Bab 5. Mencoba Memasak untuk Frans

Gaun yang di pilih oleh Gina, sudah tiba di rumah wanita itu. Dan wanita tampak begitu senang.

"Sayang, ini gaun yang kamu beli. Apa ini tidak terlalu mahal?" tanya Andara, ibunya Gina.

Gina sama sekali tidak terlihat seperti akan kehilangan uang, dia tidak tampak khawatir.

"Ibu, kenapa ibu bertanya seperti itu? jangan khawatir, aku beli gaun ini di butik yang sama dengan Anna. Dia pasti sudah membayarnya" ucapnya sambil terkekeh.

Andara juga langsung tertawa.

"Kamu ini memang pintar, sangat bagus memiliki teman seperti Anna. Perusahaan ayahmu dulu nyaris bangkrut, kamu hanya menangis dan mengadu padanya. Dia membantumu! kamu mau apapun tinggal bilang padanya. Dia benar-benar seperti pohon uang kita" kata Andara.

Sungguh pengajaran yang tidak baik. Orang tua terkadang tidak menyadari kalau cara didik mereka bisa merusak anak. Terlalu memanjakan anak, itu justru akan merusaknya. Tidak menegur dan memberi peringatan pada anak jika melakukan kesalahan, justru akan membuat anak itu sulit membedakan mana benar dan salah di masa depan. Yang dia tahu, apa yang ingin dia lakukan itu yang benar.

"Iya dong Bu! Dan ibu tahu tidak? gaun ini tadinya adalah gaun yang ingin dia pakai. Dia sudah memilihnya, tapi begitu aku bilang Anna pasti memberikan gaun ini padaku, karena aku adalah sahabat terbaiknya. Gaun ini langsung dia berikan padaku, dan pilihannya sangat buruk. Dia benar-benar tidak akan bersinar di pesta ulang tahunnya sendiri!" Gina tergelak.

Mungkin pikirannya memang sudah bermasalah, atau memang sebenarnya dia tidak tahu malu. Bagaimana seseorang bisa berpikir, untuk menjadi lebih bersinar dan menarik perhatian daripada yang punya acara. Sungguh tak tertolong.

**

Sementara itu di dapur, ini adalah kali pertamanya Anna masuk ke dapur kotor rumahnya.

"Nona..." sapa para pelayan di dapur kotor mansion Wijaya.

Anna tersenyum pada para pelayannya.

"Jangan terlalu formal, kalian bisa lanjutkan pekerjaan kalian. Em, mau masak apa siang ini?" tanya Anna.

"Kami mau masak sup iga sapi nona. Tuan Anton bilang ingin sup iga sapi!"

Anna menoleh pada pelayan yang menjawab pertanyaannya itu.

Wanita muda, cukup cantik. Dan dia tidak tahu, sejak kapan wanita itu bekerja di rumahnya.

"Kamu pelayan baru ya?" tanya Anna.

Pelayan itu segera membungkukkan badannya sedikit dan memberi hormat.

"Iya nona, saya baru bekerja tiga bulan"

Anna mengangguk. Tapi, dia bukan wanita yang menjebak kakaknya saat itu. Dia pikir, pelayan itu bukan masalah. Mungkin memang hanya perduli pada kakaknya saja, kakaknya kan memang tampan.

"Kamu, ajari aku!" kata Anna.

"Nona, bukannya kami tidak ingin. Tapi, memasak itu tugas kami" kata bibi Weni, pelayan utama bagian dapur.

Bibi Weni tentu saja tidak ingin sampai di marahi oleh majikannya. Fania dah Rio sangat memanjakan Anna. Tidak pernah membiarkan Anna terluka. Di dapur banyak sekali hal berbahaya, bagi yang tidak pernah menyentuh dapur. Takutnya, hari ini hari apesnya.

"Aku, ingin buat sesuatu untuk seseorang. Ayolah, bibi Weni. Ajari aku!" kata Anna meraih lengan bibi Weni dan menggoyangkan lengan pelayannya yang sudah bekerja padanya selama lebih dari usia Anna itu.

Bibi Weni terlihat dilema. Tapi dia benar-benar tidak mau nonanya celaka.

"Baiklah" katanya pasrah.

Anna yang melihat sebuah pisauu berukuran cukup besar segera meraihnya. Risah, pelayan yang baru bekerja dan mengagumi Anton itu bahkan langsung membelalakkan matanya. Cara Anna pegang pisauu sungguh membuatnya takut. Kenapa malah seperti pegang golokk untuk menjagall.

"Nona, hati-hati" kata bibi Weni yang juga sudah sport jantung.

Anna malah terkekeh.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Anna.

Risah mendekati bibi Weni dan berbisik pelan.

"Bibi, sangat berbahaya membiarkan nona potong daging..."

