Lara POV
Aku membenci diriku sendiri yang selalu luluh di hadapan Darren, sekuat apapun usahaku untuk melupakannya, dia selalu berhasil meluluhkanku. Darren membuatku berada dalam sikon yang sangat menyulitkanku, aku merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Darren dengan kakakku.
Aku mencari jalan terbaik untuk menghentikan ini semua, aku harus menjauh dari Darren, entah bagaimana caranya. Darren menjalankan anak perusahaan milik orang tuanya disini, di kota yang sama tempatku berkerja. Hal ini tidak memungkinkan bagiku untuk menghindarinya, karena kami tinggal di kota yang sama.
Dalam keadaan hatiku yang terluka, aku memutuskan untuk melepaskan Darren. Bagaimanapun aku harus merelakannya untuk Tiara kakakku, aku tidak akan sanggup merebut Darren dari kakakku sendiri, walau sebenarnya aku sudah jauh lebih dulu menjalin hubungan dengan Darren.
Aku juga memikirkan perasaan mama tiriku, beliau sudah begitu baik merawatku dari kecil tanpa membedakan kasih sayang terhadap Tiara yang notabene adalah anak kandungnya, dengan tulus mencurahkan cintanya yang besar untukku anak tirinya.
Hatiku sakit waktu aku mengetahui fakta tentang ibu kandungku yang sesungguhnya, aku dipaksa menelan pil pahit itu. Kecewaku tak terkira, dalam diamku aku marah pada ibu tiriku juga ayahku. Tapi aku juga harus bijak menyikapinya, mungkin mereka terlalu menyayangiku sehingga menyembunyikan fakta penting itu dariku.
Dilema, itu yang kurasakan sekarang ini. Darren kekasih yang sangat kucintai, harus kurelakan untuk kakakku sendiri. Aku juga melakukan ini untuk ibu tiriku, sebagai ucapan terima kasih untuk kasihnya padaku selama ini, biarlah aku yang terluka.
Tok tok tok
Pintu kamarku ada yang mengetuk, mungkinkah itu Darren? aku menerka siapa yang ada dibalik pintu itu. Ini memang hari Sabtu, aku menikmati weekend di kamar kost ku saja, sedang ingin sendiri menikmati sakit hati ini. Entah siapa tamu tak diundang yang berhasil membuat lamunanku buyar berantakan.
Mudah-mudahan bukan Darren, aku sudah melarangnya menemuiku disini.
"Hai..."
Tampak wajah ayu tersenyum riang ketika aku membuka pintu, sambil menyapa ramah perempuan yang ternyata adalah Tiara merentangkan tangannya ingin memelukku. Masi dengan keterkejutanku, aku membalas pelukannya, dan saat itulah aku menyadari ada Darren di belakang kak Tiara, dengan senyum khasnya, senyum yang selalu membuatku rindu.
Kupejamkan mata mengusir bayangan itu, kubalas pelukan kakakku dengan erat. Dalam hati aku bertanya apa maksud kedatangan kak Tiara dan Darren kesini.
"Masuk, kak. Kok tiba-tiba kesini? Tak mengabariku sebelumnya," aku menetralkan suasana hatiku.
"Kalau kuberitahu, bukan surprise dong," kakakku tertawa renyah. "Aku ikut ke kamar mandi ya, kebelet pipis dari tadi," lanjutnya menuju kamar mandi meninggalkan aku dan Darren.
"Apa maksudmu bawa kakak kesini?" aku bertanya sinis pada Darren, tentunya dengan suara pelan.
Darren melangkah menghampiriku sambil menatapku dalam, tangannya langsung merengkuh pinggangku dan membawaku dalam pelukannya. Aku tidak sempat menghindar, aku mencoba meronta.
"Lepaskan aku, nanti kak Tiara lihat," aku mendelik galak.
"I miss you so much, Beb ," ujar Darren dan tiba-tiba dia mengecup bibirku.
Aku terbelalak tak percaya dengan tindakannya yang berani, apa dia tidak takut kalau tiba-tiba kak Tiara keluar dari kamar mandi dan melihat semua ini. Aku meronta mencoba melepaskan diri dari Darren.
"Sudah kubilang, jangan coba menghindar dariku. Aku akan melakukan cara apapun untuk memilikimu, termasuk melukai perasaan kakakmu."
Sambil menghela nafas kasar, aku masih berusaha membebaskan diriku dari kungkungan Darren. Aku sangat takut kak Tiara melihatku, dia pasti akan salah paham.
"Aku mohon mengertilah, kak. Jangan membuatku di posisi sulit seperti ini," ujarku mengiba pada Darren.
Darren melonggarkan pelukannya dia menatapku, tatapannya sendu, aku melihat ada kesedihan mendalam di matanya. Aku tahu kami sama-sama terluka dalam kisah ini, tapi bukankah segala sesuatunya butuh pengorbanan. Rasa itu tetap ada, tapi hanya perlu diredam supaya tidak lebih banyak lagi orang-orang yang ikut terluka.
"Maafkan aku," ucapku lirih.
Tak lama kak Tiara keluar dari toilet, aku menghela nafas lega karena pada saat itu Darren berdiri agak jauh dariku. Setidaknya tidak akan membuat kak Tiara berpikir macam-macam tentangku dan Darren.
Tepat jam makan siang kami pergi ke salah satu mall terbesar di kota ini, kami berencana makan siang di sana. Memasuki mobil Darren, aku memposisikan diriku di bangku penumpang belakang, aku cukup tahu diri untuk hal itu. Darren dan kak Tiara mengobrol ringan, mereka terlihat sangat serasi. Dadaku kembali merasakan nyeri, seharusnya aku yang duduk di kursi depan di samping Darren, bersenda gurau dengannya.
"Pacarmu mana, La? Kenalin sama kakak ya," tanya Tiara tiba-tiba mengejutkanku.
Aku tersenyum tipis. "Have no boyfriend, kak. Sudah putus," aku melirik Darren dengan ekor mataku.
"Putus kenapa, La?" tanya Darren dengan santainya.
Kali ini aku menatap Darren dengan tatapan yang tak kalah santainya. "Aku yang memutuskannya, karena pacarku sudah punya pilihan lain. Aku tidak mau menjadi yang kedua, apalagi menjadi orang ketiga dalam hubungan mereka."
Aku melihat Darren mencengkram kemudinya dengan kuat, dia berusaha tetap terlihat santai.
"Hhmm, kisah yang rumit, La. Hopefully kamu segera menemukan pengganti yang lebih baik ya. Aku mau kamu bawa pasangan pas acara pernikahanku nanti."
Mendengar kak Tiara mengucapkan kata pernikahan, aku seperti sedang diguyur air dingin. Kakiku terasa lemas, mungkin seandainya aku sedang dalam posisi berdiri, kakiku pasti tak akan kuat menahan tubuhku yang tiba-tiba lemas ini. Aku memandang keluar, sambil menahan air mata yang sudah siap tumpah. Darren melirikku dari kaca spion, dia tetap menyetir.
"La, mama pesan kalau kamu ada waktu libur, pulanglah. Kangen katanya," lanjut kak Tiara lagi.
"Iya kak, bilang sama mama aku juga kangen."
Aku berkata jujur, memang aku merindukan mamaku, lebih tepatnya mama tiriku. Wanita yang sudah kuanggap seperti ibu kandungku sendiri, aku tidak bisa membencinya. Aku tidak boleh egois, aku tahu mama juga sama sedihnya sepertiku.
Tak terasa kami tiba di parkiran mall, aku segera melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Aku berjalan di belakang kak Tiara dan Darren, tanpa sengaja mataku menatap mereka yang bergandengan tangan dengan mesra, astaga aku merasa cemburu.
Tuhan, kuatkan aku. Aku harus membiasakan diri dengan pemandangan seperti ini, toh aku sudah berjanji untuk merelakan Darren.
"Kirana..." sapa seseorang yang sudah berjalan di sampingku
Begitu mengetahui siapa yang menyapaku, akupun tersenyum semanis mungkin. Setidaknya aku bisa mengalihkan pikiranku yang sedang kusut ini.
"Halo, ko Joshua. Ketemu lagi deh," aku membalas sapaannya.
"Iya, belakangan sering ketemu kamu, jangan-jangan kita berjodoh ya," seloroh Joshua ringan. "Sama siapa, Ki?"
"Oh iya, aku kesini sama kakakku dan tunangannya." jawabku sambil menunjuk Darren dan kakakku. "Kenalkan ko, ini kakak perempuanku, namanya Tiara."
Aku melihat kak Tiara dan ko Joshua bersalaman, kemudian aku mengarahkan pandanganku pada Darren. "Ini calon kakak iparku, namanya..."
"Darren, apa kabar, bro?" ternyata ko Joshua dan Darren saling mengenal, mereka saling memberikan salam. "Sepertinya tak lama lagi aku akan mendapat undangan ya?" ko Joshua bertanya menggoda Darren dan kak Tiara.
Darren tersenyum tanpan menjawab pertanyaan ko Joshua, kak Tiara turut tersenyum penuh arti, sementara aku tambah nelangsa.
"Ki, kenapa jadi diam saja? Ternyata dunia itu sempit ya, calon kakak iparmu ini teman bisnisku loh," tutur ko Joshua.
Aku mengangguk pelan.
"Iya nih, Lara. Dari tadi diam saja, harap maklum ya Joshua, dia ini baru saja putus dari pacarnya, jadi masih baper," kak Tiara sukses membuatku dan Darren sama-sama terperangah.
"Jangan sedih, Ki. Kalau kamu sedih dan butuh pundak untuk menangis, aku siap kok," ko Joshua berkata seraya mengedipkan matanya.
Kak Tiara tertawa ringan, sementara aku jadi salah tingkah.
"Kita masuk yuk, sekalian makan bareng kita, Josh? tawar kak Tiara disambut anggukan ko Joshua, sementara aku dan Darren hanya diam membisu.
***
Hi, readers. Maaf baru update lagi ya, harap maklum karena di dunia nyata, author ini emak-emak yang sok sibuk, hehehe...
Jangan lupa vote, like, 'n comment ya...
Supaya author tambah semangat nyuri2 waktu buat update cerita ini ya guys...
Trims ya guys...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
scarlet
Darren,, laki2 pengecut n egois,,,
2022-11-16
0
Yorna Awaluddin
kok prasaan diulang2 yea ....
2022-04-03
0
W_Yaya
haii thor ak mampir ni ke karya kakak, salam Pengawal Tampan Idolaku
2020-12-02
1