Dengan malas Lara membuka matanya yang masih terasa lengket, dia terbangun karena mendengar ketukan di pintu kamarnya. Diliriknya jam dinding yang terpasang tepat di tembok di hadapannya. Jarum pendek menunjuk angka tujuh, jarum panjangnya di angka enam. Kesadarannya terkumpul sempurna.
"Oh no, i'll be late," serunya dalam hati.
Ketukan di pintu kamarnya kembali bergema, dengan berat dia melangkahkan kakinya menuju pintu.
"Siapa?" tanya Lara dari balik pintu, dia tidak langsung membuka pintu karena penampilannya yang baru bangun tidur.
"Aku, Ki.Aq telepon kamu dari tadi kok tidak diangkat, makanya aku langsung kesini. Kamu baru bangun ya, Ki?" Ternyata Joshua yang mengetuk pintunya.
"Iya, ko. Wait, 15 menit lagi aku keluar ya," ujar Lara dengan suara seraknya.
Tanpa menunggu jawaban Joshua, Lara langsung menuju kamar mandi dan melakukan ritual mandi kilatnya khusus pagi ini. Dengan kesal dia mengumpat karena lupa pasang alarm di ponselnya.
15 menit kurang dia sudah siap dengan blazer rapih, siap berangkat ke kantor. Wajahnya hanya dipoles make up tipis, sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk tampil sempurna.
"Maaf lama, ko. Kalau kamu tidak ketuk pintuku tadi, pasti aku terlambat ke kantor. Lots of thank ya, ko. Btw kenapa kamu kesini?" Lara bicara tanpa jeda.
"Aku tadi telepon kamu berulang kali, tapi tak diangkat, aku pikir pasti kamu belum bangun ini. Makanya aku jemput sekalian," Joshua mengacak rambut Lara seperti memperlakukan adiknya.
Lara mencebikkan bibirnya karena rambutnya sedikit acak-acakan karena kelakuan Joshua. "Ko, please deh. Rambutku jadi acak-acakan dong," protes Lara.
Sambil merapihkan rambutnya kembali, Lara melirik Joshua yang sedang menertawakannya.
"Siapa suruh begadang? Mikirin dia lagi?" Lara mendongak mendengar pertanyaan Joshua.
"Sabtu besok aku flight ke Jakarta, disuruh pulang sama orang tuaku. Entah mau membahas apa, yang pasti aku wajib pulang, ko. Sebenarnya aku malas, itu sebabnya aku tak bisa tidur cepat semalam. Aku sibuk cari alasan supaya bisa tak pulang ke Jakarta," Lara tersenyum tipis.
Tanpa berkomentar Joshua menarik lengan Lara menuju mobilnya, karena semakin lama mereka disana, bisa telat masuk kantor jadinya.
"Kalau menurutku sih, pulang saja. Hadapi kenyataan, apa yang akan terjadi ya terjadilah. Apa perlu kutemani?" Joshua berkata sambil menyetir mobilnya.
Lara tidak menjawab, pikirannya menerawang jauh. Sebenarnya dia belum siap bertemu mamanya lagi, dia takut menhadapi kenyataan yang ada. Jujur saja dia merindukan kedua orang tuanya, tapi dia juga takut melihat Darren dan Tiara di sana. Huft, terlalu banyak ketakutan yang akan dan harus dia hadapi.
Tanpa terasa dia sudah sampai di parkiran kantor, Joshua menepuk bahunya pelan. "Jangan kebanyakan melamun, kayak orang linglung."
Lara menggaruk kepalanya yang tidak gatal, dia tertawa canggung karena lagi-lagi ketahuan sedang melamun. Setengah gugup Lara keluar dari mobil setelah Joshua membukakan pintunya. "Nanti sore aku jemput ya," timpal Joshua.
Sambil mengangguk cepat Lara hendak melangkah meninggalkan parkiran, akan tetapi tanpa sengaja Lara tersandung gundukan batu yang entah bagaimana caranya bisa ada disana. Hanya sepersekian detik kalau saja Joshua tidak meraih pinggangnya, mungkin Lara sudah jatuh ke lantai parkiran yang kasar itu. Dengan sigap Joshua mengeratkan pelukan pada pinggang Lara, sejenak mereka terdiam saling bertatapan. Mereka tidak menyadari ada berpasang mata yang menyaksikan salah satu scene seperti dalam drama-drama Korea ini.
Tiba-tiba terdengar tepukan tangan riuh yang menyadarkan Joshua dan Lara dari tatapan mereka yang intens, Lara merona seketika. Ditariknya tubuhnya dari pelukan Joshua, sambil salah tingkah Lara melirik berpasang mata yang sedang menatap mereka geli.
"Aku masuk dulu ko, see you."
Belum sempat Lara melangkah, Joshua kembali menarik Lara dalam pelukannya dan mengecup dahinya singkat. Kembali tepukan riuh terdengar, Lara kembali merona dan nampak masih syok dengan perlakuan Joshua yang terkesan manis itu. Tanpa menoleh lagi Lara melangkah cepat masuk ke kantornya, rasanya dia ingin segera menghilang dari sana.
