Darren POV
Aku tidak bisa memejamkan mataku sedetikpun, padahal ragaku terasa lelah, rasanya remuk redam setelah bertarung dengan Joshua tadi. Aku menerawang jauh, memikirkan gadisku. Kirana Larasati, kusebut nama itu dengan penuh cinta. Melintas kenangan indah yang mengisi hari-hariku dua tahun belakangan ini, seperti cuplikan-cuplikan dalam drama romantis.
Lara, bagaimana aku bisa melupakan semua tentang kita? Merelakanmu untuk mencintai dan dicintai oleh pria lain, hal paling berat yang harus kuhadapi dalam hidupku. Mungkin aku ini laki-laki egois yang hanya ingin menjadi satu-satunya dalam hatimu, mungkin aku juga laki-laki cengeng yang tidak siap untuk berpisah darimu. Aku sangat mencintaimu wahai gadisku, hanya ingin bersamamu.
Aku merasa tak bisa hidup tanpamu, mataku tak bisa terpejam karena aku takut menghadapi hari esok. Seandainya pertunanganku dengan Tiara tidak pernah terjadi, seandainya kamu bukan adiknya Tiara, seandainya aku tidak terlalu pengecut untuk mengatakan bahwa kamulah gadis pilihan, seandainya dari awal kita mendeklarasikan hubungan kita. Dan kamu tahu masih banyak seandainya-seandainya, yang pasti aku menyesal. Aku tidak bersikap egois di depan keluarga kita, bahkan untuk hubungan kita ini, aku mengorbankan hubungan kita.
Joshua benar, La. Seharusnya aku tidak menyakitimu seperti ini, aku tak bisa membuatmu bahagia, sehingga kamu lupa untuk tersenyum. Ini sungguh memalukan, aku membuat gadisku semakin terluka. Aku memang menyedihkan, saat inipun aku tak bisa menentukan sikap.
"Maafkan aku, La. Aku tidak bermaksud membuatmu semakin terluka karena memintamu menikah dengan Joshua. Aku terbawa emosi," ujarku panjang lebar ketika kamu mau menerima panggilan teleponku.
Sempat menanti dengan cemas saat menatap ponselku yang sedang memanggilmu, kukira kau akan bersikap tak acuh dan mengabaikannya. Tapi hatiku bersorak girang ketika kudengar suara serakmu di ujung sana, kamu menyambut panggilanku.
Kamu tak menjawab apapun, yang kudengar hanya bunyi nafasmu yang tidak teratur, menandakan kegundahanmu. Aku semakin resah karena tak bisa berada didekatmu, seandainya saja aku ada di sana, akan kupeluk dirimu untuk memberimu sedikit kenyamanan.
"Aku tidak akan memaksamu lagi untuk menikah dengan Joshua, kembalilah padaku, La. Kita hadapi bersama badai ini, ijinkan aku menemanimu sepanjang umurku," dengan suara pelan kubisikkan kata-kata supaya bisa menguatkan kami. "Mari kita temui orang tua dan kakakmu untuk memperjelas semua ini."
"Darren, apakah kau mencintaiku?" tanyamu dengan suara bergetar di ujung sana.
Aku terhenyak dengan pertanyaanmu, bibirku terasa kelu bahkan hanya untuk menjawab pertanyaan sepenting itu. Apa maksud pertanyaanmu? Apakah kau meragukanku? tanyaku dalam hati. Lama kita saling berdiam, berusaha menyelami pikiran kita saat ini. Aku menghela nafas dengan berat.
"Pertanyaan itu tidak seharusnya keluar dari bibirmu, La. Kau sudah tahu pasti jawabanku, you are the only one for me," aku berkata gusar.
"Kalau benar kau mencintaiku, buktikan padaku dengan menikahi kak Tiara tanpa syarat apapun. Di luar semua alasan yang ada, setidaknya lakukan itu demi aku. Demi cintamu padaku," kudengar suaramu tegas di sela tangismu.
Lara, mengapa aku harus membuktikannya dengan menikahi kakakmu? pertanyaan itu tersekat di tenggorokanku. "Apakah kau bahagia jika aku menikahi Tiara?" tanyaku bergetar.
"Aku akan sangat berbahagia dengan kau menikahinya, setidaknya aku tahu kau melakukannya karena cintamu padaku. Itu sudah sangat cukup bagiku, aku merasa tersanjung. Selanjutnya jadilah kakak ipar yang baik untukku."
Aku tahu kau mengucapkan semua itu dengan tangismu, seandainya aku berada di sisimu saat ini, akan kupeluk hangat dirimu. Menghujanimu dengan ciumanku, karena sejujurnya aku sudah merindukanmu sebelum aku melepasmu.
"As your wish, La. Semoga kamu tahu betapa besar rasa cintaku untukmu, aku mengutuki diriku sendiri karena ternyata kau tak bisa kumiliki."
Kuakhiri panggilanku tanpa pamit padamu, aku lemparkan ponselku sekuat tenaga ke dinding hingga hancur berkeping, seperti hatiku saat ini. Hancur sehancur-hancurnya, menjadi serpihan kepingan yang akan sangat sulit untuk diperbaiki kembali.
***
Tiara POV
Aku menatap sendu mama yang sedang terbaring lemah di ranjang pasien, aku sangat ketakutan saat melihatnya anfal waktu itu. Bertahanlah Ma, jangan tinggalkan aku di saat aku rapuh seperti saat ini. Kuseka air mata yang terus mengalir di pipiku, kembali melintas adegan menyakitkan beberapa hari yang lalu.
