Bab 3 : kematian misterius nenek tua

Jam dinding yang dipasang menempel tepat di atas pintu baru menunjukkan pukul setengah enam pagi, suara pintu yang dibuka dengan keras membuat Varania yang sedang tertidur pulas terlonjak kaget dan refleks langsung duduk.

"Duh...Bu, kenapa sih pagi-pagi udah ribut aja? Aku masih ngantuk, biasanya juga aku bangunnya jam tujuh." Keluh Varania berbaring kembali hendak melanjutkan tidur, matanya masih berat dan lagi pula jam tidurnya masih ada sekitar setengah satu setengah jam lagi.

Matilda tidak membiarkan Varania tidur, dia menarik tangan Varania lalu berseru galak, " bangun, vara! Ada yang meninggal, kita harus pergi melayat sekarang."

"Hah? Siapa? Terus kenapa pergi melayatnya pagi banget?" Tanya Varania menggaruk pangkal hidungnya yang tidak gatal.

"Jangan banyak tanya. Cuci muka dan ganti baju, setelah itu kita berangkat." Matilda menarik Varania dari tempat tidur lalu mendorongnya masuk ke dalam kamar mandi.

"Cepat vara."

Huft!

Varania menghembuskan nafas panjang, ia menatap wajahnya di kaca kamar mandi sambil menyisir rambut dengan jemarinya.

Tidak ingin mendapatkan amukan dari ibunya, Varania menggosok gigi dan mencuci muka dengan cepat. Varania mengambil satu set pakaian hitam yang selalu tergantung di sudut kamar. Pakaian untuk pergi melayat.

Varania memakai celana dan baju hitam tersebut, kemudian juga mengikatkan ikat kepala berwarna senada dari kening hingga belakang kepala.

Sejak pindah ke Ravenswood, sudah tidak terhitung berapa kali Varania mengenakan pakaian ini. Setiap ada yang meninggal ia akan memakainya.

"Vara, ayo cepat!" Desak Matilda muncul di pintu, dia juga sudah berganti pakaian.

"Iya, Bu." Varania menghampiri sang ibu dengan wajah muram.

"Siapa yang meninggal Bu?" Tanya Varania setelah keluar rumah, mereka akan berjalan kaki ke rumah duka yang terletak di dekat jembatan.

"Kamu ini banyak nanya, ikut aja dan jangan berisik." Kata Matilda dingin.

Varania mengangguk malas, matanya menatap sekelilingnya. Banyak orang berpakaian hitam berjalan menuju arah yang sama, rumah duka dekat jembatan.

Varania melirik ibunya yang memasang wajah dingin, lalu saat dia memperhatikan wajah orang lain, mereka juga memiliki wajah dingin.

Itu pemandangan biasa. Setiap kali ada orang yang meninggal, semua orang akan berwajah dingin.

"Vara," Celine yang sudah lebih dulu tiba di rumah duka langsung menghampiri Varania saat melihat gadis itu masuk melewati pintu yang penuh sesak.

"Aku akan duduk bersama Celine, Bu." Kata Varania.

Matilda mengangguk. Varania bersama Celine berjalan ke kursi yang masih kosong di sudut rumah duka.

"Kamu tahu siapa yang meninggal?" Tanya Varania berbisik.

"Aku nggak tahu, papa tidak mengatakan apa-apa." Jawab Celine pelan.

Orang-orang mulai memenuhi rumah duka dengan wajah dingin tanpa ekspresi. Saat kursi terakhir terisi, pintu hitam tertutup dan tidak membiarkan siapapun masuk.

Varania menghembuskan nafas beratnya, ia tetap tidak terbiasa dengan suasana aneh itu meski sudah berada dalam situasi yang sama berkali-kali.

Mereka terlalu berlebihan dan seharusnya membiarkan para pelayat masuk meskipun kursi telah penuh.

"Kenapa vara?" Tanya Celine melihat Varania linglung.

"Nggak. Aku sedang memikirkan siapa yang meninggal," ucap Varania sambil menatap pintu putih di depan, dibalik pintu itu adalah ruangan jenazah.

Orang yang meninggal akan dibawa kesana oleh petugas jenazah tanpa sepengetahuan siapapun. Saat jenazah sudah ada disana, kabar duka akan disampaikan kepada orang banyak.

Tidak ada yang tahu seperti apa di dalam ruang jenazah itu, tidak ada yang boleh masuk selain empat orang petugas jenazah.

Setelah jenazah dibersihkan dan diberi pakaian yang layak, kepala petugas jenazah akan membawa jenazah keluar untuk diperlihatkan kepada para pelayat.

Setengah jam sudah Varania duduk, belum ada tanda-tanda pintu terbuka.

Kenapa kali ini lebih lama dari biasanya? Tanya Varania dalam hati.

Tepat setelah itu, pintu putih terbuka, seorang pria paruh baya memakai jubah hitam melangkah keluar sambil merangkul wanita lanjut usia.

Wanita itu memakai baju panjang dengan motif bunga, rambut putihnya tergerai bebas hingga menjuntai di kedua sisi tubuhnya. Wajahnya di dandani dengan baik, tetapi tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan pada dirinya.

Kepala petugas jenazah bernama Birsha, dia sudah lama mengabdikan diri di rumah duka. Birsha berjalan perlahan bersama jenazah itu, membawanya ke tengah-tengah rumah duka agar semua orang bisa melihatnya.