Tiba di meja kerjanya Lara menghembuskan napas ringan, dia mencoba menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan. Terbayang kembali tatapan mata Joshua yang demikian teduh, menyejukkan hatinya hingga membuatnya terpana dalam diam.
Ya Tuhan, kenapa rasanya jadi seperti ini? Bagaimana dia harus bersikap ketika Joshua menjemputnya nanti sore?
"Cie, yang punya gebetan baru. Yang lama dihempaskan kemana say? Gue mau dong dapat hibah," tiba-tiba Cindy teman kantornya sudah duduk di sebelah Lara, membuyarkan lamunannya tentang Joshua.
"Apa sih, Cin?" Lara jadi salah tingkah.
"Tadi itu sweet banget, kayak drakor gitu deh. Gue baper nih," Cindy terbahak. "Pak Joshua keren ya, gayanya tuh laki banget. Macho."
Lara mendengus mendengar ocehan Cindy. "Tadi tuh cuma kecelakaan kok, Cin. Tak usah berlebihanlah," Lara berusaha meluruskan.
"Apanya yang kecelakaan, viral di group wa kantor loh, paling sebentar lagi dikau dipanggil big boss. Jadi brand ambassador perusahaan supaya kerjasama dengan pak Joshua lancar jaya," Cindy terus saja menggodanya.
Belum sempat Lara membungkam Cindy, di hadapan mereka sudah berdiri pak Arif bagian HRD.
"La, kamu dipanggil pak bos," ujar pak Arif.
Lara melirik Cindy yang memberikan jari jempolnya sambil mengedipkan mata, seolah dia yakin bahwa perkataannya memang terbukti.
Dengan langkah malas Lara menuju ruangan pimpinan, diketuknya perlahan pintu kaca itu.
"Masuk," terdengar suara tegas dari dalam ruangan.
"Bapak memanggil saya?" tanya Lara formal.
"Sekarang kamu sama Joshua, La? Lalu bagaimana dengan Darren?" tanya Andreas, bos sekaligus sahabat Lara.
Lara menepuk jidatnya seraya menghempaskan bokongnya di sofa yang ada di hadapan Andreas. "Kamu panggil aku cuma untuk menanyakan ini?"
Andreas tertawa lepas. "Hari ini kamu jadi selebritis kantor, La. Viral," tegas Andreas.
"Pak bos yang terhormat, as you know aku dan Darren sudah tak ada hubungan apa-apa lagi, kami sudah selesai. Apalagi setelah kecelakaan itu dia tak mengingatku sama sekali."
"Iya aku tahu, sekarang dia sudah bertunangan dengan gadis pilihan orang tuanya," Andreas menimpali.
Dan gadis itu adalah kakakku sendiri, Lara melanjutkan kalimat Andreas dalam hatinya.
"Sebenarnya aku menyayangkan kisah kalian harus berakhir seperti ini, apalagi kalian berdua adalah sahabatku," Andreas berempati. "Tapi Joshua juga adalah sahabatku dan Darren, tak menyangka kalian akan dipersatukan dalam situasi seperti ini. Apa jadinya kalau Darren sudah bisa mengingat semuanya dan menghadapi kenyataan kamu sudah bersama Joshua?" Andreas berdecak.
Tak menyangka dengan kalimat Andreas yang terakhir, Lara membeliakkan matanya.
"Pak bos yang terhormat, please hentikan kekepoan anda ya. Saya tidak ada hubungan apa-apa dengan ko Joshua, kami hanya berteman," Lara berkata dengan mimik cemberut. "Dan kalau tidak ada urusan pekerjaan yang mendesak, saya undur diri ke ruangan saya, karena saya tak mau bergosip pagi-pagi begini."
Kalimat Lara disambut dengan tawa Andreas yang semakin lepas, ditambah lagi tawa seseorang dari balik punggung Lara.
Seketika wajah Lara memerah, dia hapal suara tawa itu. Dengan cepat Lara membalikkan badannya.
"Ko Joshua, sejak kapan ada di situ?" seru Lara tertahan.
Andreas kembali terbahak. "Cie, panggilannya akrab ya, ko Joshua..."
Astaga, kalau saja ini bukan di kantor. Aku rasanya ingin memukuli wajah Andreas yang lumayan tampan itu sampai babak belur, umpat Lara dalam hati. Mereka memang sahabat di luar kantor, tapi kalau sudah di dalam kantor, hubungan mereka profesional sebatas atasan dan bawahan.
"Aku permisi," dengan wajah yang sudah merah seperti udang rebus, Lara meninggalkan Andreas dan Joshua yang sedang menertawakannya.
***
From author :
Next chapter konflik memanas ya guys, siap-siap meledak.
Jangan lupa vote nya y, like, comment n share juga.
Supportnya aq harapkan bgt lho, biar tambah semangat nih nulisnya.
Luv,
Lanny Tan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Nenny M. Effendy
tmn nya lara nm nya sama ma bapaknya y? nmnya andreas jg.
2020-11-01
1
Yushi_Fitria
Ceritanya bagus😊 Tetap semangat menulisnya dan up terus kak.
2020-10-30
1