Darren menolak untuk menikahiku, dia membatalkannya secara sepihak ketika semua rencana sudah berjalan sekitar 90%, hanya selangkah lagi menuju angka sempurna. Aku tercekat mendengar penuturannya, semakin terkesiap ketika dia mengatakan bahwa sebenarnya dia dan Lara adikku adalah sepasang kekasih yang sudah menjalin hubungan selama dua tahun, bahkan jauh sebelum mengenalku mereka sudah saling mengenal.
Well, jika kubandingkan dengan kesakitan Lara, mungkin apa yang kurasakan ini tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan Lara pada saat dia tahu kekasihnya bertunangan dengan gadis lain yang adalah kakaknya sendiri, bahkan keesokan harinya dia harus menerima kenyataan bahwa mama bukanlah ibu kandungnya.
Tapi reaksi yang kami perlihatkan sungguh jauh berbeda, Lara dengan tegarnya menghadapi dua kenyataan yang datang bertubi-tubi dalam waktu sekejap, yang aku yakin memporakporandakan hatinya, dia terlihat baik-baik saja. Padahal aku tahu hatinya pasti sangat terluka.
Sementara aku memilih berlari dari kenyataan, aku menangis dan berharap semua yang kudengar adalah semu.
Mungkin juga mama anfal ketika melihat aku terpukul dengan kenyataan yang ada. Aku tahu betapa sayangnya mama pada Lara, ini sangat berat baginya untuk berdiri di antara dua putrinya, beliau tidak mampu menghadapi kedua putrinya mencintai laki-laki yang sama. Mama akhirnya ambruk, beliau juga terpukul.
Aku meradang melihat keadaan mamaku, aku menyalahkan Lara dan Darren atas kejadian ini, Dengan pongahnya aku meminta Lara untuk membujuk Darren supaya tetap menikahiku, dengan alasan demi mama. Aku yakin dia tidak akan menolaknya, apalagi kubilang sebagai balas budi atas kasih sayang yang diberikan mamaku untuknya. Dia terisak, semakin tersakiti dengan keadaan ini, ditambah lagi dengan kata-kataku yang tajam. Papa juga menyuarakan hal yang sama, dan melarangnya untuk menjumpai mama ketika mama sadar.
Kumelihat Lara semakin terguncang dengan perkataan papaku, dia menyatakan siap memperbaiki keadaan dengan membujuk Darren untuk tetap menikahiku, kemudian kulihat dia berlalu pergi dengan isaknya.
Maafkan aku, La. Tahukah kamu aku ingin memelukmu saat itu, aku sangat tahu kau butuh untuk ditenangkan. Sementara aku sibuk dengan tangisan dan egoku sendiri, aku menyalahkanmu atas semua keadaan ini. Tak kurang papa juga enggan merengkuhmu, kami menganggapmu sebagai orang yang pantas disalahkan saat itu.
Kami menganggapmu tak ada dan tak punya hak untuk berada didekat mama, hanya aku dan papa yang pantas mama lihat ketika beliau terbangun. Aku pribadi saat itu merasa menang, akhirnya kudapatkan perhatian penuh dari mama dan papa. Tahukah kamu bahwa selama ini aku sangat cemburu padamu? Aku selalu jadi pihak yang harus mengalah, hanya karena aku kakakmu dan kamu adikku.
Ada sebersit bahagia ketika kamu memilih bekerja di Surabaya dan meninggalkanku menjadi satu-satunya anak mama dan papa yang mendapatkan curahan kasih sayang penuh dari mereka, tapi tahukah kamu kalau mereka masih saja menempatkanmu di posisi spesial? Dan aku cemburu dengan keadaan itu.
Saat ini, aku merasa dipihak yang paling diuntungkan. Pernikahanku dengan Darren harus terjadi, aku tidak mau mengalah lagi darimu. Lagipula karena aku tidak mau nama baik keluarga sampai tercoreng kalau pernikahan itu dibatalkan. Aku membutakan mata hatiku, menulikan telingaku, aku memilih tak peduli denganmu.
Apakah aku mencintai Darren? Sampai detik ini aku tidak memiliki rasa apapun padanya, semua kulakukan karena mama dan papa yang memintaku menikah dengannya. Aku hanya ingin membahagiakan mereka, sekalipun kadang aku merasa mereka sering pilih kasih padaku.
Orang bilang cinta bisa tumbuh karena sering bersama, aku harap suatu saat aku dan Darren bisa saling mencintai. Sekali lagi maafkan aku, La. Bagaimanapun keadaan kita sekarang, aku tetaplah kakakmu dan kamu adikku yang kusayang. Itu tidak akan merubah apapun, berharap suatu hari nanti kita bisa perbaiki semua ini.
***
From author :
Ngantuk guys, tapi aq berusaha utk ttp update. Mana tw ada readers yg penasaran sama kelanjutan cerita ini.
Anyway, aq ga bosen2nya mengingatkan kalian semua untuk bantu dukung aq dengan cara vote novel q ini y.
Jangan lupa jg di like, tambahkan k favorit. Bnt comment n share biar lbh bnyk lg yg baca y.
Klo ada ide untuk plot cerita e monggo dikasih tw d comment y shay.
Next chapter bakal lbh seru lg nih, hopefully aq bs cpt update lagi ya. Tq guys...
Luv,
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
scarlet
Tiara egois,,, gak punya hrg diri, memilih jd pelakor
2022-11-17
0
💕febhy ajah💕
uhhhhh bikin keselllll, kesellllllleo.
2021-03-19
1
Virgo Girl
Kamu egois Tiara. Ternyata kamu sendiri belum ada cinta dengan Darren, trus kamu mau mengharapkan apa dari pernikahan nti selain melihat luka Darren dan Lara???
2021-02-07
1