"I-itu kan nenek tua tadi malam?" Varania masih ingat dengan wajah nenek yang tadi malam Celine bantu menyebrang.

Nenek itu juga menakuti Varania dengan tatapan tajam dan kata-kata anehnya.

Varania mengamati lebih jelas wajah itu ketika Barsha melewati kursinya.

Dia benar-benar meninggal!

"Cel-"

"Ssstt! Jangan ngomong," Celine mencubit pelan lengan Varania.

Varania mengatupkan mulutnya, matanya terus mengikuti Barsha yang membawa nenek itu mengelilingi pelayat.

Terpopuler

Comments

SENJA

SENJA

ngga ada mandi? karena cuaca dingin? hmmm....😳

2025-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1: Kota Ravenswood
2 Bab 2 : kata ibu jangan buka HP
3 Bab 3 : kematian misterius nenek tua
4 Bab 4 : Pemakaman aneh
5 Bab 5 : Telepon tengah malam
6 Bab 6 : Pesan misterius
7 Bab 7 : Tetangga baru
8 Bab 8 : Pesta di sudut kota
9 Bab 9 : Pesan kedua
10 Bab 10 : kematian aneh Samuel
11 Bab 11 : Misteri rumah panjang
12 Bab 12 : Keanehan lainnya
13 Bab 13 : Dia datang lagi
14 Bab 14 : Ada apa dengan Varania?
15 Bab 15 : Ibu yang berbeda
16 Bab 16 : Dina dan Samuel
17 Bab 17 : Melanggar larangan
18 Bab 18 : Rencana mereka
19 Bab 19 : Baju siapa yang tertinggal di ruang tamu
20 Bab 20 : Ruang putih
21 Bab 21 : Gubuk tua di tepi sungai
22 Bab 22 : Nenek berambut merah - Cara mengatasi kutukan
23 Bab 23 : Ada yang mati lagi
24 Bab 24 : Pemakaman tengah malam
25 Bab 25 : Bertemu Rea
26 Bab 26 : Mencari makam
27 Bab 27 : Mayat yang duduk di sudut ruangan
28 Bab 28 : Mayat tanpa jantung
29 Bab 29 : Keanehan ibu
30 Bab 30 : Dia datang lagi
31 Bab 31 : Ibu atau bukan?
32 Bab 32 : Virus atau kutukan?
33 Bab 33 : Kota mati
34 Bab 34 : Suara-suara dalam gelap
35 Bab 35 : Anak kecil berwajah pucat
36 Bab 36 : Pesan dari jordan
37 Bab 37 : Kemana ibu pergi
38 Bab 38 : Varania, Celine dan kebencian
39 Bab 39 : Mereka dan rasa sakit
40 Bab 40 : Bayangan yang berbicara
41 Bab 41 : Daging busuk dalam kolam penyucian
42 Bab 42 : Bon-bon
43 Bab 43 : Mencari tahu
44 Bab 44 : sebuah peringatan dan kematian Bon-bon
45 Bab 45 : Teka teki dari Jordan
46 Bab 45
47 Bab 47 : Rumah putih di seberang jalan
48 Bab 48 :
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1: Kota Ravenswood
2
Bab 2 : kata ibu jangan buka HP
3
Bab 3 : kematian misterius nenek tua
4
Bab 4 : Pemakaman aneh
5
Bab 5 : Telepon tengah malam
6
Bab 6 : Pesan misterius
7
Bab 7 : Tetangga baru
8
Bab 8 : Pesta di sudut kota
9
Bab 9 : Pesan kedua
10
Bab 10 : kematian aneh Samuel
11
Bab 11 : Misteri rumah panjang
12
Bab 12 : Keanehan lainnya
13
Bab 13 : Dia datang lagi
14
Bab 14 : Ada apa dengan Varania?
15
Bab 15 : Ibu yang berbeda
16
Bab 16 : Dina dan Samuel
17
Bab 17 : Melanggar larangan
18
Bab 18 : Rencana mereka
19
Bab 19 : Baju siapa yang tertinggal di ruang tamu
20
Bab 20 : Ruang putih
21
Bab 21 : Gubuk tua di tepi sungai
22
Bab 22 : Nenek berambut merah - Cara mengatasi kutukan
23
Bab 23 : Ada yang mati lagi
24
Bab 24 : Pemakaman tengah malam
25
Bab 25 : Bertemu Rea
26
Bab 26 : Mencari makam
27
Bab 27 : Mayat yang duduk di sudut ruangan
28
Bab 28 : Mayat tanpa jantung
29
Bab 29 : Keanehan ibu
30
Bab 30 : Dia datang lagi
31
Bab 31 : Ibu atau bukan?
32
Bab 32 : Virus atau kutukan?
33
Bab 33 : Kota mati
34
Bab 34 : Suara-suara dalam gelap
35
Bab 35 : Anak kecil berwajah pucat
36
Bab 36 : Pesan dari jordan
37
Bab 37 : Kemana ibu pergi
38
Bab 38 : Varania, Celine dan kebencian
39
Bab 39 : Mereka dan rasa sakit
40
Bab 40 : Bayangan yang berbicara
41
Bab 41 : Daging busuk dalam kolam penyucian
42
Bab 42 : Bon-bon
43
Bab 43 : Mencari tahu
44
Bab 44 : sebuah peringatan dan kematian Bon-bon
45
Bab 45 : Teka teki dari Jordan
46
Bab 45
47
Bab 47 : Rumah putih di seberang jalan
48
Bab 48 :
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!