Lara tiba di Jakarta Sabtu pagi, sesuai janjinya pada mamanya untuk pulang weekend ini. Melalui pertimbangan yang panjang, akhirnya Lara memilih untuk berdamai dengan hatinya sendiri. Dia tidak berusaha mengingkari fakta bahwa dia bukan anak kandung ibunya, sekarang ini dia sudah bisa menerima kenyataan itu. Kerinduannya pada sosok ibu yang telah membesarkannya seperti anak kandung sendiri membuat Lara memutuskan untuk pulang, bagaimanapun dia tidak boleh egois, karena sikapnya yang demikian pasti juga melukai wanita yang sangat disayanginya.
Dengan berbesar hati akhirnya Lara bisa kembali merasakan pelukan hangat dari ibunya, sementara ayahnya juga terlihat sangat bahagia melihat pemandangan itu. Terlebih lagi Tiara kakaknya, dia merasa bahagia adiknya bisa membuat mamanya tersenyum lagi. Beberapa bulan terakhir ini dia sering melihat ibunya menangis, meratapi Lara yang belum bisa menerima kenyataan ini. Akan tetapi hari ini mendung di mata ibunya menghilang, tergantikan dengan sinar bahagia.
"Mama merindukanmu, Nak," ujar mamanya sambil mengelus punggung Lara yang berada dalam pelukannya. "Mama minta maaf kalau sudah mengecewakanmu."
"Ma, please jangan meminta maaf pada Lara. Semua ini salah Lara karena selalu menghindar dari kenyataan ini, Lara yang minta maaf ya, Ma. Lara sayang sama Mama, apapun situasi dan kondisinya, sekalipun Mama bukan ibu kandung Lara," ujar Lara terisak.
Suasana haru menyelimuti keluarga Lara, kebahagiaan akhirnya boleh mereka rasakan lagi.
"Ya sudah sekarang istirahat dulu ya, La. Nanti malam ada acara makan malam disini, keluarga Darren akan datang untuk membicarakan rencana pernikahan kakakmu," tepukan halus dari papanya mengiringi keterkejutan Lara karena didengarnya Darren akan datang.
"Baik, Pa."
Lara melangkah menuju kamarnya, ditinggalnya Mama, Papa, serta kakaknya yang sedang sibuk mempersiapkan acara malam ini. Dihelanya napas dengan kasar, dia muak karena harus berada dalam situasi canggung dengan Darren.
Diambilnya ponsel dari dalam tasnya, Lara melihat notifikasi pesan whatsapp yang masuk, dan salah satunya adalah dari Joshua.
Joshua : Ki, sudah tiba di Jakarta? Banyak senyum ya, jangan bersedih terus. Ingat, jangan lupa bahagia.
Sejenak Lara tersenyum membaca pesan dari Joshua, dia sangat menyukai panggilan khas dari Joshua, sementara yang lain memanggil nama singkatnya dengan sebutan 'La' yang berasal dari nama Larasati, Joshua memanggilnya dengan sebutan 'Ki' yang berasal dari nama Kirana.
Lara : Aku sudah sampai di Jakarta, ko. Thanks ya untuk semua doa baiknya.
Tak lama notifikasi whatsapp terdengar lagi, rupanya Joshua membalas obrolannya.
Joshua : Praise God, have fun ya disana.
Lara : Thanks, ko.
Jawab Lara singkat, pikirannya menerawang memikirkan acara nanti malam. Dia merasa belum siap untuk kembali bertemu dengan Darren, apalagi dalam suasana yang sangat tidak menyenangkan. Mudah-mudahan aku bisa bersikap biasa saja, batinnya sambil menghela nafas.
***
Pukul tujuh malam kedua belah pihak keluarga sudah berkumpul di meja makan, mereka mulai jamuan makannya terlebih dahulu sebelum membicarakan hal-hal serius lainnya.
Lara menunduk memandangi piring di hadapannya, dia menghindari bersitatap dengan Darren yang duduk tepat di depannya. Berusaha menikmati hidangan yang disajikan, semua terasa hambar di lidah Lara karena perasaannya yang sedang tidak baik-baik saja.
"Bagaimana Darren dan Tiara? Sudah sejauh mana persiapan pernikahan kalian?" Papa Darren memulai diskusi.
Hening, tak ada yang memberikan jawaban satu pun. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing, sementara Lara mulai merasa jengah, rasanya ingin segera kembali ke kamarnya.
"Undangan sudah dicetak, besok sudah mulai bisa dibagikan. Mengenai susunan acara sudah di tangani oleh Wedding Organizer, persiapan sudah sekitar 80%, Om," Tiara terpaksa membuka suara karena melihat Darren seperti tidak berminat untuk menjawab.
"Good, semoga semua berjalan lancar sampai hari H." Papa Darren tampak puas dengan jawaban Tiara. "Mulai sekarang jangan panggil Om atau Tante lagi ya, kamu harus biasakan panggil Mama dan Papa," imbuhnya lagi.
"Baik, Pa, Ma," jawab Tiara malu-malu.
Dengan ekor matanya Lara melirik Darren, dia merasa Darren terus menatapnya tajam. Lara terus menunjuk karena takut menimbulkan kecurigaan.
Orang tua Lara dan orang tua Darren saling mengobrol mematangkan renca pernikahan anak-anak mereka, nampak mereka bersemangat membahas penyatuan kedua keluarga, tentunya penyatuan bisnis juga.
