Bab 4,

“Rasanya enak dan gurih,” jawab Savitri sambil mengunyah.

Yanuar kembali menoleh ke Yulia. “Mau coba, nggak?” tanya Yanuar sekali lagi.

“Nggak! Yulia mau makan masakan Bi Midah aja.” Yulia menarik kursi di sebelah Yanuar lalu duduk di sebelah Yanuar. Ia menuangkan nasi ke atas piring.

Savitri duduk di depan Yanuar. Ketika ia hendak menuangkan nasi ke atas piring, Yanuar memanggilnya. “Bu.”

Savitri menoleh ke Yanuar. “Ibu mau buburnya nggak?” tanya Yanuar.

“Kalau Ibu mau, Yanuar bagi dua dengan Ibu,” lanjut Yanuar.

“Tidak usah. Kamu habiskan saja, kamu kan sedang sakit,” jawab Savitri sambil menuangkan nasi ke atas piring.

“Assalamualaikum.” Terdengar suara Harry di depan rumah.

“Wa’alaikumsalam” jawab semua orang dengan serentak.

Harry masuk melalui pintu dapur. Ia mengunakan baju koko dan kopyah, ia baru pulang sholat magrib di mesjid. “Belum pada makan?” tanya Harry melihat keluarganya belum mulai makan.

“Nungguin Ayah pulang dari mesjid. Cepat Ayah ganti baju dulu! Ibu sudah lapar,” jawab Savitri.

“Ayah juga lapar,” jawab Harry sambil mengusap perutnya.

“Ayah ganti baju dulu.” Harry berjalan menuju ke kamar. Beberapa detik kemudian ia keluar kamar, ia sudah mengganti dengan celana pendek selutut dan kaos oblong.

Harry duduk di samping Savitri. Ia memperhatikan makanan yang terhidang di atas meja. Namun, matanya melihat Yanuar yang sedang makan bubur.

“Bu, Yanuar makan bubur?” Harry bertanya kepada Savitri.

“Iya. Dia dikirimi bubur oleh Mega,” jawab Savitri sambil menuangkan nasi ke atas piring Harry.

Harry menoleh ke Yulia yang berada di depannya. Yulia sedang makan nasi pakai balado ikan. “ Yulia nggak makan bubur juga?” Harry bertanya kepada Yulia.

“Nggak,” jawab Yulia sambil mengunyah makanan.

“Teh Mega cuma kirim bubur untuk Papa saja,” lanjut Yulia.

“Kok Yulia nggak dikasih?” tanya Harry dengan nada bingung.

“Mestinya jangan cuma papanya saja yang dikirimi bubur. Anaknya juga harus dikirimin bubur,” lanjut Harry.

Yulia mengambil gelas berisi air di depannya lalu meminum air di gelas hingga setengah gelas. “Kalaupun dikasih tidak akan Yulia makan. Mendingan makan masakan Bi Midah,” kata Yulia.

“Aduh, segitu kesalnya sama Teh Mega,” goda Harry.

Savitri memukul pelan tangan Harry. “Sudah. Jangan ganggu cucunya terus! Sekarang Ayah makan, tadi katanya lapar,” sahut Savitri.

“Iya,” jawab Harry. Harry mengambil lauk pauk yang dihidangkan di atas meja lalu ia makan bersama dengan keluarganya.

.

.

Pagi-pagi sekali  Yanuar bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Ia sengaja berangkat pagi-pagi karena hendak mengantar Yulia ke sekolah. Yulia sudah memakai seragam dan sepatu, ia menunggu Yanuar di depan rumah. Yulia membaca buku pelajaran fisika sambil bolak balik di depan mobil. Pagi ini dia ada ulangan fisika.

“Assalamualaikum, Yulia.” Terdengar suara perempuan menyapanya.

Yulia mengenal suara itu. “Wa’alaikumsalam,” jawab Yulia sambil menoleh ke asal suara. Mega berdiri di samping Yulia. Ia memakai gamis berwarna abu-abu dengan kerudung yang warnanya senada dengan warna gamis. Wajahnya dirias dengan riasan tipis, tetapi tetap terlihat cantik.

“Teh Mega mau ke mana?” tanya Yulia.

“Nggak ke mana-mana. Cuma mau ke rumah Yulia,” jawab Mega.

“Ada apa perlu apa, Teh?” tanya Yulia dengan wajah yang datar. Ia sudah tahu kalau Mega mau bertemu dengan papanya.

“Yulia sudah sarapan, belum?” tanya Mega.

“Belum,” jawab Yulia. Ia tidak sempat sarapan karena harus berangkat pagi-pagi sekali. Namun, ia membawa bekal untuk sarapan di sekolah.

“Kebetulan sekali. Ini Teh Mega sudah buatkan sarapan untuk Yulia.” Mega menyodorkan tas kain kepada Yulia.

“Nggak usah, Teh! Yulia sudah bawa bekal untuk sarapan,” kata Yulia. Ia menolak menerima pemberian Mega.

“Nggak apa-apa. Bisa untuk makan siang,” ujar Mega sambil terus menyodorkan tas kain.

Yulia menghela napas melihat apa yang dilakukan oleh Mega. Mega akan terus seperti itu sampai pemberiannya diterima oleh Yulia. Akhirnya Yulia memutuskan untuk menerima pemberian Mega. Ia mengambil tas kain tersebut. “Terima kasih, Teh Mega,” ucap Yulia.

“Sama-sama, Yulia,” jawab Mega.

“Yulia. Ayo kita berangkat.” Terdengar suara Yanuar memanggil Yulia. Yanuar berjalan menuju ke mobil.

“Teh, Yulia berangkat dulu,” pamit Yulia. Ia berjalan menuju ke mobil lalu masuk ke dalam mobil.

“Eh, ada Teh Mega,” sapa Yanuar ketika hendak menuju ke mobil. Ia sengaja memanggil Mega dengan sebutan ‘Teh Mega.’

“Bagaimana keadaan Bang Yanuar? Apakah sudah sehat?” tanya Mega.

“Alhamdulillah sudah sehat,” jawab Yanuar sambil membuka pintu mobil.

Mega menghampiri Yanuar. “Bang Yanuar, ini sarapan untuk Bang Yanuar.” Mega memberikan tas kain kepada Yanuar.

Yanuar memandangi tas kain yang diberikan Mega. “Waduh, saya sudah bawa sarapan. Itu ada di mobil.” Yanuar menunjuk ke dalam mobil.

“Nggak apa-apa, Bang Yanuar. Ini bisa untuk makan siang,” jawab Mega.

Akhirnya Yanuar menerima pemberian Mega supaya ia bisa cepat berangkat. Ia takut Yulia kesiangan. “Terima kasih, Teh Mega,” ucap Yanuar.

“Sama-sama, Bang Yanuar,” jawab Mega.

Yanuar membawa tas pemberian Mega lalu ia masukkan ke dalam mobil. Ia menyalakan mesin mobil kemudian menjalankan mobilnya. Ketika mobil melewati di depan Mega, Yanuar membunyikan klakson lalu melambaikan tangan ke Mega. Mega memandangi mobil Yanuar yang mulai menjauh.

.

.

Siang hari di kediaman keluarga Bobby. Amanda turun dari lantai dua, ia berjalan menuju ke dapur. Ia mencari Claudia. Claudia sedang memasak di dapur. Ia menghampiri ibu sambungnya.

“Mama lagi masak apa?” Amanda melihat ke masakan yang sedang dimasak Claudia.

“Masak macam-macam,” jawab Claudia sambil mengaduk masakan.

“Mama masak banyak, nggak?” tanya Amanda.

Claudia menoleh ke Amanda. “Kenapa kamu bertanya seperti itu?” tanya Claudia. Claudia mematikan kompor karena masakannya sudah matang. Claudia menuangkan masakannya ke dalam mangkuk besar.

“Amanda mau memberi makanan untuk teman Amanda yang sedang sakit,” jawab Amanda.

“Kenapa tidak memberi buah-buahan saja? Kenapa harus kirim makanan? Nanti makanannya tidak bisa dimakan. Orang sakit ada pantangannya, loh.” Claudia membawa mangkuk ke ruang makan. Amanda mengikuti Claudia.

“Dia memang sedang sakit, tetapi dia tetap masuk kerja. Maksud Amada, Amanda mau memberi dia makan siang agar dia tidak beli makanan sembarangan,” kata Amanda.

Claudia menoleh ke putri sambungnya dengan tatapan penuh selidik. “Mau kirim makan untuk pacar, ya?” tanya Claudia sambil menggoda Amanda.

“Bukan pacar Amanda,” sangkal Amanda.

“Kalau bukan pacar, siapa dong?” tanya Claudia penasaran.

Amanda diam. Ia ragu untuk memberitahu Claudia. Amanda pernah memergoki Yanuar sedang memandangi wajah Claudia dengan tatapan sedih. Amanda merasa kalau Yanuar memiliki perasaan suka kepada Claudia. Ia tidak tahu apakah Claudia memiliki perasaan yang sama kepada Yanuar.

Melihat Amanda diam, Claudia tidak melanjutkan lagi pertanyaannya. Mungkin ada hal yang pribadi yang tidak ingin Amanda ceritakan.

“Ya sudah.” Claudia menyentuh lengan Amanda.

“Tidak apa-apa kalau kamu belum mau bercerita,” ujar Claudia.

“Mama mau ambilkan kotak makan  dulu.” Claudia berjalan menuju dapur bersih untuk mengambil kotak makan.

“Amanda mau mengirim makanan untuk Pak Yanuar,” sahut Amanda.

Claudia menghentikan langkahnya. Ia terkejut mendengar apa yang dikatakan Amanda. Claudia membalikkan badannya.

.

.

***Hai, pembaca. ***

Mohon maaf kalau Deche telat update karena ada yang harus Deche kerjakan. Deche minta ijin besok selama 2 hari Deche tidak bisa update karena Deche harus keluar kota. Deche janji Deche akan up kembali setelah pulang dari luar kota.

Terima kasih atas pengertiannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!