BAB 4 ORANG ASING DALAM SATU ATAP

Zia terbangun, masih di ruangan yang sama seperti semalam—dingin, megah, dan asing. Ia duduk perlahan, memandangi sekeliling. Sunyi. Ia bangkit dari tempat tidur, berjalan sambil menguap, lalu menarik tirai tinggi yang menjuntai hingga lantai. Udara pagi menyambutnya. Dari balkon, ia melihat dunia luar Calligo yang terasa begitu jauh—seperti lukisan yang tak bisa disentuh.

Sebuah mobil hitam berhenti di depan pintu utama. Seorang pria berjas keluar. Pengawal membukakan pintu untuknya.

Viren.

Sebelum masuk, pria itu mendongak. Tatapannya langsung terkunci pada Zia di balkon. Datar. Dingin. Tak tertebak. Zia spontan memalingkan wajah, jantungnya berdebar. Tatapan itu—sejak pertemuan pertama—seolah telah menancap di pikirannya.

Tak lama, Zia mulai menyusuri koridor panjang. Ia mencoba membuka satu per satu pintu di sepanjang lorong, tapi semuanya terkunci.

“Apa Nona memerlukan bantuan?” suara datar mengejutkannya.

Zia menoleh cepat. Pria yang sama seperti semalam—Jake, berdiri di sana. Tegap, tanpa ekspresi.

“S-Saya mau sarapan,” katanya gugup.

Tanpa menjawab, Jake berbalik dan mulai berjalan. Zia mengikutinya. Langkah-langkah mereka menggema di lorong batu marmer yang sepi. Zia ingin bertanya banyak—berapa orang yang tinggal di rumah ini? Mengapa begitu banyak penjaga? Tapi semuanya hanya berputar di kepala.

“Silakan, Nona. Katakan saja pada Emi apa yang Anda inginkan,” ucap Jake saat mereka tiba di ruang makan.

“Teh hangat saja…” ucap Zia pelan. Ia menatap ruangan berlangit-langit tinggi dengan lampu kristal raksasa. Meja makan panjang bisa menampung dua puluh orang, tapi ia hanya duduk sendiri di ujung.

Sendiri, seperti bayangan.

Tiba-tiba, pintu besar terbuka. Semua pelayan dan penjaga menunduk saat Viren masuk. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di samping Zia. Jarak antara mereka seakan lebih lebar dari meja panjang itu sendiri.

Zia masih mengenakan sweater semalam, rambutnya dikuncir seadanya. Ia tahu ia terlihat tidak layak duduk di ruangan ini—tapi siapa peduli?

Pelayan membawa makanan. Zia hanya menyentuh tehnya. Ia ingin bangkit, tapi merasa tak enak. Maka ia duduk diam.

“Kau mau pergi?” tanyanya akhirnya, mencoba mencairkan suasana.

“Hm,” hanya suara pendek dari Viren.

Beberapa saat kemudian ia berdiri. Zia ikut berdiri, refleks.

“Aku boleh ikut?” tanyanya cepat, bahkan sebelum ia sadar itu keluar dari mulutnya.

Viren menoleh, alisnya sedikit naik. “Mau ke mana?”

“Bekerja,” jawab Zia pelan.

Pria itu terdiam. Lalu merogoh jasnya dan mengeluarkan sebuah kartu. Ia menyodorkannya tanpa ekspresi.

“Gunakan ini.”

“Untuk apa?”

“Untuk keperluanmu.”

“Aku tidak—”

“Aku tidak suka dibantah.”

Zia membeku. Nada itu... tak bisa dilawan. Ia hanya menatap kartu di tangannya, sementara punggung Viren perlahan menghilang di balik pintu.

“Tunggu…” Zia berlari kecil, menghampiri Jake.

“Aku mau tanya soal dia...” gumamnya menunjuk Viren yang berjalan menjauh dari dapur. "Berapa orang yang tinggal dengannya?"

Jake menatap tajam, namun akhirnya menjawab singkat, “Dia tinggal sendiri.”

Pantas. Rumah ini sunyi. Tak ada tawa, tak ada keluarga. Hanya para pelayan dan pengawal yang lebih mirip patung hidup.

“Kalau Nyonya perlu sesuatu, Emi akan membantu,” ujarnya lalu pergi.

Zia menatap kosong ke arah meja makan. “Sebatang kara… tapi kenapa aku yang merasa paling sendiri di sini?”

Ia keluar ke halaman belakang. Angin pagi terasa dingin menusuk tulang. Ia menggigil, lalu kembali masuk.

Berjalan menyusuri rumah, ia kembali mencoba membuka beberapa pintu. Terkunci. Lagi. Nafasnya mulai berat.

“Kenapa semuanya terkunci?” Keluhnya. "Apa sebenarnya yang ada didalamnya?"

“Sebaiknya kau tidak mencari tau,” suara berat muncul dari balik pilar.

Zia menoleh. Manuel berdiri di sana. Matanya dingin. Peringatan itu terdengar seperti ancaman. Zia ingin membalas, tapi mulutnya terkunci. Ia hanya mengangguk saat Manuel berkata,

“Aku sudah mengambil kebutuhanmu, Nona.”

“Terima kasih,” ucapnya cepat lalu berjalan pergi.

Setibanya di kamar, Zia menutup pintu. Menyandarkan punggung ke balik daun kayu berat itu. Napasnya terengah.

“Tempat macam apa ini?” bisiknya. “Ini bukan rumah. Ini penjara.”

Di sudut kamar, ia melihat koper merah kesayangannya. Dengan cepat ia berganti pakaian—kaos longgar dan celana santai. Setidaknya itu mengingatkannya siapa dirinya.

Tiba-tiba, ia teringat seseorang.

Ami...

Ia buru-buru meraih ponsel. Puluhan pesan belum terbaca. Panggilan masuk.

“Halo?! Ami! Maaf, aku tidak bisa ke kafe hari ini. Aku…”

“Astaga! Kak Zia jahat! Aku udah menunggu setengah jam!” rengek Ami.

Zia tertawa kecil, getir. “Aku minta maaf. Aku... lagi di luar kota.”

“Diluar kota?" Ucap Ami. "Bukannya Kak Alin menikah kemarin ya? Kenapa kau tiba-tiba di luar kota Kak?"

Zia terdiam. Ami terlalu pintar untuk ia bodohi. Dan ia, terlalu cepat memberi alasan padanya. "Maksudku, Aku kecapean. Ami." Ucapnya berharap wanita itu tidak banyak bertanya.

“Oh begitu, baiklah aku akan kembali ke rumah. Tapi besok bagaimana?"

"Akan aku kabari nanti." Jawab Zia lalu mematikan ponselnya.

Setelah menutup telepon, Zia berdiri lama di dekat jendela. Menatap taman belakang yang terlalu rapi. Tak ada suara burung. Tak ada suara apa pun.

Ia merasa seperti boneka porselen di dalam rumah antik yang hanya indah untuk dilihat… tapi tak pernah hidup.

...----------------...

Malam merayap perlahan di langit Calligo, menyelimuti bangunan megah itu dalam bayangan yang dingin dan tenang. Jendela-jendela tinggi mulai memantulkan gelap, sementara lampu-lampu gantung menyala temaram, menciptakan kilau redup seperti bintang yang terlalu malas untuk bersinar terang.

Zia berdiri di balik tirai tipis, menatap langit yang mulai kehilangan warnanya. Ia menggenggam sweater di tubuhnya, bukan karena dingin, tapi karena rasa gelisah yang tak kunjung reda. Detak jam dinding terdengar pelan tapi jelas, seperti mengingatkannya bahwa waktu terus berjalan... tanpa arah.

Ketukan pelan di pintu memutus lamunannya.

Ia menoleh cepat. Pintu terbuka sedikit, dan sosok yang ia pikir tak akan muncul malam itu akhirnya berdiri di ambangnya—Viren.

Kemeja hitamnya berbeda dari pagi tadi. Lengan bajunya digulung hingga siku, menyisakan urat-urat di lengan yang menegang. Rambutnya sedikit berantakan, dan ada kantung tipis di bawah matanya—menandakan malam-malam tanpa tidur atau pikiran yang berat, entah mana yang lebih banyak.

Zia berdiri refleks, tak tahu apakah harus menyapa atau menunggu.

“Ada yang ingin aku bicarakan,” ucap Viren. Suaranya rendah, tenang, tapi seperti biasa—jauh dari hangat.

Zia hanya mengangguk, menunggu ia duduk. Tapi pria itu tetap berdiri di dekat pintu, seolah enggan masuk lebih jauh ke dalam ruangannya sendiri.

“Besok aku harus pergi,” lanjutnya. “Ada urusan yang mungkin akan memakan waktu beberapa hari. Mungkin lebih.”

Zia mengangguk pelan. Diam, lalu memberanikan diri bertanya, “Apakah..... Aku bisa kembali ke kafe?”

Viren menatapnya lama, ekspresinya datar tapi matanya seperti sedang mengukur kedalaman pertanyaan itu.

“Tidak,” jawabnya akhirnya, tegas dan pelan.

Zia mencengkeram lengan sweaternya. “Kenapa?”

“Kau tidak perlu bekerja lagi,” jawabnya. “Aku sudah memberikan kartuku padamu. Gunakan itu untuk apa pun yang kau butuhkan.”

“Aku tidak butuh uangmu,” ucap Zia cepat, mungkin terlalu cepat.

Keheningan menggantung sejenak.

“Aku butuh rutinitasku, pekerjaanku... sesuatu yang membuatku merasa hidup,” lanjutnya, lebih pelan.

Viren menundukkan kepala sejenak, seolah mencoba menahan sesuatu. Ketika ia kembali menatap Zia, nada suaranya berubah sedikit. Lebih dalam, tapi tidak lebih dekat.

“Kita sepakat, kan? Ini pernikahan praktis. Tidak perlu keterlibatan emosional. Tidak perlu saling mengatur hidup.”

“Ya,” bisik Viren.

“Tapi kenapa kau mengatur hidupku sekarang?” ucap Zia.

Viren tidak langsung menjawab. Pandangannya jatuh ke lantai, seolah sedang menimbang sesuatu yang tak terlihat.

Lalu, dengan suara nyaris pelan, ia berkata, “Lakukan apa yang kau mau.”

Zia mengangguk sekali. “Terima kasih.”

Viren menatapnya sejenak, kemudian berbalik, hendak meninggalkan ruangan.

Namun sebelum ia mencapai pintu, Zia memanggilnya pelan. “Hei, tuan...”

Langkah pria itu terhenti. Ia menoleh perlahan, menunggu tanpa berkata-kata.

Zia menarik napas. Kata-katanya tertahan, tapi akhirnya keluar juga.

“Aku tidak tahu bagaimana harus bersikap padamu. Kau... terlalu asing.”

Wajah Viren tetap tak berubah. Tapi untuk sesaat, sangat singkat, Zia melihat sesuatu di sana. Sebuah kilatan emosi. Entah luka, lelah, atau hanya bayangannya sendiri.

“Panggil Aku Viren, dan lakukan apapun yang kau mau.” jawab Viren.

Zia ingin menjawab, namun sebelum sempat berkata apa pun, ponsel Viren bergetar dari dalam saku. Ia mengeluarkannya dan melirik layar sebentar. Seketika, seluruh atmosfer di wajahnya berubah.

Sorot matanya menegang. Rahangnya mengeras. Sesuatu di balik layar itu, jelas bukan kabar biasa.

“Aku harus pergi,” ucapnya cepat, kembali ke nada suara khasnya yang dingin dan efisien.

Zia hanya mengangguk kecil. Tak ada yang bisa ia tahan dari pria itu.

Pintu menutup dengan pelan. Dan seperti sebelumnya, sunyi kembali memenuhi ruangan, merayap ke setiap sudut seperti kabut yang enggan pergi.

Zia menatap pintu yang baru saja tertutup. Ia duduk kembali di pinggir ranjang. Bahunya lunglai.

Suaminya yang sebenarnya bukan suami, tinggal bersamanya di rumah sebesar benteng ini, tapi mereka bahkan tak saling mengenal. Ia merasa seperti bayangan dalam hidup orang lain. Tak bersuara. Tak tampak.

Hening. Dan hampa.

Dihalaman utama Jake segera masuk ke dalam mobil, menyusul Viren yang lebih dulu duduk di kursi belakang. Tanpa banyak bicara, pengemudi melajukan kendaraan menjauh dari Calligo, menuju sisi paling tersembunyi dari kehidupan mereka—Cinderline.

Perjalanan tiga puluh menit itu terasa singkat, namun padat oleh keheningan dan ketegangan yang menggantung di udara. Viren tidak membuka mulut sedikit pun, dan Jake—yang duduk di samping pengemudi—juga tetap diam. Keduanya seolah terhubung dalam bahasa sunyi yang hanya mereka pahami.

Mereka akhirnya tiba di sebuah gedung tak mencolok di distrik industri tua. Tidak ada tanda, tidak ada nama, bahkan tidak ada kamera pengawas yang mencolok dari luar. Sekilas, bangunan itu tampak seperti kantor gudang biasa: bercat putih kusam, dengan pintu besi dan kaca buram.

Viren turun dari mobil, kini mengenakan topi hitam dan masker kain. Ia menggulung lengan kemejanya, memperlihatkan sedikit urat-urat tajam di lengan yang mengisyaratkan tekanan dan ketegangan. Jake menyusul di belakangnya, juga dengan penampilan serupa.

Viren mendekat ke sisi dinding pintu dan menekan sebuah panel kecil tersembunyi di balik plat logam. Sidik jarinya dikenali dalam hitungan detik, dan sistem pengenal wajah memindainya di balik kaca reflektif. Pintu otomatis membuka perlahan disertai bunyi desis halus.

Begitu mereka masuk, kontras langsung terasa. Interior gedung jauh berbeda dari eksteriornya. Dinding beton dalamnya tertutup panel hitam matte dengan alur lampu LED tipis yang menyala lembut. Lorong utama sunyi, tapi bukan karena kosong—melainkan karena semuanya berjalan terlalu efisien.

Di dalam, tampak beberapa individu berpakaian serba hitam, sibuk dengan terminal mereka masing-masing. Mereka adalah bagian dari inti Cinderline: para teknisi sistem, analis data, dan pengawas keamanan yang bekerja tanpa suara, tapi penuh hasil.

"Status?" tanya Viren singkat.

Seorang pria berkacamata tipis—Xin—bangkit dari kursinya. Ia adalah kepala divisi sistem. “Kami hampir selesai memproses data enkripsi terakhir dari Osaka. Tapi kami punya satu masalah, tuan.”

Viren berjalan masuk lebih dalam, melepas topi dan maskernya. Jake tetap berdiri di belakang, menjaga jarak. Sorot mata Viren langsung mengunci Samuel.

"Masalah seperti apa?"

"Ada upaya pembobolan dari jaringan luar. Seseorang mencoba meretas jalur masuk ke dalam struktur lama... kemungkinan berkaitan dengan sistem milik ayahmu."

Seketika ruangan itu menjadi lebih sunyi.

"Nexux," bisik Viren.

Samuel mengangguk. "Kami belum bisa memastikan. Tapi dari pola enkripsinya, ini bukan kerja amatir. Mereka tahu apa yang mereka cari."

Viren menatap layar utama. Di situ, tampak pola-pola jaringan yang saling bersilangan. Warna merah menyala menunjukkan area yang sedang diserang. Namun titik pusat serangan masih belum berhasil menembus lapisan terdalam.

"Berapa lama kita punya waktu sebelum mereka berhasil?"

"Tergantung siapa yang di balik ini. Tapi jika mereka punya fragmen kode yang dulu pernah dipakai Leo... mungkin hanya hitungan hari."

Nama itu kembali muncul.

Leo. Satu-satunya orang yang bisa membuka sistem Nexux sepenuhnya. Satu-satunya orang yang pernah membuat ayah Viren terlihat takut.

"Jake," kata Viren tanpa menoleh.

"Ya."

"Persiapkan ruang bawah tanah. Kita akan mulai pencarian dari dalam. Dan pastikan semua anggota lama dalam jaringan dihubungi. Aku ingin tahu siapa yang masih hidup, dan siapa yang sudah berpihak ke lawan."

Jake mengangguk dan langsung berbalik. Langkahnya cepat dan tenang, tahu bahwa waktu mereka semakin sedikit.

Viren kembali menatap layar. Wajahnya tak menunjukkan emosi, tapi pikirannya berputar lebih cepat dari siapa pun di ruangan itu.

Ia tahu, jika sistem Nexux jatuh ke tangan yang salah, bukan hanya identitas mereka yang terungkap. Dunia bisa berubah dalam satu malam.

Dan ia tidak akan membiarkannya.

Episodes
1 BAB 1 DUNIA YANG KONTRAS
2 BAB 2 SEORANG PENGGANTI
3 BAB 3 PERNIKAHAN
4 BAB 4 ORANG ASING DALAM SATU ATAP
5 BAB 5 RUTINITAS LAMA
6 BAB 6 INOVASI BARU
7 BAB 7 FESTIVAL KEMBANG API
8 BAB 8 DESTINASI PERTAMA: HUTAN
9 BAB 9 WAJAH BARU
10 BAB 10 SPEKTRA
11 BAB 11 SURGA DALAM CALLIGO
12 BAB 12 XANDER
13 BAB 13 OUT OF PLAN
14 BAB 14 HOBI BARU
15 BAB 15 THE BOS
16 BAB 16 BUKIT HIJAU
17 BAB 17 LUBANG DI DALAM POHON
18 BAB 18 HUJAN YANG MENYATUKAN
19 BAB 19 LUKA YANG TERBALUT
20 BAB 20 PULANG
21 BAB 21 SUASANA BARU
22 BAB 22 MENTEGA DAN COKELAT
23 BAB 23 RASA MU
24 BAB 24 DUA PANTI
25 BAB 25 KEDATANGAN VIREN
26 BAB 26 NAMA DARI MASALALU
27 BAB 27 PENGINTAI
28 BAB 28 TAMU TETAP
29 BAB 29 PELANGI DAN MALAM
30 BAB 30 TEMA YANG BERBEDA
31 BAB 31 ALIN DAN ZIA
32 BAB 32 UCAPAN YANG MENGGANGGU
33 VISUAL
34 BAB 33 MALAM PERBURUAN
35 BAB 34 SI MERAH YANG LAPAR
36 BAB 35 TIBA-TIBA PULANG
37 BAB 36 FOTO MASA LALU
38 BAB 37 MALAM YANG PANJANG
39 BAB 38 NEXUX (sistem yang terbangun)
40 BAB 39 SEBUAH HUBUNGAN
41 BAB 40 ALIN
42 BAB 41 SETEGUK YANG MEMBAKAR
43 BAB 42 LOST CONTROL
44 BAB 43 KOALA YANG MEREPOTKAN
45 BAB 44 HANGOVER BERAT
46 BAB 45 TERTANGKAP
47 BAB 46 INGATAN YANG HILANG
48 BAB 47 PAGI YANG MENCEKAT
49 BAB 48 PERMAINAN YANG SAMA
50 BAB 49 SEBUAH PENJARA
51 BAB 50 HOT NEWS KAIROTEK
52 BAB 51 DESTINASI KEDUA: LAPANGAN
53 BAB 52 JANJI YANG MENGHANTUI
54 BAB 53 TIPUAN YANG MENYEBALKAN
55 BAB 54 HAMPARAN TAK BERTEPI
56 BAB 55 TAWA KECIL PENGUBAH
57 BAB 56 KENANGAN YANG KEMBALI SINGGAH
58 BAB 57 ANTARA UANG, EMAS, DAN KETAKUTAN
59 BAB 58 AKTOR DARI CINDERLINE
60 BAB 59 JEJAK YANG MENGHILANG
61 BAB 60 MAKAN MALAM SINGKAT
62 BAB 61 LUAPAN PERASAAN
63 BAB 62 BALASAN YANG MEMBUAT GELISAH
64 BAB 63 PERMINTAAN YANG MENUNTUT
65 BAB 64 ANTARA MASA LALU DAN MASA KINI
66 BAB 65 HASIL TES DNA
67 BAB 66 BEBAN DARI SETETES DARAH
68 BAB 67 PAGI SEBELUM GALA
69 BAB 68 SELERA YANG MENINGKAT
70 BAB 69 THE DAY : THE MAGIC OF DISNEY
71 BAB 70 DEMO SPEKTRA
72 BAB 71 WARNA YANG MENGEKANG
73 BAB 72 TUJUAN SEBENARNYA
74 BAB 73 TAMU TAK DI UNDANG
75 BAB 74 KEJUTAN DITENGAH GALA
76 BAB 75 MERAH : API ATAU DARAH?
77 BAB 76 HARGA UNTUK SEBUAH KELEMAHAN
78 BAB 77 THE FINAL: THE MAGIC OF DISNEY
79 BAB 78 PERJANJIAN KECIL
80 BAB 79 SEBUAH KAMUFLASE
81 BAB 80 SEPI YANG TERTINGGAL
82 BAB 81 TERJEBAK DI PERGANTIAN WAKTU
83 BAB 82 AKHIRNYA TERTANGKAP
84 BAB 83 KEMBALI KE CALLIGO
85 BAB 84 SALON PRIBADI NYONYA CALLIGO
86 BAB 85 RENCANA TAK TERDUGA
87 BAB 86 MOBIL BARU?
88 BAB 87 DUKA YANG MENDALAM
89 BAB 88 HITAM VS BIRU
90 BAB 89 RASA SAKIT YANG SAMA
91 BAB 90 PENYESALAN
92 BAB 91 SISTEM BERBAHAYA
93 BAB 92 BUKTI YANG AMBIGU
94 BAB 93 TRANSAKSI DIBALIK KETULUSAN
95 BAB 94 SEBUAH KODE
96 BAB 95 EMOSI YANG SELALU TERKONTROL
97 BAB 96 GETARAN TAK TERLIHAT
98 BAB 97 KEMENANGAN SESAAT
99 BAB 98 BALASAN YANG SETIMPAL
100 BAB 99 DUA ORANG KERAS KEPALA
101 BAB 100 TIPUAN ZIA
102 BAB 101 TEKAD ALIN
103 BAB 102 HENING YANG MENGHUKUM
104 BAB 103 BAYANG PENYESALAN
105 BAB 104 KAIROTEK DAN XANDER
106 BAB 105 VIREN DAN ALIN
107 BAB 106 PENGAKUAN
108 BAB 107 HENING YANG MEMBAKAR
109 BAB 108 RASA YANG SAMA
110 BAB 109 SPEKTRA DOMINION
111 BAB 110 BENARKAH MELINDUNG?
112 BAB 111 TEMAN PERJALANAN YANG SABAR
113 BAB 112 AROMA YANG MENENANGKAN
114 BAB 113 SETANGKAI BUNGA
115 BAB 114 CEMBURU
116 BAB 115 KECURIGAAN
117 BAB 116 RENCANA PEREBUTAN
118 BAB 117 PERTUNJUKAN KECIL
119 BAB 118 DOUBLE KEMENANGAN
120 BAB 119 VIREN SAKIT
121 BAB 120 VIREN SAKIT PT 2
122 BAB 121 PECAHNYA EMOSI
123 BAB 122 AKHIRNYA SADAR
124 BAB 123 ZIA HAMIL
125 BAB 124 PEMERIKSAAN
126 BAB 125 RUANG USG
127 BAB 126 FAMILY GARDEN
128 BAB 127 DEMAM YANG TAK KUNJUNG TURUN
129 BAB 128 SISTEM YANG TERBANGUN
130 BAB 129 SPEKTRA X NEXUX
131 BAB 130 VIREN SAKIT PT3
132 BAB 131 SAINGAN KECIL
133 BAB 132 WAKTU UNTUK PULIH
134 BAB 133 PUNCAK KEKESALAN
135 BAB 134 ZIA DAN MOODNYA
136 BAB 135 BAYANGAN YANG MENGIKUTI
137 BAB 136 TIGA TAMU
138 BAB 137 SENYUMAN PERTAMA
139 BAB 138 BIOSKOP CALLIGO
140 BAB 139 RUMAH CITY
141 BAB 140 LAPORAN JAKE
142 BAB 141 KEDATANGAN LILY
143 BAB 142 SENSASI YANG MEMBARA
144 BAB 143 MOBIL BARU
145 BAB 144 PERUBAHAN DAN HARAPAN
146 BAB 145 PENGUNTIT
147 BAB 146 ZIA HILANG
148 BAB 147 KELUARGA ARTELLA
149 BAB 148 HANYA SEBUAH HIASAN
150 BAB 149 TEKAD UNTUK BERTAHAN
151 BAB 150 RASA YANG MENYESAKKAN
152 BAB 151 KABUR
153 BAB 152 TERPEROSOK
154 BAB 153 VIREN VS NICK
155 BAB 154 INTEROGASI
156 BAB 155 DEJAVU
157 BAB 156 HARAPAN TERAKHIR
158 BAB 157 AKHIRNYA MENYERAH
159 BAB 158 MEDAN YANG SULIT
160 BAB 159 KABAR BAIK
161 BAB 160 BERHASIL KELUAR
162 BAB 161 BAGAIMANA CARA MEMBERITAHUNYA?
163 BAB 162 KETAKUTAN YANG TERSEMBUNYI
164 BAB 163 ZIA HISTERIS
165 BAB 164 DIAM-DIAM MENGUNJUNGI
166 BAB 165 TAK KUNJUNG DATANG
167 BAB 166 AKHIRNYA PULIH
168 BAB 167 VIREN AKHIRNYA DATANG
169 BAB 168 KONDISI ZIA
170 BAB 169 KONDISI ZIA PT2
171 BAB 170 KEHADIRAN
Episodes

Updated 171 Episodes

1
BAB 1 DUNIA YANG KONTRAS
2
BAB 2 SEORANG PENGGANTI
3
BAB 3 PERNIKAHAN
4
BAB 4 ORANG ASING DALAM SATU ATAP
5
BAB 5 RUTINITAS LAMA
6
BAB 6 INOVASI BARU
7
BAB 7 FESTIVAL KEMBANG API
8
BAB 8 DESTINASI PERTAMA: HUTAN
9
BAB 9 WAJAH BARU
10
BAB 10 SPEKTRA
11
BAB 11 SURGA DALAM CALLIGO
12
BAB 12 XANDER
13
BAB 13 OUT OF PLAN
14
BAB 14 HOBI BARU
15
BAB 15 THE BOS
16
BAB 16 BUKIT HIJAU
17
BAB 17 LUBANG DI DALAM POHON
18
BAB 18 HUJAN YANG MENYATUKAN
19
BAB 19 LUKA YANG TERBALUT
20
BAB 20 PULANG
21
BAB 21 SUASANA BARU
22
BAB 22 MENTEGA DAN COKELAT
23
BAB 23 RASA MU
24
BAB 24 DUA PANTI
25
BAB 25 KEDATANGAN VIREN
26
BAB 26 NAMA DARI MASALALU
27
BAB 27 PENGINTAI
28
BAB 28 TAMU TETAP
29
BAB 29 PELANGI DAN MALAM
30
BAB 30 TEMA YANG BERBEDA
31
BAB 31 ALIN DAN ZIA
32
BAB 32 UCAPAN YANG MENGGANGGU
33
VISUAL
34
BAB 33 MALAM PERBURUAN
35
BAB 34 SI MERAH YANG LAPAR
36
BAB 35 TIBA-TIBA PULANG
37
BAB 36 FOTO MASA LALU
38
BAB 37 MALAM YANG PANJANG
39
BAB 38 NEXUX (sistem yang terbangun)
40
BAB 39 SEBUAH HUBUNGAN
41
BAB 40 ALIN
42
BAB 41 SETEGUK YANG MEMBAKAR
43
BAB 42 LOST CONTROL
44
BAB 43 KOALA YANG MEREPOTKAN
45
BAB 44 HANGOVER BERAT
46
BAB 45 TERTANGKAP
47
BAB 46 INGATAN YANG HILANG
48
BAB 47 PAGI YANG MENCEKAT
49
BAB 48 PERMAINAN YANG SAMA
50
BAB 49 SEBUAH PENJARA
51
BAB 50 HOT NEWS KAIROTEK
52
BAB 51 DESTINASI KEDUA: LAPANGAN
53
BAB 52 JANJI YANG MENGHANTUI
54
BAB 53 TIPUAN YANG MENYEBALKAN
55
BAB 54 HAMPARAN TAK BERTEPI
56
BAB 55 TAWA KECIL PENGUBAH
57
BAB 56 KENANGAN YANG KEMBALI SINGGAH
58
BAB 57 ANTARA UANG, EMAS, DAN KETAKUTAN
59
BAB 58 AKTOR DARI CINDERLINE
60
BAB 59 JEJAK YANG MENGHILANG
61
BAB 60 MAKAN MALAM SINGKAT
62
BAB 61 LUAPAN PERASAAN
63
BAB 62 BALASAN YANG MEMBUAT GELISAH
64
BAB 63 PERMINTAAN YANG MENUNTUT
65
BAB 64 ANTARA MASA LALU DAN MASA KINI
66
BAB 65 HASIL TES DNA
67
BAB 66 BEBAN DARI SETETES DARAH
68
BAB 67 PAGI SEBELUM GALA
69
BAB 68 SELERA YANG MENINGKAT
70
BAB 69 THE DAY : THE MAGIC OF DISNEY
71
BAB 70 DEMO SPEKTRA
72
BAB 71 WARNA YANG MENGEKANG
73
BAB 72 TUJUAN SEBENARNYA
74
BAB 73 TAMU TAK DI UNDANG
75
BAB 74 KEJUTAN DITENGAH GALA
76
BAB 75 MERAH : API ATAU DARAH?
77
BAB 76 HARGA UNTUK SEBUAH KELEMAHAN
78
BAB 77 THE FINAL: THE MAGIC OF DISNEY
79
BAB 78 PERJANJIAN KECIL
80
BAB 79 SEBUAH KAMUFLASE
81
BAB 80 SEPI YANG TERTINGGAL
82
BAB 81 TERJEBAK DI PERGANTIAN WAKTU
83
BAB 82 AKHIRNYA TERTANGKAP
84
BAB 83 KEMBALI KE CALLIGO
85
BAB 84 SALON PRIBADI NYONYA CALLIGO
86
BAB 85 RENCANA TAK TERDUGA
