Wanita muda itu bernama Hanifah Azahra, biasa di panggil dengan Hani, dia berusia 26 tahun , dia seorang guru di sebuah sekolah dasar, dan dia seorang janda, suaminya meninggal 3 tahun yang lalu, dan saat ini ia tinggal di pinggiran desa dekat dengan hutan karena suatu hal, sebenarnya ia memiliki rumah di tengah tengah perkampungan, rumah peninggalan orang tuanya, ia hanya akan datang ke situ untuk membersihkannya, sedang pondok yang di tempati saat ini adalah milik kakek neneknya.
Hanifah menggunting kemeja Dio yang berlumuran darah, dia langsung melihat tiga tusukan benda tajam di perut dio, Hanifah tercengang melihat luka itu.
"Apa dia korban perampokan atau memang sengaja di bunuh " Hanifah mencoba mencari identitas yang ada di tubuh dio.
" Nanti saja, biar aku bersihkan lukanyanya dulu...tolong jangan mati di sini ya..." ucap pelan Hanifah yang sedikit khawatir melihat kondisi dio.
Hanifah mengambil seember air dan kain pembersih, kemudian mengambil kotak obat yang ia punya.
Hanifa mulia membersihkan tubuh dan luka dio yang berlumuran darah.
Hanifah berkali kali menganti air yang ada di ember, setelah bersih Hanifah memberi obat pada luka luka itu dan kemudian menutupnya dengan kasa.
untungnya hanifah selalu menyimpan obat obatan di rumah, karena rumahnya jauh dari pemukiman penduduk maka hanifa selalu menyimpan sesuatu yang urgent.
" Dia pasti pria kota, dan aku rasa dia bukan korban perampokan " gumam hanifa sambil melihat jam tangan, kalung berliontin huruf D, dan cincin putih, semacam akik yang tadi masih melekat di tubuhnya, hanya dompet yang tidak ada .
Hanifah melihat barang barang itu dan kemudian memasukkannya ke dalam plastik putih.
Hanifa melihat jam dinding nya dan di situ terlihat jam sudah menunjukkan pukul setengah dua dini hari.
" Astagfirullah ternyata sudah setengah dua, Apa dia harus tidur di sini, tapi ia Terlihat kedinginan, kalau aku pindahkan ke rumah belakang, aku tidak kuat mengangkatnya, nggak mungkin kan aku menyeretnya sampai belakang, tapi kalau dia di sini nanti timbul fitnah, kalau kalau ada orang yang melihatnya " gumam hanifa bingung.
Hanifah masih terduduk di samping dio, ia terkejut saat mendengar rintihan dio, keringat dingin muncul dari kulit nya, hanifa memegang kening dio.
" panas sekali " Hanifah menghela nafasnya, ia bingung kalau ia biarkan pria itu di lantai, maka akan memperburuk kondisinya, sedangkan di rumah ini hanya ada satu kamar.
Akhirnya hanifa pergi ke kamarnya dan mengangkat kasur yang terbuat dari kapuk itu keluar kamar, dengan susah payah Akhirnya ia bisa mengeluarkan kasur itu, lantas ia memasang sprei, dan kemudian menarik tubuh di untuk di letakkan di atas kasusnya.
" Ah...dia berat sekali, dia pasti makannya banyak atau dosa nya yang banyak " gerutu Hanifah.
dengan penuh perjuangan akhirnya ia bisa meletakkan tubuh dio di atas kasur, lantas Hanifah mengompres kening dio.
*****
Dio mengerakkan tubuhnya perlahan, dan perlahan juga ia membuka matanya, ia mengerjap ngerjapkan matanya.
" Dimana aku " gumam dio.
" Apa aku sudah mati..." ucap dio pelan .
saat melihat ke samping kanannya ia terkejut saat melihat kain putih yang terjulur panjang ke atas .
" Ah...hantu " teriak dio dan ingin bangkit tapi kepalanya terasa pening dan perutnya terasa ngilu, Akhirnya ia menghempaskan tubuhnya ke kasur lagi.
Dio melirik ke samping kanan lagi dan kain putih bergerak naik turun, dahi dio mengerut.
" Seperti gerakan orang sholat...aku harap benar, ini sudah jaman modern mana ada hantu hantuan" gumam dio dengan mata terus memperhatikan gerak kain putih yang ada di sampingnya.
Itu memang Hanifah yang sedang menjalankan sholat subuh, tubuh hanifah memang membelakangi dio, sejak semalam hanifa memang tak beranjak dari situ ia terus mengompres kening dio.
Hanifah sudah sampai takhiyat akhir dan mengucapkan salam.
Dio bernafas lega saat melihat sepintas wajah Hanifa yang menoleh ke kiri dan ke kanan.
Hanifa membalikkan badannya, keduanya saling terkejut saat mata mereka saling bertemu, keduanya diam terpaku dengan mata terus berpandangan.
Keduannya terkejut saat mendengarkan kokok ayam jantan yang saling bersautan, keduanya jadi salah tingkah.
" Apa dia bidadari, kenapa cantik sekali , kalau iya berarti aku sudah mati, tapi apa di neraka ada bidadari secantik ini, apa aku masuk surga??? ah itu tidak mungkin, apa iya aku masuk surga..." kata hati dio, yang tahu kalau dia penuh dengan dosa.
" Kamu sudah bangun, apa masih sakit perutnya?" tanya hanifa lembut, yang semakin membuat hati dio meleleh.
Karena tak ada jawaban dari dio, hanifa mendekatinya.
" maaf ya .." ucap hanifa pelan dan kemudian mengangkat tanganya dan menyentuh kening dio.
Saat kulit hanifa menyentuh keningnya, ada perasaan hangat yang menjalar di hatinya, dio masih tak bergeming, matanya terus memandang wajah teduh hanifa .
" Sudah agak dingin, apa kamu haus?" tanya hanifa, Dio mengangguk pelan.
Hanifa mengambil gelas yang ada di atas meja dan memberikannya pada dio , dio meminum nya sambil matanya terus melihat hanifa.
" Istirahatlah...aku akan masak dulu, habis ini minumlah obat penurun panas.." ucap hanifa lembut.
Hanifa berdiri dan lantas pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Dio masih terus diam, dio terkesima dengan wajah dan tutur kata hanifa yang lembut, sehingga ia tak bisa berkata kata.
" Aku Dimana?" ucap dio saat melihat hanifa keluar dari kamarnya.
" Kamu di pondok ku, semalam kamu mengetuk pintu pondokku, dan saat aku membuka pintu kamu sudah terbaring di depan pondok ku " ucap hanifa.
Wajah dio mengkerut, mengetuk pintu ...ah iya pasti pemuda itu yang mengetuk pintunya.
" Oh iya, Dimana pria yang menolongku semalam "
" pria...pria yang mana?"
" pria yang menolongku semalam, yang membawaku keluar dari hutan dan mengantarkanku kesini " hanifa memandang dengan tatapan penuh pertanyaan .
" tidak ada pria lain semalam, hanya ada kamu sendiri di luar sana" sahut hanifah.
" Ada.. pria muda, usianya mungkin seumuran dengan mu, ia memakai sarung di bahunya "
" wajahnya seperti apa ?"
Dio hanya mengangkat bahunya, karena memang semalam sangat gelap, jadi ia tak melihat wajah pria itu.
" sudahlah mungkin dia sudah pergi saat itu " ucap dio .
" Apa kamu keluar dari dalam hutan sana ?" tanya hanifa sambil menunjuk ke arah hutan.
" iya.."
Hanifah langsung terkejut dan menatap heran dio
" kenapa ...?"
Hanifa menggelengkan kepalanya.
" tidak apa apa, istirahatlah aku akan ke dapur.."
####
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments