Bab 3

Axel berjalan di belakang Elsa, menatap sekeliling yang mulai sunyi. Jalanan tampak lengang, lampu-lampu mulai redup, dan hanya langkah mereka yang terdengar. Tatapannya kemudian beralih ke punggung gadis itu yang terlihat tenang dan santai, seolah sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.

Axel mempercepat langkah, menyamai langkah Elsa, lalu berkata, "Sepertinya kau sudah terbiasa pulang malam, ya?"

Elsa menghentikan langkahnya, menoleh dengan alis yang mengerut tajam. "Maksudmu?"

"E-em ... Ma-maksudku, kenapa kau pulang selarut ini? Kau tidak takut ada ... sesuatu?" Axel menoleh ke kanan dan kiri, lalu mengusap tengkuknya yang tiba-tiba meremang.

"Oh, itu. Sebenarnya, aku juga tidak ingin pulang malam-malam. Tapi setelah pulang sekolah, aku harus bekerja di cafe. Jadi, ya ... mau tidak mau, harus pulang malam.."

"Kau ... bekerja?" Axel terkejut, tidak percaya. "Memangnya, orang tuamu ke mana? Kenapa kau harus bekerja?" Ia tidak habis pikir. Selama ini, ia sudah sering bertemu dengan gadis seumuran Elsa. Dan rata-rata, mereka sangat manja. Tapi Elsa?

"Orang tua kami sudah lama meninggal," jawab Elsa pelan. "Dan mereka meninggalkan banyak utang. Jadi, kami harus berusaha keras untuk bertahan hidup ... dan melunasi semuanya."

"Kami?" Axel mengulang dengan nada heran.

"Ya, kami." Elsa membuka pagar rumahnya, lalu melirik Axel. "Ayo masuk!"

Axel ragu sejenak, lalu mengikuti langkah gadis itu masuk ke dalam. Ketika Elsa membuka pintu rumah, tampak seorang pria duduk di ruang tamu. Sosok itu menoleh, seolah memang sedang menunggu kepulangan mereka.

"Akhirnya, kau pulang juga," ujar pria itu dengan raut wajah yang khawatir. Namun, sedetik kemudian, keningnya nampak mengeryit saat menatap pria yang berdiri di belakang Elsa. "Dia ... "

Elsa tersenyum dan menarik Axel agar berdiri di sampingnya. "Dia kakakku, namanya kak Roy," ucapnya sambil menatap pria yang ada di depannya. Lalu, ia memperkenalkan Axel pada kakaknya. "Dan, Kak Roy, dia Kak Axel."

Roy menyipitkan matanya, menatap Axel dari atas sampai bawah. "Kau ... Sepertinya , aku pernah melihatmu. Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Roy.

Axel membuka mulut, hendak menjawab, namun Elsa lebih dulu memotongnya. "Ck, itu tidak mungkin." Elsa menarik Roy sedikit menjauh dan berbisik pelan agar Axel tidak mendengar. "Kak, malam ini biarkan kak Axel menginap, ya?"

"Apa? Kenapa ... "

"Sttt! Kecilkan suaramu." Elsa menoleh ke arah Axel dan tersenyum canggung, sebelum kembali berbisik pelan. "Dia hampir saja bunuh diri karena mempunyai hutang yang banyak dan tidak mendapatkan tempat tinggal. Jadi, untuk malam ini saja, biarkan dia menginap di sini."

Roy sempat terkejut, namun, melihat kedipan Adiknya membuatnya terdiam. Sedetik kemudian raut wajahnya yang keras mulai melunak. Ia menarik nafas dalam dan mengangguk pelan.

"Baiklah," ucapnya, sebelum kembali menoleh ke arah Axel. "Kau boleh menginap di sini, tapi jangan membuat masalah."

"Terima kasih," ucap Axel.

Roy mengangguk dan beralih pada Elsa. "Besok, aku harus berangkat pagi-pagi sekali karena senior memintaku membersihkan ruangan CEO."

"Apa harus sepagi itu?" gerutu Elsa.

"Mau bagaimana lagi. Itu peraturan perusahaan. Tuan Axel sangat cinta kebersihan. Jadi ... " ucapan Roy terhenti saat menyadari sesuatu. Dia beralih menatap Axel dan kembali menelitinya dari atas sampai bawah.

"Tidak mungkin. Di lihat dari penampilannya saja, berbeda sangat jauh. Apalagi, dia mempunyai banyak hutang. Pasti hanya kebetulan saja namanya sama," batin Roy. Ia sempat merasa tidak asing dengan Axel. Tapi, rasa kantuk membuat ia mengabaikannya dan memilih masuk ke kamar.

"Ayo, aku antar ke kamarmu." Elsa berjalan lebih dulu diikuti Axel. Ia membuka pintu kamar yang kecil dan sempit, namun cukup bersih dan nyaman untuk di tempati. "Kau bisa tidur di sini."

Axel masuk dan duduk di tepi tempat tidur. "Lumayan," gumamnya.

