From author :
Sudah masuk bab 16 guys, terus terang ini pencapaian bgt lho, meskipun belum maksimal usahanya. But buat emak2 yang di kehidupan nyatanya harus mengurus rmh tangga dari A smp Z tnp bantuan ART samsek, menurutku itu keren sih. Hehehe...
Buat readers yg cuma ngintip-ngintip aja dari awal cerita ini dimulai, please segera dibaca dengan detail yuah, ceritanya dijamin bikin penasaran kok (saking ga ad yg muji, ya muji diri sendiri dunk).
Anyway busway, ujung-ujungnya aku minta tolong bnt support ya. Jgn lupa kasih jempolnya juga, comment yg membangun, bnt share jg ke temen2 yg lain ya. Thx anyway, selamat membaca good people...
Luv,
Lanny Tan
***
Begitu jam kerja usai, Lara langsung menuju lobi kantornya. Beberapa menit lalu ada notifikasi pesan whatsapp dari Darren, mengabarkan bahwa dia sudah menunggu di lobi. Sesuai dengan janjinya, Lara segera menemui Darren.
"Hai, kak. Maaf agak lama, antri di lift tadi," Lara menjelaskan tanpa dipinta.
"Stop call me like that, La!" Darren berkata ketus. "Ayo kita ke parkiran," ajak Darren sambil memegang lengan Lara.
Dengan halus tanpa bermaksud menyinggung, Lara melepaskan pegangan tangan Darren, membuatnya menghentikan langkah karena kesal. "Kenapa, La? Kamu malu aku tuntun tangannya?"
"Aku tidak mau membahas hal itu, ayo kak," Lara berjalan mendahului Darren yang masih tidak terima dengan perlakuan Lara.
Sampai di tempat parkir, mereka berjalan menuju mobil Darren yang terparkir di sana. Mereka segera masuk ke dalam mobil, Lara menoleh pada Darren yang sedang konsentrasi menyetir.
"Kita bicara di cafe biasa ya," ujar Lara datar.
"No, kita ke apartemenku. Kita butuh privasi," jawab Darren tegas.
"Tapi, kak... Aku merasa nyaman kalau kita tidak berada di apartemenmu," Lara berkeras.
Darren mengerem mendadak, dia memukul setir mobilnya karena kesal.
"Jangan membantahku, La," dengan intonasi tinggi Darren membuat Lara syok. "Pertama, jangan memanggilku dengan panggilan kakak atau apapun sejenisnya, panggil aku seperti biasanya. Kedua, aku mau kita bicara di apartemenku. Ketiga, jangan membuatku marah karena saat ini emosiku sedang tidak stabil."
Lara tidak memgeluarkan suaranya, dia mbuang muka ke samping, menatap trotoar yang ramai oleh pejalan kaki. Air mata mulai memenuhi kelopak matanya, dia sangat syok dengan sikap Darren yang menurutnya agak kasar kali ini. Tidak seperti biasanya, dia merasa kalau ini bukan Darren. Suara klakson di belakang menyadarkan mereka, sambil mendengus kesal Darren kembali melajukan mobilnya.
Tiba di parkiran apartemen, Darren segera keluar dari mobil dan membukakan pintu bagi Lara. Ditunggunya Lara yang tak kunjung bergerak dari tempat duduknya. "Keluar, La. Apa mau kugendong?" Ancam Darren.
Sebelum Darren melaksanakan ancamannya, Lara bergerak keluar dari mobil, diiringi senyuman tipis yang terukir di bibir Darren. Gadis ini memang bisa membuatnya gila, emosinya naik turun dalam sekejap waktu akibat ulahnya. Darren mengusap wajahnya sambil menghela nafas.
Lara langsung menuju sofa begitu tiba di apartemen, dengan wajah datar Lara menunggu Darren yang sedang ke pantry mengambil minum, kebiasaannya setiap kali tiba di apartemen langsung minum air putih. Lara tersenyum dalam hati, ternyata aku sangat hapal kebiasaannya.
Tak lama kemudian Darren sudah kembali ke ruangan tengah, menghampiri Lara yang masih tak bergerak dari duduknya. Darren sudah melepas dasinya, membuka kancing bagian atas kemejanya, dan menggulung lengan kemejanya hingga bagian siku. Itu sangat gagah, dan Lara menyukai penampilan Darren yang satu ini.