"Ah daging itu, sini aku yang potong!" kata Anna mengejutkan bibi Weni dan Risah.

Mereka baru saja mengkhawatirkan hal itu. Anna malah langsung mendekat ke arah talenan dan hendak memotong daging itu.

Brakk

Risah dan bibi Weni sampai menutup mata mereka dengan tangan. Dan wajah mereka, jelas sekali kalau mereka sangat kaget dan takut melihatnya dalam waktu bersamaan.

"Eh, kok gak kepotong. Pisauu ini sepertinya tidak tajam. Bibi Weni, ambilkan pisau yang lebih besar!" kata Anna.

Risah yang melihat ada yang salah dengan cara Anna memegang pisauu segera mendekati Anna dan meraih tangan Anna yang terangkat tinggi, benar-benar seperti tukang jagall itu.

"Nona, kamu pegang pisaunya terbalik. Bagian tajam yang seharusnya memotong daging!" kata Risah yang merasa lebih aman, kalau mengambil pisauu itu dari tangan Anna.

Anna terkekeh.

"Hoh, pantas saja dagingnya tidak terpotong. Ternyata terbalik" katanya tak bisa menahan tawa.

Anna bisa-bisanya dia tertawa seperti itu, di saat bibi Weni dan Risah, juga dua pelayan bagian dapur lain sudah ketar-ketir, sampai jantung mereka mau copot.

"Nona, biar kami saja. Bagaimana kalau nona melihat saja?" tanya bibi Weni sambil tersenyum.

Anna terdiam, dia benar-benar ingin membuatkan sesuatu untuk Frans dengan tangannya. Dulu, dia ingat. Dia selalu mengabaikan pria itu, tidak pernah menyentuh makanan dan minuman yang di buatkan oleh Frans. Karena Ferdi selalu mengatakan Frans itu bukan orang baik. Frans itu selalu ambil untung untuk semua perbuatan baik yang Ferdi lakukan untuk keluarganya. Ibunya Ferdi juga sering bicara buruk tentang Frans. Meski terkadang saat semua itu terjadi, ayahnya Frans yang struk selalu terlihat meneteskan air mata.

Tapi, ibunya Ferdi dan Ferdi selalu membuat kesan tidak baik tentang Frans untuk Anna. Sekarang, setelah dia tahu semuanya. Dia sungguh ingin membalas semuanya. Semua kebaikan Frans dan cinta tulus pria itu, cinta yang bahkan tak pernah mengharapkan balasan dari Anna.

"Bibi, biar aku lakukan sesuatu. Yang lain tidak masalah..." Anna menjeda ucapannya, karena dia melihat wortel yang ada di atas meja.

Anna segera menghampiri meja itu dan mengambil wortel serta pengupas wortel yang ada di sebelahnya.

"Aku akan kupas wortel ini saja!" kata Anna sangat bersemangat.

Bini Weni juga tidak bisa mencegahnya.

"Baiklah, nona. Tapi hati-hati!"

Anna mengangguk cepat.

"Tenang saja bibi, kalian lakukan saja pekerjaan kalian. Percayakan ini padaku!" kata Anna penuh keyakinan.

Bibi Weni, Risah dan yang lain pun segera melakukan pekerjaan mereka. Hingga beberapa saat kemudian.

"Ini aneh, jika aku makan sup, wortelnya kan potongannya cantik dan besar, seperti bunga. Kok ini kecil, apa bukan wortel ini yang biasa bibi masak ya?" tanya Anna.

Bibi Weni menoleh, Risah juga. Dan mereka kembali tak bisa berkata-kata.

Masalahnya bukan wortelnya yang menjadi kecil, tapi Anna yang mengupas wortel itu sedaging-dagingnya, sampai hanya menyisakan tulang batang yang diameternya beberapa milimeter saja.

"Nona, bagaimana kalau nona nanti bagian mencicipinya saja?" tanya bibi Weni yang tak tahu harus berkata apa lagi.

***

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ir

ir

fiks anna bukan adeknya anton dia adek RM, positif thinking aja mungkin dulu pas lahiran ketuker di korea

