Hard To Say Goodbye
Lara memeluk erat wanita paruh baya yang wajahnya masih memperlihatkan sisa kecantikan masa mudanya, kemudian diciumnya wanita yang tak lain adalah mamanya sendiri. Hari ini adalah perayaan pernikahan perak orang tuanya, dia sengaja pulang ke Surabaya dan mengambil cuti dari kantornya selama satu minggu khusus untuk acara spesial ini.
Setelah puas memeluk dan menciumi mamanya, Lara segera beralih ke pelukan pria di samping mamanya, papanya terlihat sangat tampan dengan setelan jas warna silver, selaras dengan gaun warna silver yang dengan anggun membalut tubuh mamanya. Setelah puas memeluk dan mencium orang tuanya, Lara menatap mereka bergantian penuh kekaguman, sungguh pasangan yang sangat serasi, gumamnya dalam hati.
"Happy wedding anniversary Ma, Pa. Maaf Lara terlambat datangnya, tadi pesawat sempat delay," Lara berkata sambil memeluk kedua orang tuanya.
"Tidak apa-apa sayang, yang penting kamu hadir di sini, sekalipun terlambat. Daripada tidak datang sama sekali, mama dan papa akan kecewa," ujar mamanya penuh kelembutan.
Lara memang sudah berusaha untuk menghadiri ulang tahun pernikahan perak kedua orang tuanya, dari mengurus ijin cuti yang sangat sulit didapat dari kantornya, hingga keberangkatan pesawat yang tertunda beberapa jam karena adanya kendala teknis. Setelah melalui drama yang cukup menguras tenaga dan pikirannya, pada akhirnya Lara bisa hadir di acara spesial ini.
"Apapun yang terjadi Lara pasti datang, Ma. Lara menyayangi Papa dan Mama, sebisa mungkin tidak ingin mengecewakan kalian."
Senyum bahagia terukir di wajah orang tuanya, Lara merasa damai dengan pemandangan yang terpampang dihadapannya.
"Kak Tiara belum kelihatan, Lara mau cari dulu. Mau kasih surprise," Lara berkata sambil mengedipkan matanya.
"Tidak usah dicari, Nak. Kakakmu sedang menunggu calon tunangan beserta keluarganya di depan, mungkin sebentar lagi mereka akan masuk."
Mata Lara membulat sempurna mendengar kalimat yang diucapkan papanya, sejak kapan kakaknya yang cantik tapi pendiam itu punya kekasih? tanya Lara dalam hatinya. Dan papanya tadi bilang bahwa Tiara menunggu calon tunangannya, sudah seserius itukah hubungan mereka? Lara terpaku sejenak.
"Kak Tiara sudah punya calon tunangan? Sejak kapan? Apakah Lara sudah terlalu lama tidak bersama kalian? Jadi tidak mengetahui perkembangan berita keluarga akhir-akhir ini," Lara melontarkan juga pertanyaan yang ada dalam hatinya tadi.
Mama dan Papa Lara sama-sama tersenyum, mereka kompak menggeleng pelan.
"Hampir setahun kamu tidak pulang, sibuk dengan pekerjaanmu. Mama dan Papa sampai kesulitan berkomunikasi denganmu Lara, apalagi kakakmu yang pendiam itu. Dia mungkin belum mampu berbagi kisahnya denganmu yang selalu sibuk, sayangku," ujar mamanya sambil mengusap lengan Lara.
Dalam benaknya Lara membenarkan ucapan mamanya, setahun belakangan ini dia sibuk berkarir di ibukota. Semisal tidak ada acara yang penting seperti hari ini, dia mungkin tidak akan pulang ke Surabaya.
Iya juga, Ma," Lara berkata lirih.
"Kamu tidak membawa kekasihmu? Kapan mau dikenalkan kepada kami?" tiba-tiba papanya bertanya demikian diiringi anggukan mamanya.
Darren, sekelebat pria berwajah tampan itu melintas di benaknya. Pria yang sudah menjadi kekasih hatinya dua tahun ini, memang belum pernah diperkenalkan pada keluarganya.
"Next time ya, Pa. Kekasihku sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan," ujar Lara.
Lara memandangi halaman belakang yang hari ini sengaja didekorasi, dia mengagumi desain dekorasinya, sangat glamour dengan dominasi warna silver. Seandainya Darren ada di sini, dia juga akan mengagumi dekorasi ini karena memang mereka memiliki selera yang sama dalam beberapa hal.
"Itu mereka sudah datang," seru mamanya senang.
Lara mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh mamanya, dari kejauhan dia melihat kakaknya berjalan di samping wanita cantik yang mungkin berumur kurang lebih sama dengan mamanya. Mungkin calon mertua kakaknya, pikir Lara sambil tersenyum samar.
Di belakangnya nampak berjalan dua orang pria yang satu lebih muda dan yang lainnya seusia dengan papanya, calon tunangan dan calon ayah mertua Tiara. Mereka berjalan bersamaan menuju tempat Lara dan orang tuanya berkumpul. Ketika mereka mendekat, tiba-tiba ponsel Lara berdering menandakan ada panggilan masuk. Dengan sopan Lara memberi tanda pada papanya untuk menerima panggilan di sudut yang lebih sepi, disambut anggukan pelan papanya.
"Ada apa, Tia?" tanya Lara menyambut panggilan yang ternyata berasal dari sahabatnya Mutia.
"La, maaf aku agak sedikit terlambat ke rumahmu ya. Jalanan agak macet nih," sahut Mutia diujung sana.
"Iya, tidak apa-apa. Aku juga baru sampai kok, aku tunggu ya. Kangen banget, long time no see." Lara menimpali dengan penuh semangat.
"Oke siap, sampai ketemu di sana ya, La."
Mutia mengakhiri panggilannya, Lara segera kembali mencari keluarganya, dia juga ingin menumpahkan kerinduan pada kakaknya tercinta. Dengan tergesa dia melangkahkan kaki menuju meja makan panjang tempat keluarganya berkumpul. Sementara para tamu undangan sedang menikmati makan malam mereka.
Ketika hampir mendekati meja makan, Lara menghentikan langkahnya, matanya menatap tajam pria muda tampan yang duduk tepat di samping kakaknya. Mereka sama-sama terkejut, saling menatap dalam diam, tidak menghiraukan keadaan sekitar dengan hiruk pikuknya. Lara yakin 100 persen bahwa pria itu adalah Darren, pria yang sudah dua tahun ini menjalin hubungan serius dengannya. Lalu bagaimana bisa sekarang pria yang katanya sedang ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal sehingga tidak bisa ikut menghadiri acara ulang tahun penikahan orang tuanya, sekarang sedang duduk manis di samping kakaknya dengan status calon tunangan kakaknya?
"Kok malah bengong, La? Katanya kangen sama Tiara?" sentuhan halus dan suara lembut mamanya segera menyadarkan Lara dari keterkejutannya tadi.
Dengan anggun Lara tersenyum samar dan segera memgalihkan tatapannya dari pria yang sangat dicintainya itu, ada banyak pertanyaan berkecamuk di dadanya. Tidak terucapkan tapi cukup membuatnya sesak.
Perlahan dihampirinya Tiara yang langsung berdiri menyambut kehadirannya, mwereka berpelukan erat melepaskan kerinduan setelah hampir setahun tidak bertemu dan hanya berkomunikasi via telepon saja. Lara merasakan ada sepasang mata yang menatapnya, tapi dia berusaha menghindari tatapan itu.
"Kamu cantik sekali malam ini, La," tutur Tiara sambil mengelus punggung Lara dengan lembut.
"Kakak lebih cantik loh, aku selalu suka dengan tampilan kakak yang seperti ini. Miss you so, kak," balas Lara sambil menetralkan gemuruh dalam dadanya.
"Sudah-sudah, nanti saja kangen-kangenannya. Sekarang kita makan dulu saja ya," Lara dan Tiara melepaskan pelukan masing-masing setelah mendengar suara papanya.
Lara menuju tempat duduk di samping mamanya yang memang sengaja dikosongkan untuknya, dan itu tepat berhadapan dengan Darren, kekasih yang akan menjadi tunangan kakaknya. Mereka mulai acara makan malamnya tanpa suara.
Selama acara makan malam berlangsung, Lara sibuk dengan pikirannya sendiri. Ada rasa nyeri di sudut hatinya saat mengingat percakapan terakhirnya dengan Darren sebelum dia berangkat kesini, dia menghela napas pelan. Dia sama sekali tidak pernah menyangka kalau ternyata Darren sanggup mengkhianatinya, dan yang lebih parahnya lagi, Darren melakukan pengkhianatan itu dengan kakak kandungnya sendiri. Lara sangat yakin Tiara dan keluarganya tidak ada yang mengetahui tentang hubungannya dengan Darren, karena mereka bersikap biasa saja.
"Kami ucapkan selamat ulang tahun pernikahan perak kepada Andreas dan.Mia, kami turut berbahagia dengan perjalanan pernikahan yang kalian lalui bersama, dengan anugrah dua orang putri yang sangat cantik-cantik," suara papa Darren memecah kesunyian ketika mereka selesai bersantap.
"Terima kasih mas Gunawan, kami juga sangat berbahagia dengan kehadiran kalian," timpal papanya Lara.
Mereka sama-sama tersenyum simpul, ternyata Gunawan papa Darren dan Andreas papa Lara adalah sahabat lama yang kembali dipertemukan dalam ikatan dunia bisnis mereka, itu yang Lara simak dari percakapan mereka sedari tadi.
"Akhirnya kita bisa segera melaksanakan niatan kita sewaktu masih muda dulu, kita mau menjodohkan anak-anak supaya persahabatan kita semakin abadi. Di malam bersejarah ini, aku ingin memberikan hadiah dalam bentuk pertunangan anak-anak kita. Darren anakku dan Tiara anakmu sudah cukup dewasa untuk membina rumah tangga, lagipula mereka sudah cukup lama saling mengenal. Akan lebih baik jika disegerakan ke jenjang yang lebih serius. Bukankah begitu Darren?" Darren yang tak bersuara dari awal pertemuannya dengan Lara di meja makan ini hanya mengangguk kecil.
Hati Lara terasa perih melihat anggukan Darren, sebisa mungkin dia menahan air matanya yang sedang berebutan keluar dari pelupuk matanya yang sudah semakin mengabur.
Senyum bahagia tampak mengembang di wajah masing-masing anggota keluarga yang ada, mereka merayakannya dengan bersulang.
"Bersulang untuk calon besan," ujar papa Lara dengan senyum bahagianya.
Lara memandangi wajah mereka satu persatu, semua nampak bahagia, senyum mengembang sempurna di wajah mereka masing-masing. Tegakah dia menghancurkan semua itu dengan menyatakan bahwa Darren adalah kekasihnya? Ah, Lara merasa lebih baik memendam sendiri dalam hatinya, menikmati rasa sakit hatinya atas pengkhianatan Darren, dan mengubur dalam rasa cinta yang pernah dan bahkan masih ada untuk Darren.
"La, maaf aku telat banget ya," seru suara dibalik punggungnya, Lara tahu itu suara Mutia sahabatnya.
"Om, tante, congrats ya. Happily ever after," Mutia menghampiri orang tua Lara dan mengucapkan selamat sambil memeluk mereka satu-satu.
"Terima kasih sayang," balas mama Lara lembut.
Selesai memberikan ucapan selamat, Mutia kembali ke tempat duduk Lara dan merangkul bahu sahabatnya tersebut. Matanya membelalak ketika dilihatnya di hadapannya duduk Darren di samping Tiara dan kedua orang tua Darren.
"Darren, kamu juga disini? Ternyata om Gunawan dan tante juga disini? Kok bisa?" Mutia terus bertanya tanpa jeda.
"Om harus jawab yang mana dulu, Tia? Nanya satu-satulah, pakai spasi," perkataan Gunawan disambut dengan tawa semuanya.
Sementara Lara dan Darren masih berkutat dengan kegalauannya sendiri, sambil menghela napas Lara menghindari tatapan Darren.
"Om ini sahabat om Andreas, dan sudah pasti diundang ke acara spesial ini. Ditambah lagi kabar baik di acara ini juga sekalian acara pertunangan Darren dan Tiara, yang artinya sebentar lagi kami besanan. Apa sudah jelas keponakanku sayang?" Gunawan menjelaskan panjang lebar pada Mutia yang adalah keponakannya sendiri.
Mutia terdiam sejenak mencerna perkataan om Gunawan, kemudian tak lama dia membelalakkan matanya menatap Darren dan Tiara. Dia menggeleng tak percaya, kemudian ditatapnya punggung Lara yang tak bergeming.
"Darren, kamu..."
Belum sempat Mutia melanjutkan kalimatnya, Lara berdiri tiba-tiba. "Aku permisi ke toilet."
Dengan gerakan pelan Lara meninggalkan meja makan, disusul oleh Mutia yang sudah siap membombardirnya dengan segudang pertanyaan.
"La, tunggu. Ini ada apa sebenarnya? Kamu dan Darren kan...?" Mutia tidak melanjutkan kalimatnya.
"Kenapa dia jadi tunangan sama Tiara?" Mutia mengguncang bahu Lara.
Lara menggeleng berulang kali, air mata yang dibendungnya dari tadi akhirnya berhamburan keluar tak tertahankan. Mutia memeluk Lara sambil menepuk-nepuk punggungnya mencoba menenangkan. Tidak ada kata yang terucapkan, Mutia membiarkan Lara menangis puas di pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Yuko_Arfa
lanjuut aku mampit kak thor, rapi dan bahasanya enak 👍
2022-04-24
0
💕febhy ajah💕
bsru pertama udh mengadung bawang, gimana lanjutannya pasti lebih parah d was n bikin nyesek. uhhh dasar lelaki, jujur donk jgn suka boong.
2021-03-18
1
Himawari
hai thor aku mampir, like mendarat sempurna untukmu.
2021-03-17
1