"Merindukanku?" suara Darren membuyarkan lamunan Lara
Darren menghempaskan tubuhnya duduk di samping Lara, dilingkarkannya lengan kanannya ke bahu Lara. "Aku sangat merindukanmu," bisiknya di telinga Lara.
Lara merasa berdesir mendengar bisikan Darren di telinganya, dia memejamkan matanya, menikmati moment yang nantinya tidak akan pernah dia rasakan lagi. Dibiarkannya Darren mencium ringan pipinya, seandainya boleh dia juga ingin berteriak bahwa dirinya begitu merindukan Darren,merindukan sentuhannya, pelukannya, ciumannya. Dia merindukan semua itu.
Ya Tuhan, ijinkan aku menikmati saat-saat terakhir ini bersamanya, sebentar saja Tuhan, pinta Lara sedih. Lamunan Lara buyar ketika dirasakannya Darren menarik tengkuknya hingga mereka berhadapan.
"Aku mencintaimu, La. Aku tak mau kehilangan kamu, aku mau bersamamu selamanya," Darren mengakhiri kalimatnya dengan ciuman dalam.
Lara masih diam tak bergerak, dia membiarkan Darren menciumnya menyalurkan semua kerinduan yang ada, tanpa membalas ciuman itu. Dia tahu kalau sampai dia terhanyut, penyelesaian hubungannya dengan Darren yang tidak akan mudah. Dia harus bisa menahan diri, sekalipun kerinduannya sudah siap meledak, dia masih berusaha keras untuk menahannya.
Akhirnya Darren melepaskan ciumannya dengan kecewa, dia tak mendapatkan balasan dari Lara, dia merasa hampa. Diusapnya bibir Lara menggunakan ibu jarinya.
"Kenapa, sayang? Tidakkah kau merindukanku?" tanyanya lirih.
Hening tak ada jawaban dari Lara, dia hanya menatap dalam mata Darren, memuaskan dirinya untuk bisa menatap Darren sedekat ini, karena untuk berikutnya dia tidak akan pernah bisa seperti ini lagi. Tanpa terasa bulir bening membasahi pipinya yang mulus, Darren membawanya dalam pelukannya. Diusapnya pelan punggung Lara.
"Maafkan aku, sayang. Belakangan ini aku banyak membuatmu menangis, aku berjanji akan menghapus semua kesedihanmu," kata-kata Darren justru membuat Lara semakin menangis.
Tuhan, mengapa pelukan ini sangat nyaman? Aku ingin terus seperti ini, sebentar saja Tuhan, gumam Lara dalam hati.
"Aku tetap pada keputusanku untuk membatalkan pernikahanku dengan Tiara," bisik Darren di telinga Lara. "Aku hanya akan menikahimu."
Ucapan Darren menyadarkannya kembali, Lara seperti dibangunkan dari mimpi indahnya untuk kembali ke alam nyata. Tuhan, ini sangat menyakitkan. Aku harus lebih kuat dari Darren, aku sudah berjanji pada Tiara dan orang tuaku. Tiba-tiba terlintas bayangan wajah mamanya yang sedang terbaring sakit. Lara segera menarik dirinya dari pelukan Darren, disekanya air mata menggunakan punggung tangannya.
Sambil menatap Darren, Lara berkata dengan tegas. "Aku mohon menikahlah dengan kakakku, lupakanlah aku."
Darren menangkupkan tangannya di wajah Lara. "Kamu sadar apa yang kamu katakan, La?" tanyanya tak percaya.
"Aku sadar," Lara memejamkan matanya tidak berani menatap mata Darren yang juga sudah terlihat berair.
"Tatap mataku, La. Aku ingin kamu jujur, apa sudah tak ada lagi cinta untukku?" Darren tetap menangkup wajah Lara dan menatap matanya yang masih terpejam.
Lara membuka matanya dan menatap Darren. "Bohong kalau kubilang sudah tak mencintaimu lagi, tapi apa aku punya pilihan?"
"Kakakku menangis karena aku mencintaimu, ibuku terbaring sakit karena aku mencintaimu, betapa egoisnya aku kalau aku tetap bersamamu?" Lara berkata serak. "Cinta kita menyakiti banyak orang."
