atau dia ingin melihat aku orangnya seperti apa.
Tetapi aku tidak boleh terlalu percaya diri siapa tahu ibuku hanya bercerita saja tanpa memberikan dia fotoku, tapi apa mungkin ibuku tidak akan memberikan fotoku kepadanya, kenapa aku jadi berpikir begini aku kan cuma mau berteman bukan mau melamar pusing sekali aku memikirkan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
mampir say~ AGREEMENT
wahh pake pov satuu
2025-06-03
0