Joshua melayangkan tinjunya ke wajah tampan Darren. "Setidaknya jangan menyakiti dia kalau kau tidak bisa membahagiakannya."
Darren meringis menahan nyeri di pelipis kirinya, tak lama kemudian dia menyeringai lebar.
"Lara memintaku menikahi orang yang tidak kucintai sama sekali, dia memaksaku untuk melupakannya. Apa aku salah kalau memposisikan dirinya jika jadi aku?" Dengan sinis dia menaap Joshua. "Lagipula dalam hal ini yang diuntungkan adalah dirimu, kau menaruh hati padanya bukan? Aku mempermudah jalanmu untuk mendapatkannya."
Sekali lagi Joshua mengarahkan tinjunya pada Darren, tapi kali ini Darren berhasil menghindarinya.
"Aku akan mendapatkannya dengan caraku sendiri, tidak perlu bantuanmu. Aku akan membuatnya melupakanmu," desis Joshua memancing emosi Darren.
Mereka kembali terlibat baku hantam, tidak ada yang melerai mereka karena perkelahian itu terjadi di apartemen.
Flashback on
Sepulang dari apartemen Darren, Lara menghubungi Joshua untuk menemuinya di taman kota. Dengan perasaan tak menentu, Joshua segera menyusul Lara ke taman kota karena dilihatnya ini sudah pukul sembilan malam.
Tak lama kemudian Joshua sudah tiba di taman kota yang dimaksud Lara, satu bangku taman dia melihat Lara duduk sendirian sambil memeluk lututnya. Bahunya terlihat bergetar menandakan dia sedang menangis.
"Ki..." Joshua memanggilnya lembut.
Lara mendongak ketika mendengar suara Joshua, masih sambil terisak Lara menurunkan kakinya dan segera menghapus sisa air matanya.
"Kenapa tidak langsung pulang, Ki? Aku kan bisa menemuimu di kost kamu," Joshua duduk di samping Lara.
Tidak ada jawaban dari Lara, dia hanya mematung memandang lurus ke depan. Pikirannya sangat kacau setelah pulang dari apartemen Darren, mereka mengakhiri pembicaraan tentang pernikahan Darren dan kakaknya dengan syarat yang menurut Lara sangat tidak masuk akal.
"Darren menyetujui menikahi kakakku dengan satu syarat, ko."
Joshua menunggu Lara melanjutkan kalimatnya.
"Dia mau menikahi kak Tiara kalau aku menikah denganmu," lanjut Lara membuat Joshua terbelalak tak percaya.
Demi apapun itu bukanlah syarat yang masuk akal menurut Joshua, itu sama saja menjerumuskan mereka berempat dalam kesedihan tak berujung. Lara, Tiara, Darren, dan Joshua hanya akan menderita karena perasaan mereka tak saling berbalas. Joshua mengepalkan tangannya penuh amarah pada Darren.
Di satu sisi Joshua akan merasa sangat berbahagia apabila Lara mau menikah dengannya, karena memang Joshua sudah menyukai Lara sejak pertemuan mereka pertama kali dulu. Tapi dia ingin Lara menemukan sendiri jalannya apabila memang mereka berjodoh, bukan karena terpaksa untuk memenuhi syarat Darren supaya dia mau menikahi Tiara.
"Aku antar kamu pulang ya, Ki. Besok kita bicara lagi, tunggu pikiranmu benar-benar jernih, supaya tidak salah dalam mengambil keputusan."
Anggukan lemah dari Lara sudah cukup buat Joshua mengerti bahwa gadis itu menyetujui sarannya, dengan lembut diraihnya tangan Lara dan dibimbingnya menuju mobilnya yang terparkir tak begitu jauh dari taman.
Joshua merasakan betapa terpukulnya Lara dengan banyak peristiwa buruk yang menimpanya, datang bertubi-tubi mengguncang kehidupannya yang sebelumnya sangat baik-baik saja. Dia salut melihat Lara yang tampak tegar di hadapan semua orang, padahal dalam hatinya dia sangat rapuh. Ada kebanggaan tersendiri karena Lara percaya untuk memperlihatkan kerapuhannya pada Joshua, dia merasa bisa diandalkan oleh Lara. Hatinya ikut sakit ketika melihat Lara menangis, apakah ini namanya cinta?
Entahlah, Joshua hanya ingin memberikan waktunya sampai Lara juga bisa merasakan apa yang dia rasakan. Aku ingin menghapus lukamu, Ki. Menggantinya dengan semua memori bahagia tentang kita saja, gumam Joshua dalam hatinya.
Flashback end
***
Joshua dan Darren sama-sama kehabisan tenaga, terengah sambil meringis menahan nyeri di seluruh wajah dan tubuh masing-masing akibat perkelahian tadi. Mereka terduduk di lantai, tidak berniat meneruskan perkelahian itu.
"Aku akan membahagiakannya, menghapus semua lukanya. Dengan caraku," Joshua berkata tegas. "Cabut permintaan yang kau bilang syarat supaya kau mau menikahi kakaknya, jangan menambah dalam luka hatinya."