87
BAB 86 MOBIL BARU?
88
BAB 87 DUKA YANG MENDALAM
89
BAB 88 HITAM VS BIRU
90
BAB 89 RASA SAKIT YANG SAMA
91
BAB 90 PENYESALAN
92
BAB 91 SISTEM BERBAHAYA
93
BAB 92 BUKTI YANG AMBIGU
94
BAB 93 TRANSAKSI DIBALIK KETULUSAN
95
BAB 94 SEBUAH KODE
96
BAB 95 EMOSI YANG SELALU TERKONTROL
97
BAB 96 GETARAN TAK TERLIHAT
98
BAB 97 KEMENANGAN SESAAT
99
BAB 98 BALASAN YANG SETIMPAL
100
BAB 99 DUA ORANG KERAS KEPALA
101
BAB 100 TIPUAN ZIA
102
BAB 101 TEKAD ALIN
103
BAB 102 HENING YANG MENGHUKUM
104
BAB 103 BAYANG PENYESALAN
105
BAB 104 KAIROTEK DAN XANDER
106
BAB 105 VIREN DAN ALIN
107
BAB 106 PENGAKUAN
108
BAB 107 HENING YANG MEMBAKAR
109
BAB 108 RASA YANG SAMA
110
BAB 109 SPEKTRA DOMINION
111
BAB 110 BENARKAH MELINDUNG?
112
BAB 111 TEMAN PERJALANAN YANG SABAR
113
BAB 112 AROMA YANG MENENANGKAN
114
BAB 113 SETANGKAI BUNGA
115
BAB 114 CEMBURU
116
BAB 115 KECURIGAAN
117
BAB 116 RENCANA PEREBUTAN
118
BAB 117 PERTUNJUKAN KECIL
119
BAB 118 DOUBLE KEMENANGAN
120
BAB 119 VIREN SAKIT
121
BAB 120 VIREN SAKIT PT 2
122
BAB 121 PECAHNYA EMOSI
123
BAB 122 AKHIRNYA SADAR
124
BAB 123 ZIA HAMIL
125
BAB 124 PEMERIKSAAN
126
BAB 125 RUANG USG
127
BAB 126 FAMILY GARDEN
128
BAB 127 DEMAM YANG TAK KUNJUNG TURUN
129
BAB 128 SISTEM YANG TERBANGUN
130
BAB 129 SPEKTRA X NEXUX
131
BAB 130 VIREN SAKIT PT3
132
BAB 131 SAINGAN KECIL
133
BAB 132 WAKTU UNTUK PULIH
134
BAB 133 PUNCAK KEKESALAN
135
BAB 134 ZIA DAN MOODNYA
136
BAB 135 BAYANGAN YANG MENGIKUTI
137
BAB 136 TIGA TAMU
138
BAB 137 SENYUMAN PERTAMA
139
BAB 138 BIOSKOP CALLIGO
140
BAB 139 RUMAH CITY
141
BAB 140 LAPORAN JAKE
142
BAB 141 KEDATANGAN LILY
143
BAB 142 SENSASI YANG MEMBARA
144
BAB 143 MOBIL BARU
145
BAB 144 PERUBAHAN DAN HARAPAN
146
BAB 145 PENGUNTIT
147
BAB 146 ZIA HILANG
148
BAB 147 KELUARGA ARTELLA
149
BAB 148 HANYA SEBUAH HIASAN
150
BAB 149 TEKAD UNTUK BERTAHAN
151
BAB 150 RASA YANG MENYESAKKAN
152
BAB 151 KABUR
153
BAB 152 TERPEROSOK
154
BAB 153 VIREN VS NICK
155
BAB 154 INTEROGASI
156
BAB 155 DEJAVU
157
BAB 156 HARAPAN TERAKHIR
158
BAB 157 AKHIRNYA MENYERAH
159
BAB 158 MEDAN YANG SULIT
160
BAB 159 KABAR BAIK
161
BAB 160 BERHASIL KELUAR
162
BAB 161 BAGAIMANA CARA MEMBERITAHUNYA?
163
BAB 162 KETAKUTAN YANG TERSEMBUNYI
164
BAB 163 ZIA HISTERIS
165
BAB 164 DIAM-DIAM MENGUNJUNGI
166
BAB 165 TAK KUNJUNG DATANG
167
BAB 166 AKHIRNYA PULIH
168
BAB 167 VIREN AKHIRNYA DATANG
169
BAB 168 KONDISI ZIA
170
BAB 169 KONDISI ZIA PT2
171
BAB 170 KEHADIRAN

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!