Sudah satu Minggu Pak Martin berada di ruang ICU. Reza dan Nyonya Irma masih setia menunggu Pak Martin siuman. Terkadang jika Reza ada jadwal operasi, maka Nyonya Irma lah yang menunggu suaminya seorang diri.
Pak Jono sudah siuman sejak dua hari yang lalu dan sudah dipindahkan ke ruang perawatan VIP. Reza memang sengaja meminta ke pihak Rumah Sakit agar Pak Jono dirawat dengan fasilitas terbaik, karena Reza sudah menganggap Pak Jono bagian dari keluarganya. Pak Jono menjadi supir pribadi Pak Martin sejak Reza masih kecil.
Reza masuk ke dalam ruang ICU menggunakan baju khusus. Reza duduk di sebelah ranjang pasien. Digenggamnya tangan kanan lelaki yang sangat disayanginya itu. Tangan itu dulu selalu menuntunnya berjalan, merangkul, dan memeluk tubuhnya dengan bangga. Kini tangan itu terlihat sangat lemah tak berdaya.
Bulir bening mengalir di sudut mata tajamnya. Dadanya sesak menahan tangis melihat banyak alat medis menempel di tubuh ayahnya yang mulai renta.
Reza memang lemah jika berurusan dengan ayahnya. Rasa cinta pada ayahnya melebihi apapun.
"Pa, bangun. Papa gak capek tidur terus. Reza kangen ngobrol sama Papa. Kangen debat sama Papa. Kalo Papa udah bangun, nanti kita pergi mancing. Maaf Reza gak pernah ada waktu buat nemenin Papa mancing. Tapi Reza janji, kalo Papa udah bangun dan sehat, Reza akan nemenin Papa. Reza juga janji akan menikah seperti keinginan Papa." Bisik Reza di telinga ayahnya sambil terisak.
Setiap hari Reza selalu mengajak ayahnya bercerita, baik itu tentang masa kecilnya maupun tentang wanita-wanita genit yang mencoba mendekatinya. Sesekali Reza terkekeh jika mengingat kenangan lucu tentang dia dan ayahnya.
Reza melihat air mata mengalir dari sudut mata ayahnya. Jari-jari ayahnya yang masih berada dalam genggamannya pun mulai bergerak, lalu dengan cepat Reza menekan tombol untuk memanggil dokter. Setelah itu dokter datang lalu memeriksa kondisi Pak Martin.
"Keadaan pasien sekarang cukup baik. Beliau mulai merespon apa yang didengarnya. Sering-sering ajak beliau bercerita. Anda pasti paham maksud saya, bukan?" Ucap dokter itu.
"Iya, saya paham. Terima kasih banyak, Dok!" Ucap Reza.
"Sama-sama. Kalau begitu, saya permisi dulu."
"Silakan, Dok."
Reza kembali menatap wajah ayahnya. Perasaan cemas masih menyelimuti hatinya. Digenggamnya kembali tanya ayahnya itu, kemudian Reza mulai bercerita kembali. Reza berharap, semoga ayahnya segera sadar dari koma.
🌸🌸🌸
Pukul 10 malam Lira pulang dari tempat kerjanya. Hari ini warung tempat Lira bekerja sangat ramai, jadi Lira bisa pulang lebih awal. Sudah seminggu ini Lira terus memikirkan keadaan Pak Martin. Bayangan wajah lelaki paruh baya itu selalu hadir dalam mimpinya.
Rencananya sepulang dari kerja, Lira akan menjenguk Pak Martin. Namun rasa lelahnya mengalahkan semangatnya. Terpaksa Lira menunda kembali niatnya itu. Lira akan menjenguk Pak Martin besok siang.
Lira memutuskan untuk pulang ke kosnya. Lira berjalan sambil menenteng kantong plastik berisikan makan sisa jualan di warung lesehan tempat kerjanya. Lumayan untuk sarapan paginya besok. Seperti biasa, jika ada sisa makanan, Lira akan membawanya pulang. Hal itu membuatnya sedikit irit pengeluaran. Beruntung pemilik warung lesehan itu sangat baik dan pengertian padanya.
Malam ini lagi-lagi sangat cerah. Lira merasa bersyukur karena ia tidak harus berurusan dengan banjir jika musim hujan tiba.
🌸🌸🌸
Setibanya di kos, Lira langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan muka dan menggosok gigi. Lira merebahkan tubuh mungilnya di kasur tipis, lalu diraihnya telepon jadul dari dalam tas slempang usang miliknya. Lira mencari nomor seseorang lalu menekan tombol hijau.
📞"Halo! Assalamu'alaykum, Neng ?" Terdengar suara lembut wanita dari seberang sana.
📞"Wa'alaykumussalam. Ibu apa kabar?" Tanya Lira sambil mengembangkan senyum manisnya.
📞"Alhamdulillah, Ibu sehat. Kalo Neng gimana kabarnya? Neng sehat-sehat aja kan. Neng udah makan?" Tanya ibu beruntun.
Lira terkekeh.
📞"Hehe....Alhamdulillah, Neng sehat dan Neng juga udah makan. Ibu jangan khawatir, insya Allah neng bisa jaga diri. Ibu jaga kesehatan ya, jangan lupa minum obat." Jelas Lira meyakinkan.
📞"Ya udah, kalo gitu Neng istirahat sana. Kan capek habis kerja." Titah ibu.
📞" Iya, Neng tidur dulu ya, Bu. Assalamu'alaykum."
📞"Wa'alaykumussalam, Neng."
Tut Tut..
Usai menelpon ibunya, kemudian Lira mulai membaca Al-Fatihah satu kali, Al-Ikhlas tiga kali, Al-Falaq
tiga kali, dan An-Nas tiga kali. Setelah itu ditiupkanya ke tangan lalu diusapkan ke seluruh tubuh. Lira mulai memejamkan matanya. Rasa kantuk dan lelah begitu dasyat menyerangnya. Akhirnya Lira tertidur pun tertidur.
🌸🌸🌸
Jangan lupa dukung author ya..
*like
komen
vote
terima kasih😊*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Istiqomah Yumee
maaf thor saling mengingat kan lebih baik assalamualaikum ketimbang assalamualaykum😇
2021-02-25
11
Arum Kenanga
nyimak
2021-02-14
1
Fitria Ningsih
masih lanjut thor....
jgn kelmaan upnya yaaa thor....
2021-02-14
0