Darren mendengus, bagaimanapun dia tidak akan rela kalau ada laki-laki lain yang bisa membahagiakan Lara. Dia sengaja mengajukan syarat itu supaya Lara tidak terus memaksanya menikahi Tiara, tapi nampaknya Lara sudah membulatkan tekad dan tidak ingin lagi memperjuangkan cinta mereka.
"Aku sangat mencintainya, aku tidak ingin berpisah dengan Laraku," gumam Darren sedih.
"Dia juga merasakan hal yang sama, Darren. Asal kau tahu bagaimana perjuangannya menjalani hari-hari dengan dilema yang berat seperti ini. Di satu sisi dia menyayangi keluarganya, di sisi lain dia harus merelakanmu."
Joshua menarik nafas kasar. "Dia terlihat begitu tegar dan kuat, tapi sangat rapuh di dalamnya. Sadarkah kau lebih melukainya lagi ketika mengajukan syarat seperti itu?" lanjut Joshua geram karena ingat tangisan Lara.
"Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana? Hal ini begitu menyakitkan, aku sudah memutuskan untuk memperjuangkan cinta kami, tapi dia memilih merelakanku. Aku merasa disia-siakan," Darren berkata serak karena rasanya dia ingin menangis.
Kalau tidak ada Joshua, mungkin Darren sudah menangisi kehilangan Lara, gadis yang sangat dicintainya. Ah, mengapa takdir demikian kejam mematahkan hati kami, merenggut cinta yang sudah terajut sedemikian indah? Mencintai tapi tak bisa memiliki itu adalah menyakitkan, dan aku merasa tidak sanggup untuk menjalani itu, teriak Darren dalam hatinya.
Membayangkan Lara menyaksikan pernikahannya nanti, menatap mata sendu kekasih jiwanya. Darren tahu benar akan seperti apa sakitnya, sesak dadanya memikirkan itu semua. Darren menjambak rambutnya dengan kasar, dia membenci dirinya sendiri karena menyebabkan Lara merasakan sakit. Seandainya dari awal dia jujur masalah perjodohan ini, juga tidak menerima pertunangan tepat dihadapan Lara, mungkin keadaannya tidak akan seperti ini.
"Dari awal memang salahku," lirih Darren.
"Bro, fix it. Cari jalan terbaik, yang pastinya tidak akan menyebabkan Kirana terluka lebih dalam lagi. Setidaknya seandainya kalian tidak bisa bersama lagi pun, tinggalkan yang termanis di memorinya."
Joshua menepuk bahu Darren, menyalurkan dukungan, walau bagaimanapun mereka adalah sahabat. "Apapun keputusan yang kau ambil, aku sebagai sahabatmu selalu mendukungmu. Semoga yang terbaik untukmu, Tiara, dan Kirana."
"Thanks, bro. Aku pastikan Lara tidak akan semudah itu berpaling padamu, hanya ada aku di dalam hatinya. Aku akan tetap memperjuangkannya, semoga ada kesempatan itu bagiku."
Mereka berdua tersenyum, pada akhirnya sahabat adalah tetap sahabat, mereka lebih menghargai itu sedari dulu.
"We'll see, aku akan dapatkan Kirana, tanpa memaksanya. Sampai dia sendiri yang menyatakan siap untuk membiarkan aku mengisi hatinya. Aku tidak akan jadi pagar yang makan tanaman, apabila kalian memang masih ada harapan untuk bersatu. You know me, bro," Joshua mengakhiri kalimatnya.
Kemudian dia bangkit berdiri, berpamitan pada Darren, dan meninggalkan apartemen itu dengan langkah ringan. Dia ingin segera pulang ke rumahnya, badannya berasa remuk setelah berkelahi dengan Darren tadi.
Sementara Darren tak bergeming sepeninggal Joshua,dia masih berkutat dengan pergumulan hatinya.
***
From author :
Chapter sweet seventeen neh guys, semakin penasaran ga kalian? Authornya aj ud penasaran, apalg kalian ye kan? wkwkwk, authornya geer neh...
Btw jangan lupa vote nya y shay...
Like stiap episodenya, comment2 dikit gt, trus share jg y k temen2 lainnya.
Nah bantuin author jg dunk, ini bagus e Lara sm Darren or Joshua y? Galau, mereka berdua sama2 tampan n mapan, beruntung bgt y bu Lara....
Ok guys, see u next chapter...
Luv,
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
PeQueena
kenapa menyalakan takdir...
itu kan karna kebodohanmu sendiri. kenapa tidak bisa berterus-terang dan menjadi laki² pengecut.
ingat ya.. mgkin menurut orang tua pilihan meraka itu tepat tapi belum tentu terbaik bagi anaknya
2023-05-18
0
scarlet
aq pendukung Darren 😍
2022-11-17
0
💕febhy ajah💕
satu kata buatmu lara, derren dan joshua, kasihaaaaaaan. asli bikin nyesek kisahnya.
2021-03-19
1