"Ya sudah, kalau begitu selamat beristirahat." Elsa menutup pintu kamar, meninggalkan Axel sendiri di sana.

"Hah, lumayan daripada aku harus pulang dan mendengar ocehan Daddy," gumam Axel.

...****************...

Suara alarm membelah keheningan, memaksa tubuh Axel untuk bergerak. Dengan mata setengah terbuka dan rambut berantakan, Axel menggapai ponsel lalu mendesah pelan.

"Sudah pagi," gumamnya. Dia bangun, menatap sekitar ruangan dan mendesah panjang. "Astaga, aku lupa jika ini bukan kamarku." Axel segera keluar dari kamar, berniat mencari kamar mandi untuk membersihkan diri. Namun langkahnya terhenti seketika saat suara aktivitas dari dapur menarik perhatiannya.

Didorong rasa penasaran, ia melangkah pelan menuju sumber suara dan melihat Elsa tengah sibuk menyiapkan sesuatu.

Axel mendekat tanpa suara, berdiri tepat di belakangnya. Namun, Elsa tiba-tiba berbalik, dan terkejut melihat Axel berdiri begitu dekat. Tubuhnya oleng, nyaris terjatuh jika saja Axel tidak menangkapnya dalam pelukan.

Tatapan mereka saling mengunci, seolah waktu melambat. Axel bisa merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Ada getaran aneh di dadanya, seperti desir halus yang sulit dijelaskan. Wajah mereka begitu dekat, sehingga bisa merasakan hembusan nafas satu sama lain.

Axel menelan ludah, berusaha mengalihkan pikirannya. Namun, tatapan Elsa yang teduh, dan ... Bibirnya yang sedikit terbuka, membuat Axel tidak bisa berfikir jernih

Tapi, Elsa dengan cepat memalingkan wajah, menarik diri dari pelukan Axel. Pipi gadis itu merona, dan ia berdeham pelan, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya.

“Maaf … aku tidak sengaja,” ujar Elsa lirih sambil berpaling.

Axel hanya bisa mengangguk pelan, masih merasakan getaran halus yang tertinggal di dadanya.

"K-kau mandilah dulu. Kakakku sudah menyiapkan baju untuk mu." Elsa menghindar dengan berpura-pura mengambil sesuatu. Sedangkan Axel, tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.

Setelah Axel tidak terlihat, Elsa nampak menghela nafas panjang. "Astaga, tadi itu ... Hampir saja," gumam Elsa.

Tidak jauh berbeda dengan Elsa, Axel juga merasakan hal yang sama. Dia menyentuh dadanya yang berdetak kencang. Dan berulang kali menarik nafas dalam.

"Astaga, Ax. Apa yang baru saja kau pikirkan, hah? Kau hampir saja menciumnya." Axel menarik rambutnya, frustasi. Bayangan wajah Elsa yang begitu dekat, terus terngiang-ngiang di benaknya. "Lupakan, Ax. Lupakan! Itu, tidak sengaja. Dia masih kecil, oke?" Axel menarik nafas dalam dan menghembuskan nya perlahan. Lalu, ia mulai membersihkan diri.

Beberapa saat kemudian, Axel keluar dengan memakai baju milik Roy. Dia terus menerus melihat penampilan nya yang tidak terbiasa memakai baju yang yang bukan miliknya.

"Duduklah, kita makan bersama."

Axel mengangkat wajahnya, menatap Elsa yang sudah rapi dengan seragamnya. Dia ikut duduk di depan gadis itu dan mulai menyantap makanan nya.

Tidak ada yang memulai pembicaraan. Kedua orang itu nampak canggung setelah apa yang terjadi pada mereka. Sampai terdengar nada pesan masuk di ponsel Elsa, yang membuat gadis itu tersenyum setelah membacanya.

"Dari siapa?" tanya Axel penasaran.

"Kak Roy. Dia bilang sudah sampai di tempat kerjanya," jawab Elsa.

Axel mengangguk pelan. Namun, juga penasaran. "Memangnya, kakakmu bekerja di mana?" tanyanya.

"Kak Roy bekerja di perusahaan besar sebagai OB. Kalau tidak salah, perusahaan AL'X Company."

"APA?"

Terpopuler

Comments

Dwi Winarni Wina

Dwi Winarni Wina

Axel sangat terkejut roy bekerja di perusahaan Alx company perusahaannya.... a
Axel begitu familiar sm roy dan kayak tidak asing lagi pernah bertemu ternyata roy karyawannya...

axel telah menemukan belah jiwanya elsa telah membuat jantungnya bergetar so pasti akan mwngejar cintanya elsa....

lanjut thor.....
💪💪💪💪💪

2025-05-14

2

Sleepyhead

Sleepyhead

Wait jangan bilang Roy, bekerja di perusahaan milik Ax

2025-05-13

0

aryuu

aryuu

semoga Axel tingginya ga 160cm 🤭🤭

2025-05-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!