2025-05-15

3

Cute Alpa

Cute Alpa

udah paling bener duduk anteng ya, jangan bereksperimen lagi

2025-05-13

3

Anonim

Anonim

Anna mosok pegang pisau kebalik yang tumpul untuk potong daging o'on amat

2025-05-15

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Cinta Dibalas Pengkhianatan
2 Bab 2. Kehidupan Kedua
3 Bab 3. Frans Merasa Heran dengan Anna
4 Bab 4. Balas Satu Persatu
5 Bab 5. Mencoba Memasak untuk Frans
6 Bab 6. Makan Siang Terbaik
7 Bab 7. Awal Pembalasan
8 Bab 8. Karena Panik Jadi tidak Bisa Berpikir
9 Bab 9. 225 Juta
10 Bab 10. Mulai Bingung
11 Bab 11. Rencana Anna tentang Ferdi
12 Bab 12. Hilang Ingatan
13 Bab 13. Ternyata Biang Keladinya adalah Gina
14 Bab 14. Anna yang Berbeda
15 Bab 15. Mulai Menyingkirkan Kesalahpahaman
16 Bab 16. One Step Closer
17 Bab 17. Sedih Diabaikan
18 Bab 18. Adu Akting
19 Bab 19. Tarik Ulur
20 Bab 20. Sama-sama Membuat Rencana
21 Bab 21. Sulitnya Membuat Kanaya Percaya
22 Bab 22. Membalas Itu Menyenangkan
23 Bab 23. Kembali Cuek
24 Bab 24. Anna Meresahkan
25 Bab 25. Bertemu Paman Matthew
26 Bab 26. Lukisan Menakjubkan Frans
27 Bab 27. Perhatian Frans
28 Bab 28. Satu Masalah Selesai
29 Bab 29. Mengatakan Kebenaran pada Frans
30 Bab 30. Gina Mulai Merasa Anna Berubah
31 Bab 31. Latar Belakang Frans yang Sebenarnya
32 Bab 32. Yani Mengusir Mukhtar
33 Bab 33. Bukan Sekedar Anak Pungut
34 Bab 34. Siapa Menjebak Siapa
35 Bab 35. Mendapatkan Bukti Pengkhianatan
36 Bab 36. Kebersamaan Itu
37 Bab 37. Rencana Kejutan
38 Bab 38. Orang-orang Penuh Tipu Muslihat
39 Bab 39. Selangkah Lagi
40 Bab 40. Balas Dendam Pertama
41 Bab 41. Ada Sebab Ada Akibat
42 Bab 42. Ferdi Memang Parasit
43 Bab 43. Yang Semakin Nelangsa dan Yang akan Bahagia
44 Bab 44. Pengakuan Cinta Frans
45 Bab 45. Cari Perhatian tapi tak Diperhatikan
46 Bab 46. Percayalah Karma itu Ada
47 Bab 47. Kedatangan Matthew
Episodes

Updated 47 Episodes

1
Bab 1. Cinta Dibalas Pengkhianatan
2
Bab 2. Kehidupan Kedua
3
Bab 3. Frans Merasa Heran dengan Anna
4
Bab 4. Balas Satu Persatu
5
Bab 5. Mencoba Memasak untuk Frans
6
Bab 6. Makan Siang Terbaik
7
Bab 7. Awal Pembalasan
8
Bab 8. Karena Panik Jadi tidak Bisa Berpikir
9
Bab 9. 225 Juta
10
Bab 10. Mulai Bingung
11
Bab 11. Rencana Anna tentang Ferdi
12
Bab 12. Hilang Ingatan
13
Bab 13. Ternyata Biang Keladinya adalah Gina
14
Bab 14. Anna yang Berbeda
15
Bab 15. Mulai Menyingkirkan Kesalahpahaman
16
Bab 16. One Step Closer
17
Bab 17. Sedih Diabaikan
18
Bab 18. Adu Akting
19
Bab 19. Tarik Ulur
20
Bab 20. Sama-sama Membuat Rencana
21
Bab 21. Sulitnya Membuat Kanaya Percaya
22
Bab 22. Membalas Itu Menyenangkan
23
Bab 23. Kembali Cuek
24
Bab 24. Anna Meresahkan
25
Bab 25. Bertemu Paman Matthew
26
Bab 26. Lukisan Menakjubkan Frans
27
Bab 27. Perhatian Frans
28
Bab 28. Satu Masalah Selesai
29
Bab 29. Mengatakan Kebenaran pada Frans
30
Bab 30. Gina Mulai Merasa Anna Berubah
31
Bab 31. Latar Belakang Frans yang Sebenarnya
32
Bab 32. Yani Mengusir Mukhtar
33
Bab 33. Bukan Sekedar Anak Pungut
34
Bab 34. Siapa Menjebak Siapa
35
Bab 35. Mendapatkan Bukti Pengkhianatan
36
Bab 36. Kebersamaan Itu
37
Bab 37. Rencana Kejutan
38
Bab 38. Orang-orang Penuh Tipu Muslihat
39
Bab 39. Selangkah Lagi
40
Bab 40. Balas Dendam Pertama
41
Bab 41. Ada Sebab Ada Akibat
42
Bab 42. Ferdi Memang Parasit
43
Bab 43. Yang Semakin Nelangsa dan Yang akan Bahagia
44
Bab 44. Pengakuan Cinta Frans
45
Bab 45. Cari Perhatian tapi tak Diperhatikan
46
Bab 46. Percayalah Karma itu Ada
47
Bab 47. Kedatangan Matthew

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!