Di dalam sebuah mobil yang melaju di jalan raya, Hani bersama asistennya duduk bersampingan, seorang sopir kepercayaan mengemudikan mobil.
"Saya sudah menghubungi keluarga jayata, mereka setuju untuk membeli lahan c yang ada di utara kota a," ucap sang asisten melaporkan perkembangan rencana mereka.
"Jadwalkan pertemuan dengan mereka," kata Hani mengingat informasi dari kehidupan sebelumnya.
Dia dulunya pernah diperintahkan untuk mengurus sebuah kerjasama yang ingin dilakukan keluarga Aruna dengan keluarga jayata, lalu secara tak sengaja Dia mendapat informasi bahwa keluarga jayata kehilangan Putri di masa lampau yang mana ternyata Putri itu adalah Hani, perempuan yatim piatu yang kini menjadi dirinya.
Ini sebuah keberuntungan bukan?
'Jika aku bisa masuk ke keluarga jayata, maka dengan identitas sebagai Putri mereka, akan lebih mudah menghadapi keluarga Aruna,' ucap Hani dalam hati, Merasa begitu yakin dengan rencana yang sedang ia susun mata-matang.
"Saya akan segera menjadwalkan pertemuan anda dengan CEO jayata," ucap sang asisten.
"Tidak, jadwalkan dengan Presdir jayata," ucap Hani yang jelas tahu CEO jayato saat ini berusaha mencari keberadaan Hani untuk ia bunuh agar tidak menghalangi posisi istrinya sebagai pewaris tunggal di masa depan saat presdir Jayata meninggal.
"Baik," jawab sang asisten.
"Aku akan tidur, jangan bangunkan aku meski kita telah tiba di tempat tujuan," kata Hani menyandarkan punggungnya lalu beristirahat dengan nyaman.
Mobil terus melaju hingga mereka tiba di sebuah restoran elit yang identik dikunjungi oleh nyonya nyonya sosialita.
Mobil terparkir di tempat yang tepat, dapat mengawasi arus masuk keluar di restoran tersebut.
Tapi Hani belum membuka matanya, jadi sang asisten bersama sopir tak berani membangunkannya, keheningan terus berlangsung dalam mobil sampai akhirnya Hani sendirilah yang membuka mata.
"Hua,,," Hani melakukan peregangan dan memperhatikan tempat mereka berada lalu dengan tenang bertanya, "Apakah kalian sudah melihat Nyonya Aruna di sini?"
"Nyonya Aruna?" Sang asisten sedikit bingung bosnya menanyakan perempuan dari keluarga Aruna, tapi kemudian saat itu seorang perempuan berusia hampir setengah abad muncul bersama menantunya, jadi sang asisten dengan cepat berkata, "Bukankah yang di sana itu Nyonya Aruna bersama menantunya, Clara?"
"Benar, itu menantu Nyonya Aruna yang terkenal dengan kebaikan hatinya menolong anak-anak terlantar," kata Sang sopir.
"Kebaikan hati?" Hani tersenyum konyol, hanya dia yang tahu bagaimana baiknya hati menantu keluarga Aruna menjual anak-anak tak berdosa pada kelompok perdagangan manusia untuk dibesarkan dan diambil organ dalamnya.
Bahkan sebelum dipanen organnya, anak-anak di bawah umur itu akan dikurung di rumah pelllacuran untuk melayani para pria hidung belang, bahkan para perempuan yang mencari gigolo juga bisa menemukan anak-anak di bawah umur itu untuk digunakan sebagai pemuas hasrat.
Sang sopir dan asisten di sana kebingungan dengan ucapan Hani, tapi mereka tak berani bertanya apapun.
Hani turun dari mobil,, "pergilah makan, makan makanan yang enak," kata Hani menyerahkan kartu kredit miliknya pada sang sopir yang membukakan pintu untuknya.
"Terima kasih nyonya," ucap sang sopir dan sang asisten secara bersamaan.
Hani mengangguk pelan lalu berjalan pergi, ia memasuki restoran dan melihat semua kursi telah diisi oleh para perempuan yang datang untuk memamerkan kekayaan mereka sebagai bagian dari pemuas hasrat aneh mereka.
Di meja nomor 8, Nyonya Aruna dan menantunya duduk dengan nyaman menikmati makanan mereka.
Pakaian dan barang-barang yang dikenakan keduanya pun tampaknya dipilih dengan sangat cermat hingga menjadi pusat perhatian orang-orang yang ada di sana.
