kami berlatih setiap pagi hari tanpa pernah libur kecuali hari minggu. lalu diselingi dengan pertarungan tiruan dan latihan beladiri. sorenya pelatihan penggunaan manna. sampai akhirnya hari yang di tunggu telah tiba, perburuan bandit.
sudah dari jauh hari aku mencari informasi. aken dan sans juga membantu dalam mencari informasi tentang bandit. dan akhirnya dari beberapa kelompok bandit kami memilih satu yang terlihat paling kaya.
"tapi tuan, kekuatan mereka juga pasti besar melihat jumlah kekayaannya" ucap aken.
"huh.. percaya dirilah, kalian sudah menjadi jauh lebih kuat dari pada kalian yang dulu. susah mengatakannya, tapi kalian akan sadar nanti ketika pertarungan dimulai".
"baiklah aku akan percaya dengan itu" ucap aken berhenti mengeluh.
...****************...
kami memulai perjalanan di pagi harinya setelah latihan pertarungan ringan. tidak semua dari kami berangkat. kami hanya membawa 14 orang jika dihitung dengan tuan ragas berarti ada 15 orang. kami juga membawa 3 gerobak bersama kami. tapi karena kami tak memiliki kuda, kami membuat jadwal bergantian untuk menariknya.
Awalnya ini berjalan mudah. setelah keluar dari kota perjalanan mulai sulit karena jalan tak lagi mulus. membawa gerobak semakin berat dan sulit karena kadang ada jalan yang menanjak. dan yang membuat ini semakin panas, ragas tak ikut andil. dia hanya tidur di atas gerobak. apa-apan dia, disaat kita kesulitan dia malah dengan nyamannya tidur, padahal dia yang paling kuat, itulah yang aku pikirkan sebelum akhirnya dia terbangun dan langsung duduk.
"semuanya menepi..!, sepertinya kita sudah sampai" ucap ragas. jadi selama ini dia mengawasi dengan kemampuannya, aku merasa bersalah karena berpikir yang tidak-tidak. lagi-lagi rasa kagumku terhadapnya bertambah.
"sans..!, kau yang bertugas menghadapi mereka, sisakan satu untuk informasi".
"siap" ucapku.
"untuk yang lain kita akan membangun tenda sementara, kita akan menyerang pada malamnya, ayo cepat".
tuan ragas pergi meninggalkan aku sendiri. aku segera melompat ke atas pohon hampir tanpa suara. mengeluarkan dua pisau sambil memantau sekitar.
Dan benar saja, tak lama setelah itu tiga orang pria terlihat. dalam sekali lihat saja aku sudah yakin kalau mereka bandit. pakaian kotor dan perawakan mereka saja sudah menjelaskan semuanya. tentu saja pakaianku juga sama dengan mereka karena kami juga preman sebulan lalu.
Aku turun perlahan membuntuti pria paling belakang. dengan lihai aku menusuk lehernya sambil menutup mulut agar tak menimbulkan suara.
"hei... dimana jack". salah satu pria bandit sadar kalau temannya menghilang.
"heh... selalu saja pergi tanpa bilang-bilang"
"jadi bagaimana, apa perlu kita cari".
"dah lah.. nanti juga datang sendiri, lebih baik kita lanjut pantau lagi jalan utama. moga aja ada mangsa perempuan cantik, aku sudah bosan dengan yang di markas. mereka bahkan tak lagi teriak dan melawan".
"yah... bos melarang kita menyentuh wanita yang cantik sih".
"tentu saja bodoh, jika ada pedagang budak datang kita bisa dapat uang dalam jumlah besar".
Kedua pria itu kembali berjalan. tak lama mereka menemukan jejak gerobak dan beberapa jejak kaki yang masih baru. siang hari membuatnya terlihat dengan jelas.
aku segera menangkap lagi yang dibelakang menusuknya dengan pisau di bagian leher.
merobohkannya dalam sekejap tanpa sedikitpun suara. ketika aku hendak menangkap yang terakhir, pria bandit menyadarinya karena melihat bayanganku sekilas ketika sedang melihat jejak. dia menarik pedang di pinggang dengan cepat.
'TING' suara pedang dan pisau beradu. untungnya aku berhasil menepis tebasan pedang pria bandit dengan pisauku tepat waktu. sayangnya kualitas pisauku dangat buruk dan hampir hancur karena menahan serangan tadi.
Pria bandit maju menyerang mengayunkan pedang beberapa kali. aku menghindar dengan mulus tanpa sedikitpun masalah. dan ketika melihat kesempatan aku maju menangkap pergelangan tangan dan memutarnya hingga dia terjatuh melepaskan pedang. aku menendang pedang ke samping untuk menjauhkan senjata darinya.
pria bandit berdiri mengeluarkan pisau dari balik bajunya, tapi aku sama sekali tak merasa terancam.
Pria bandit mengayunkan pisau, aku dengan santai menghindar ke belakangnya dan menjepit lehernya diantara tanganku. tak lama kemudian dia pingsan karena kehabisan nafas.
Setelah membereskan mayat bandit temannya, aku membawa bandit yang pingsan. aku tak mengira akan semudah ini. hanya dalam sebulan dia membuatku menjadi sekuat ini, apa yang akan terjadi jika aku bersamanya selama setahun.
...****************...
'TPAK' suara tamparan. pria bandit terbangun. ia dalam keadaan terikat di pohon
"pilihanmu hanya dua, mati mengenaskan atau mati cepat. jika kau menjawab dengan benar aku akan membuatnya cepat" ucapku memberikan pilihan.
"ada berapa orang di markas kalian? " tanyaku.
"aku tidak tau".
'KRAK' suara patah tulang. aku baru saja mematahkan jari jempolnya. kali ini aku memegang jari telunjuknya.
"berapa..? ".
"bangsat aku akan membunuhmu bocah".
'KRAK' suara patah tulang. aku lanjut ke jari tengahnya.
"berapa..?". aku menatapnya tersenyum.
"ada sepuluh".
'KRAK'. suara patah tulang. aku lanjut ke jari manisnya dan langsung mematahkannya begitu juga kelingkingnya. dia menjerit kesakitan.
"aku bilang jawab yang benar. berapa..? ".kali ini pria bandit tak menjawab hanya merintih kesakitan.
"sans pinjam pisau mu..! ". sans memberikan pisaunya.
"tunggu-tunggu aku akan jawab".
"eh.. pisaumu berbeda sans". aku menyadari pisaunya berbeda dengan yang dia bawa.
"yah pisauku hampir rusak, jadi aku mengambil pisaunya untukku".
"baiklah sampai dimana tadi". sans dan opi melihatku mengintrogasi dari belakang. sans hanya diam, tapi opi terlihat agak mengernyitkan dahi. mungkin dia sedang membayangkan betapa sakitnya itu.
"itu ada dua ratus orang lebih" ucap pria bandit. wajahnya sudah berubah pucat karena ketakutan. aku mengambil tali dan mengikatnya pada lengan kanan bandit dengan kuat lalu mengiris ibu jarinya hingga terpotong. dia menjerit selama prosesnya.
"kenapa... aku sudah mengatakannya" protesnya sambil menangis.
"kau belum dihukum sebelumnya karena tidak menjawab. ada berapa..? ".
"itu dua ratus orang lebih".
"ada berapa yang di tawan?".
"ada sekitar lima puluh orang",
"siapa nama pemimpinmu?".
"ruben".
"apa ada pengguna manna disana?".
"itu hanya lima orang termasuk ruben".
"apa markas kalian di gua, atau di luar?".
"ada di gua yang cukup besar".
"nah kan.., itu cepat jika kau mau menjawabnya". aku berdiri mengembalikan pisau ke sans. aura putih muncul menyelimuti pergelangan tangan kananku. itu membentuk pisau. lalu dengan ayunan cepat, aku memotong leher bandit. kepalanya bergelinding sambil mempertahankan ekspresi sebelumnya. seharusnya dia tak mengalami rasa sakit.
"semoga dikehidupanmu berikutnya kau menjadi orang yang jauh lebih baik" ucapku menatapnya kasian.
"jadi sekarang apa yang akan kita lakukan?" tanya sans.
"kita akan menunggu tengah malam untuk menyerang, untuk sekarang lebih baik kita beristirahat".
"siap" ucap sans dan opi berbarengan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments