Bab 2

Lisa menjadi takjub dengan pemandangan di hadapannya, sebuah bangunan mewah yang 10 kali lipat dari ukuran rumahnya.

Decak kagum berulang kali dirasakan Lisa, apalagi para pelayan berjejer rapi hanya untuk menyambutnya.

'Ah, ternyata pria arogan ini cukup kaya,' pikir Lisa, sambil memandang bangunan mewah itu dengan mata yang penuh kekaguman.

'Tidak rugi aku mempertahankan pernikahan, untuk sementara,' gumam Lisa yang licik, memanfaatkan situasi untuk hidup dengan fasilitas lengkap.

Lisa tersenyum dalam hati, memikirkan bagaimana dia bisa memanfaatkan kekayaan Jonathan untuk keuntungannya sendiri.

Dia tidak peduli dengan perasaan Jonathan, yang penting dia bisa hidup dengan nyaman dan mewah.

‘Selama ini ayah dan ibu selalu pelit, membatasiku dalam segi keuangan.’ Lisa berpikir, bagaimana ia memulainya.

Sementara itu, Jonathan memandang Lisa dengan mata yang penuh curiga, dia tidak percaya bahwa Lisa benar-benar terkesan dengan kekayaannya.

'Apa yang dia pikirkan?' tanya Jonathan dalam hati, sambil memandang Lisa dengan mata yang tajam.

Lisa semakin tersanjung dan bahagia, saat pria itu menunjukkan kamarnya yang dipenuhi pakaian mahal, kosmetik, sepatu, perhiasan lengkap yang ditafsir sangat mahal.

Matanya berbinar-binar melihat semua barang-barang mewah itu, dan dia tidak bisa menyembunyikan kekagumannya.

Jonathan merasa tersinggung melihat Lisa yang lebih tertarik melihat semua barang-barang mewah di kamar itu, tidak menyangka jika amnesia dapat merubah kepribadian orang.

Dia berharap Lisa akan menunjukkan perasaan yang tulus kepadanya, bukan hanya terobsesi dengan kekayaan.

Lisa hampir melupakan Jonathan, kemudian menghamburkan pelukan manja dan memberikan sedikit perasaan.

"Apalah arti dari semua kekayaan ini, aku hanya menginginkanmu," ucap Lisa bersandiwara, sambil memeluk Jonathan dengan erat.

Jauh di lubuk hatinya, Lisa merasa mual memeluk pria arogan yang narsis.

Dia tidak bisa percaya bahwa dia harus berakting seperti ini hanya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

Tapi, Lisa tidak punya pilihan lain, karena dia harus memanfaatkan situasi ini untuk keuntungannya sendiri.

Sementara itu, Jonathan merasa bahagia dan puas melihat Lisa yang menunjukkan perasaan kepadanya. Dia tidak menyadari bahwa Lisa hanya berakting, dan bahwa dia memiliki motif tersembunyi di balik perbuatannya.

Senyum Lisa kembali ditarik ke atas, saat Jonathan mengeluarkan kartu hitam tanpa batas di dalam saku jas. Matanya berubah hijau melihat kartu yang hanya orang kaya memilikinya, tidak akan menolak kemurahan hati suami narsisnya.

"Ini untukmu, tapi kamu tidak boleh menghubungi aku ataupun menggangguku. Saat di luar aku bukanlah suami siapapun, aku oria bebas." Jonathan berusaha memberikan petuah pada istrinya, bersenang-senang diluar dengan cinta pertamanya.

Jonathan menyuap Lisa agar tidak mengganggunya, dia sendirilah yang ingin menjauh dari sang istri.

Lisa memahami niat Jonathan, tapi dia tetap berpura-pura mencintai Jonathan untuk mendapatkan apa yang dia inginkan.

"Kau menyuap ku! Tapi baiklah, aku tidak akan mengganggumu," kata Lisa dengan suara yang lembut, sambil mengambil kartu hitam diiringi air mata buayanya.

Lisa tersenyum dalam hati, dia tahu bahwa kartu hitam itu akan memberinya kebebasan dan kemewahan yang dia inginkan. Sama sekali tidak peduli dengan perasaan Jonathan, yang penting dia bisa hidup dengan nyaman dan mewah.

"Kartu hitam ini akan menjadi tiketku untuk hidup yang lebih baik," monolog Lisa, sambil memandang kartu hitam dengan mata yang penuh harapan.

Lisa merasa kesal karena tidak mengingat bagaimana ia bisa menikahi pria seperti Jonathan, kemudian bergegas pergi untuk menemui sahabatnya, Anna.

"Apa? Kamu amnesia dan lupa bagaimana kamu menikahi Jonathan?" Anna terkejut tidak percaya, melihat sahabatnya yang acuh dengan sikap Jonathan, pria yang selalu dikejar oleh Lisa.

Anna kemudian tertawa sambil bertepuk tangan, hal ini membuat Lisa semakin kesal.

"Apa perlu aku buktikan laporan medisnya?!" kata Lisa dengan nada yang sedikit meninggi.

"Itu tidak perlu," jawab Anna, sambil memperhatikan Lisa dengan seksama.

Kemudian, Anna memeriksa suhu di kening sahabatnya itu dengan menempelkan punggung tangannya. Langsung Lisa menepis tangan Anna yang mengganggu, kemudian menatap sahabatnya intens.

"Aku tidak berbohong," kata Lisa dengan tegas. "Jelaskan padaku, bagaimana bisa aku menikahi tuan angkuh yang narsistik itu?" lanjutnya menggebu-gebu, sambil menatap Anna dengan mata yang penuh penasaran dan kesal.

Anna tersenyum kecil, lalu mengambil napas dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaan Lisa.

"Baiklah, aku akan ceritakan semuanya," kata Anna, sambil mempersiapkan diri untuk mengungkapkan rahasia yang mungkin akan membuat Lisa terkejut.

Anna menceritakan semua keburukan dan kebodohan sang sahabat dalam mengejar seorang pria sampai menjadi istri yang terabaikan, sengaja memancing Jonathan lalu menggodanya ke atas ranjang.

Sementara Lisa memegang kedua pipinya karena merasa cerita itu memalukan, kemudian meminta Anna agar berhenti berbicara.

“Stop, Anna. Aku tidak sanggup mendengarnya!”

Anna menghela santai. “Aku menceritakan faktanya.”

"Apa aku seburuk itu?" Lisa meminta pendapat sahabatnya, sambil menatap Anna dengan mata yang penuh keraguan.

Anna mengangguk sangat yakin. "Kau paling buruk sampai ke kerak bumi, kebodohan yang hakiki," ledek Anna dengan nada yang serius, sambil menahan senyum.

Lisa merasa malu dan kesal dengan dirinya sendiri. Dia tidak percaya bahwa dia bisa melakukan hal-hal yang begitu memalukan dan bodoh.

‘Bagaimana aku bisa begitu bodoh?’ tanya Lisa dalam hati, sambil menundukkan kepala karena malu.

Anna memperhatikan sahabatnya yang sedang merasa malu, lalu memberikan pelukan hangat.

"Jangan khawatir, aku akan selalu ada disampingmu," kata Anna, sambil membelai rambut Lisa dengan lembut.

"Yang terpenting kamu sudah sadar, kecelakaan itu berhasil menyadarkan mu dari bucin nya cinta," sambungnya tersenyum, sambil memperhatikan Lisa yang masih terlihat malu.

Lisa tersenyum kecil, merasa sedikit lega karena sudah mengetahui kebenarannya tentang dirinya sendiri.

"Ya, mungkin ini kesempatan bagi aku untuk memulai hidup yang lebih baik," kata Lisa, sambil memandang ke depan dengan harapan baru.

Anna mengangguk setuju, lalu memberikan motivasi kepada sahabatnya.

"Benar, sekarang kamu memiliki kesempatan untuk bangkit dan menjadi lebih kuat. Jangan biarkan pengalaman masa lalu menghantui mu," kata Anna, sambil memegang tangan Lisa dengan erat.

"Lupakan si angkuh itu, kita mulai dari ini?!" kata Lisa, sambil menunjukkan kartu hitam tanpa batas yang diberikan oleh Jonathan.

Anna terkejut melihat kartu itu, lalu memandang Lisa dengan mata yang penuh pertanyaan.

"Biasanya kau menolak uangnya," sindir Anna, sambil mengingat-ingat sikap Lisa yang selalu menolak bantuan finansial dari Jonathan.

Lisa tersenyum miring, lalu memamerkan kartu hitam itu. "Uang adalah segalanya, bisa membeli kebahagiaan," sahutnya merasa puas memiliki kartu itu.

"Benar juga!" kata Anna, sambil tersenyum setuju.

"Ayo, aku traktir!" seru Lisa, sambil menarik tangan Anna mengikuti langkahnya.

Keduanya kemudian berjalan dengan gembira, siap untuk menikmati kebebasan dan kemewahan yang diberikan oleh kartu hitam itu.

Sementara di ruang rapat, dentingan notifikasi di ponsel mengganggu konsentrasi Jonathan, hingga dia melihat di layar ponsel dan terkejut.

"Apa dia gila?" umpat Jonathan, berdiri dari duduknya disertai gebrakan meja yang keras, membuat semua orang di sana ikut terkejut.

Jonathan memandang layar ponselnya dengan mata yang penuh kemarahan, seolah-olah tidak percaya apa yang dia lihat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!