Hani tersenyum melangkah ke meja nomor 7, satu-satunya meja yang kosong di tempat itu, "sepertinya besok tempat ini akan dipenuhi dengan orang-orang yang menggunakan tas Fendi," ucap Hani yang jelas tahu sifat peniru yang dimiliki orang-orang di tempat itu.
Krieet....
Hani duduk di kursinya, langsung menarik perhatian orang-orang karena selalunya kursi nomor 7 adalah kursi yang wajib kosong di tempat itu.
Semua itu karena dulunya ada seseorang yang duduk di meja nomor 7, tak sengaja membuat masalah dengan Nyonya Aruna saat makan siang hingga membuat orang itu bangkrut bersama keluarganya. Itulah sebabnya meja nomor 7 dianggap sebagai meja yang sial dan selalu dihindari oleh para perempuan yang datang ke restoran tersebut.
Jadi begitu orang-orang melihat Hani duduk di meja itu, semua orang menjadi heboh, berbisik-bisik satu sama lain tentang tindakan Hani yang begitu ceroboh.
"Apa dia tidak tahu apa-apa tentang meja itu?"
"Dia pasti baru pertama kali datang kemari, aku rasa dia akan mendapat masalah besar!"
"Ck,, ck,,, kasihan sekali."
Nyonya Aruna dan menantunya yang juga menyadari kehadiran seseorang di meja nomor 7 langsung melihat ke arah Hani.
Perempuan cantik yang masih muda?
Tapi,,, menantu keluarga Aruna yang bernama Clara mengerutkan keningnya,, "ibu, aku merasa pernah melihatnya, tapi di mana ya?" Ucap Clara berusaha mengingat di mana Dia pernah melihat wajah familiar milik Hani.
"Ya, Ibu juga merasa.... Hani?" Ucap Sang Nyonya saat ia melihat Hani merapikan rambutnya ke belakang telinga, di telinga Hani ada tanda lahir berbentuk bintang yang sangat familiar.
Begitu mendengar namanya disebut, Hani pura-pura terkejut menatap ke arah Nyonya Aruna dan menantu nya, "astaga, ternyata tante mengenaliku ya, padahal sebelumnya aku sudah memutuskan untuk tidak menyapa kalian karena tidak ingin merusak suasana," ucap Hani dengan begitu polosnya mengejutkan Nyonya Aruna dan menantunya.
Bagaimana bisa Hani berpenampilan....
Wajah terawat, pakaian mahal bahkan perhiasan yang dikenakan Hani mirip dengan yang dulu pernah dimiliki oleh Clara. Perhiasan limited dari Bvlgari, hanya ada 5 di dunia!
Dengan ketidaknyamanannya, Clara berdiri, "kau! Kau benar-benar Hani? Istri Rizki?" Tanya Clara dengan nada membentak, tak percaya perempuan yang selama ini ia anggap sebagai alas sepatunya kini berubah begitu drastis. Bahkan bisa tampil cantik seperti selebriti, bahkan pakaian dan perhiasan.... Dari mana Hani bisa mendapatkan barang-barang mewah seperti itu?
Sungguh sulit dipercaya!
Bahkan lebih mudah mempercayai semut menginjak gajah sampai mati daripada mempercayai apa yang ada di hadapannya saat ini.
Pada saat itu juga, Nyonya Aruna mengerutkan keningnya, Dia teringat ucapan Ibu mertuanya, nyonya besar Aruna yang pernah berkata melihat Sherina di Rumah Sakit bersama janda kaya raya yang menggunakan pakaian-pakaian mewah.
'Heh,,, jadi itu maksud perkataan ibu?' Nyonya Aruna yang bernama Delita tersenyum konyol.
Tentu saja ini menjadi menarik baginya, pasti menyenangkan menegaskan sekali lagi pada semua orang di restoran ini bahwa dia memiliki kekuasaan.
Lagi pula penampilan cantik dan barang mewah di tubuh Hani takkan bisa mengubah kepribadian seseorang, jadi membuat Hani berlutut di bawah kakinya adalah hal yang mudah.
Dengan begitu, semua orang di sini akan semakin segan padanya, dan dia akan mengukuhkan posisinya menjadi yang paling di segani di antara nyonya sosialita yang senang berkumpul di restoran ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Pandagabut🐼
semangat
2025-05-11
0