"Astaga, La. Kamu memikirkan perasaan orang lain, apa kamu memikirkanku? Sesakit apa aku ketika tidak bisa merengkuhmu? Aku tidak bisa hidup tanpamu, La."
Darren melepaskan tangannya, dia berdiri dan menjambak rambutnya sendiri, dia merasakan sesak dalam dadanya. "Aku harus bagaiman, La?" Darren berkata putus asa, dia berlutut dihadapan Lara.
Lara melihat air mata juga sudah mengalir di pipi Darren, dipeluknya Darren untuk menguatkannya.
"Belajarlah mencintai kak Tiara, lupakan aku, biar rasa sakit ini segera hilang. Mungkin Tuhan tidak menakdirkan kita bersama," bersamaan dengan itu Lara menangis pilu.
Hatinya juga tidak setegar itu, dia juga masih normal dan bisa merasakan sakitnya perpisahan. Aku sangat mencintaimu, Darren. Tak tergantikan, sampai kapanpun, batin Lara.
Mereka berpelukan erat, seakan takut tak bisa berpelukan lagi. Jauh di dasar hatinya, Darren adalah kekasih sejatinya.
"La, aku rela dibuang dari keluargaku, asal aku bisa bersamamu. Ayo kita menikah," rengek Darren seperti anak kecil.
"Maafkan aku, ada nyawa yang dipertaruhkan kalau sampai itu terjadi. Ibuku bisa anfal lagi, dan kata dokter kalau sampai itu terjadi, bisa membahayakan nyawanya. Aku akan menjadi anak durhaka yang tidak tahu balas budi, belum lagi aku akan menghadapi kak Tiara dan Papa, membayangkannya saja aku tidak sanggup."
Mereka kembali diam, kenapa harus sesulit ini situasinya. "Sejujurnya aku sangat takut, merelakanmu adalah hal terberat yang harus aku jalani. Tapi semua ini memang harus terjadi, sudah digariskan dan aku tak bisa menghindarinya."
Darren kembali menyeka air mata Lara, sementara dia sendiri sudah tidak terlihat mengeluarkan air mata lagi. Tatapannya berubah serius.
"Aku akan menikahi Tiara, ini karena kamu yang meminta. Sementara kamu tahu sedalam apa cintaku padamu, kamu merelakanku untuk hidup bersama gadis lain. Ini tidak adil, La. Kamu pasti tahu neraka seperti apa yang akan aku jalani bersama kakakmu?" Darren menghela nafas berat.
"Aku yakin suatu saat cinta pasti bisa hadir di antara kalian, cintamu padaku pada akhirnya hanya akan jadi kenangan saja," Lara berpura-pura kuat menyatakan kalimat tersebut.
Toh pada kenyataannya hatinya terluka sangat dalam dengan kenyataan itu.
"Baik, aku setuju menikahi kakakmu dengan satu syarat," Darren menunggu reaksi Lara.
"Menikahlah dengan Joshua, dan aku ingin kalian yang duluan menikah."
"What? Ini tidak mungkin, are you crazy?" Lara protes keras.
"I am. I'm crazy because of it. Aku tidak mau menikmati neraka rumah tangga sendirian, kamu juga harus merasakannya. Supaya kamu tahu bagaimana beratnya berpisah dengan orang yang dicintai dan harus menikah dengan orang lain. It's fair enough, isn't it?" Lara menggeleng tak percaya dengan syarat yang diberikan Darren.
"Aku tidak mau merusak persahabatanku dengan Joshua, permintaanmu tidak masuk akal," tukas Lara kesal.
"Kamu menganggapnya sahabat, dia menginginkanmu. Aku bisa melihatnya, apalagi saat dia memeluk dan mencium keningmu di parkiran kantor. Kalian terlihat sangat serasi," ujar Darren sinis.
Lara membelalakkan matanya, dia kehabisan kata-kata.
"Penuhi syarat dariku, aku akan menikahi Tiara. Kalau kamu tidak bisa memenuhinya, sorry to say," Darren berkata penuh kemenangan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
PeQueena
disini darren egois.. semua sikapnya mlh membuat lara memjadi sulit dan serba salah
2023-05-18
0
💕febhy ajah💕
bingung harus berkata apa, 🤔🤔🤔🤔🤔
2021-03-18
2
W_Yaya
like terus mendarat kk salam dari Pengawal tampan idolaku
2020-12-02
0