"Boleh aku bicara?" tanya Darren tiba-tiba.
Semua mata tertuju pada Darren, menanti ucapan selanjutnya. "Aku ingin pernikahan ini dibatalkan," terdengar dentingan sendok jatuh ke piring Tiara.
Mereka semua terkejut dengan pernyataan Darren, ada banyak pertanyaan yang ingin mereka lontarkan, tapi mereka semua masih menunggu penjelasan Darren. Masih tak ada suara, Lara merasa ada gelagat yang kurang baik.
"Aku sudah ingat semuanya, Ma, Pa. Sudah dari dua minggu yang lalu aku mengingat semuanya, dan itu sebabnya aku inigin pernikahan ini dibatalkan."
Penjelasan Darren membuat semua yang duduk di meja makan terkesiap, rupanya ada kabar baik bahwa Darren sudah tidak amnesia lagi.
"Nak, kami senang ingatanmu sudah kembali," Mamanya Darren berdiri dari duduknya dan menghampiri anak kesayangannya.
Dengan lembut dipeluknya Darren dari belakang, "Welcome back, sayang."
"Terima kasih, Ma. Aku juga senang sudah mengingat semuanya dengan jelas."
Sambil memejamkan mata, Lara mencoba mengingat kejadian minggu yang lalu ketika Darren menjemputnya di kantor, dan memintanya memasakkan makanan kesukaannya di apartemen miliknya. Berarti saat itu Darren sudah mengingat semuanya dan tidak lagi mengalami amnesia. Dengan tajam di tatapnya mata Darren, dia mencari jawaban disana.
"Baik anakku, kami semua senang karena ingatanmu sudah kembali," ujar Papa Darren. "Berarti kamu juga ingat dengan pertunanganmu dan rencana pernikahanmu dengan Tiara kan?" tekan papanya tegas.
"Aku sangat mengingatnya, Pa. Aku juga ingat kalau aku yang menyetujui pertunangan ini, bahkan acara pernikahan kami yang sebentar lagi akan dilaksanakan."
Darren berkata sambil terus menatap lurus pada Lara, membuat semua anggota keluarga yang lain sedikit kebingungan. Lara gugup, dia merasa sesuatu akan terjadi.
"Lara, maafkan aku karena tidak bisa memenuhi permintaanmu," spontan Lara mendongak membalas tatapan Darren.
Sementara yang lain kebingungan, tak satupun dari mereka yang mengeluarkan suara, sekaran semua menatap Lara dengan penuh tanya. "No, Darren. Please," pinta Lara supaya Darren tidak mengatakan yang sebenarnya.
"Ada apa ini?" tiba-tiba papa Lara bersuara, dia tidak sabar dengan situasi ini. "Lara, jelaskan ada apa?"
Lara menggeleng pelan, "Tidak ada...."
"Aku dan Lara saling mencintai," belum sempat Lara menyelesaikan kalimatnya, Darren sudah menyelanya dengan kalimat yang membuat mereka semua terkejut.
"Omong kosong apa ini?" suara Papanya Darren meninggi, sementara Mamanya Darren berusaha menenangkan.
"Ini kenyataannya, Pa. Aku dan Lara sudah dua tahun belakangan ini berhubungan. Aku terpaksa menerima pertunangan dengan Tiara karena baktiku pada Mama dan Papa, yang lebih mengejutkan adalah karena aku baru mengetahui kalau gadis pilihan kalian adalah kakak dari kekasihku, justru pada malam pertunangan itu. Aku tidak bisa membatalkan pertunangan itu demi menjaga nama baik keluarga kita semua, tapi hati kecilku tidak bisa mengingkari kenyataan yang ada."
Penjelasan Darren membuat semua terdiam, antara percaya dan tidak, mereka seperti menerima sesuatu yang tidak nyata.
"Ini bohong kan, La?" tanya Tiara bergetar menahan tangis.
"Kak, aku bisa jelaskan semuanya..."
"Kamu tega, La. Kenapa kakak harus tahu dengan cara seperti ini? Kakak kecewa," Tiara bangkit dari duduknya dengan air mata yang sudah mengalir deras di pipinya.
Tiara berlalu dari meja makan sambil menangis.
"Kak," seru Lara berusaha menahan langkah kakaknya.
"Tiara... Tunggu, Nak..."
Mama Tiara berusaha bangkit dari duduknya karena ingin mengejar Tiara yang berlari ke kamarnya, akan tetapi tiba-tiba mamanya ambruk sambil memegangi dada kirinya. Beliau tampak kesakitan.
"Ma..." Seru Lara syok melihat mamanya.
****
From author :
Kok digantung ceritanya thor? Lanjut dunk...
Penasaran kan shay? Hehehe...
Mw lanjut tapi aq ud ngantuk berat, bsok lg deh ya. Daripada nulisnya ga konsen, nti ga nyambung ceritanya.
Anyway don't forget ya kasih vote utk karyaku ini.
Please like, comment, n share...
Dukung terus y guys, spy aq tambah semangat nulisnya... Tq guys...
Luv,
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Tophxujc san
Thor..aku Uda baca hampir semua karya novel mu, semua nya bagus banget & teramat sayang klo mau d lewatkan..
tetap lah berkarya Thor..Krn aku selalu menantikan karya mu..
semangat..💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻💪🏻
2022-05-03
0
Shelvie Pandoju
semakin seru..pengakuan dari Darren membuat deg deg degan
2020-10-13
0