Author's POV
Hari demi hari, Fany merasa risih dengan Sean. Bagaimana tidak? Jika Sean terus-terusan memintanya untuk pergi bersamanya tanpa rencana yang matang. Apalagi saat Sean membayarnya untuk segera memutuskan pacarnya. Meskipun kenyataannya Fany belum pernah pacaran sampai saat ini, ia merasa tidak suka dengan sikap Sean. Bagi Fany, tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Mana mungkin ia mau melakukan hal yang begitu konyol hanya demi melindungi orang lain yang sudah berbuat seenaknya sendiri pada dirinya.
Tentu saja, Fany menolak permintaan Sean untuk memutuskan hubungan dengan pacarnya meskipun ia tidak mempunyai pacar saat ini. Meladeni perintah absurd Sean sama saja dengan membuka peluang bagi pria itu untuk mengatur hidupnya yang hanya akan menguntungkan pria itu saja. Lagipula, ia dan Sean tidak benar-benar memiliki hubungan khusus selain atasan dan bawahan. Selain itu, mereka hanya orang lain yang memiliki hubungan tanpa sebuah kesepakatan terlebih dulu.
"Pak, tolong jangan ganggu saya lagi! Saya bukannya tidak menghormati anda, tapi anda sudah melampaui batas. Seharusnya anda sadar bahwa saya ini," Ucap Fany tertahan melihat ekpresi datar Sean.
"Berapapun kau minta, aku akan membayarmu." Kata Sean.
"Pak, ini bukan masalah uang. Ini,"
"Sean, kebetulan sekali kalian ada di sini, tadinya mom ingin memintamu untuk menjemput Fany untuk bertemu saat ini." Kata-kata Keisha memotong perdebatan mereka. Tidak tahu kapan Keisha datang, tapi yang jelas ini adalah hal terburuk bagi Fany. Tapi, dibalik hal buruk itu, Fany memikirkan kesempatan yang bagus untuk mengatakan yang sebenarnya pada Keisha.
"Saya bekerja di sini, nyonya. Jadi, saya setiap hari selalu di sini kecuali hari minggu dan tanggal merah." Ucap Fany berusaha
mengungkap sandiwara yang Sean buat.
"Ya ampun, Sean. Kenapa tidak bilang bahwa Fany adalah karyawanmu? Tahu gitu, mom akan datang setiap hari ke sini untuk bertemu calon mantu mom." Ujar Keisha dengan girang. Melihat kegembiraan Keisha entah mengapa membuat Fany merasa agak tidak tega jika wanita itu mendengar hal yang sebenarnya, mungkinkah ia akan senang melihat kekecewaan wanita itu? "Oh tapi tidak apa-apa. Sebentar lagi, setelah kalian menikah, kamu tidak boleh mempekerjakan Fany lagi. Dia harus menjaga dirinya dan kesehatannya agar cepat mendapatkan keturunan." Lanjut Keisha penuh keyakinan.
"Tapi, mom." Sean hendak memprotes ucapan Keisha dan mengatakan tidak ingin membicarakan soal pernikahan terlebih dahulu. Walau bagaimana pun Fany bukan kekasihnya, tentu saja Fany pasti akan menolak membicarakan hal itu dan justru membongkar semua aktingnya.
"Tidak ada tapi-tapian. Mom sama daddy sudah sepakat bahwa minggu depan kalian menikah." Ucapan Keisha tidak hanya membuat sepasang mata Sean akan lompat, tapi juga jantung Fany yang bisa berhenti berdetak karena tiba-tiba seseorang mengatur pernikahannya tanpa ia ketahui, dan yang membuat Fany tidak habis pikir, kenapa semua berjalan tidak sesuai harapannya? Harusnya ia bisa mengatakan bahwa semua itu hanya pura-pura, tapi bibirnya ternyata mengkhianatinya, ia tidak bisa mengatakan apapun setelah melihat aura mengancam dari wajah Sean yang menatap kearahnya.
"Tapi, nyonya. Saya dan pak Sean sebenarnya," Ucap Fany tertahan tidak tahu harus mengatakan apa untuk membuat Keisha mengerti keadaan yang sebenarnya.
"Sebenarnya kami sudah merencanakan akan menikah minggu ini. Tapi, karena mom ingin minggu depan, jadi kami tidak ada masalah." Sahut Sean membuat Keisha tersenyum gembira, sedangkan Fany merasa kecewa pada dirinya sendiri yang dengan mudahnya terjebak dalam situasi sulit seperti ini.
"Bagus lah kalau kalian sudah merencanakan. Besok mom akan menjemput Fany untuk memilih gaun pernikahan kalian. Jadi, kamu tidak perlu repot-repot mempersiapkan semuanya. Mom akan mengatur semuanya." Ujar Keisha.
"Tapi, nyonya. Bagaimana dengan kedua orangtua saya? Mereka pasti akan, " Fany belum selesai melontarkan pertanyaannya tapi, Keisha lebih dulu menyela.
"Jangan khawatir, mereka sudah setuju. Semalam kami membicarakannya bersama - sama keluargamu juga." Jawab Keisha santai.
"Bagaimana nyonya bisa tahu rumah keluarga saya?" Tanya Fany kaget.
"Sayang, itu bukan perkara sulit bagi keluarga kami. Sean itu kekasihmu, dia juga sering ke rumah orang tuamu pastinya." Ujar Keisha.
"Tapi,"
"Tidak apa-apa. Serahkan semua pada mom. Kalian hanya perlu persiapkan diri kalian dan jaga kesehatan. Akhirnya putra bungsu ku akan segera menikah. Aku jadi tenang jika sewaktu - waktu Tuhan memanggilku." Ujar Keisha yang mendapat tatapan horor Sean.
"Mom. Jangan bicara sembarangan! Mom tidak akan kemana-kama." Tegur Sean.
"Mom juga berharap begitu, mom juga masih ingin nimang cucu dari kalian. Alangkah senangnya mom bisa bermain bersama mereka nanti." Ujar Keisha.
"Mom akan mendapatkannya. Tapi mom tidak boleh sembarangan bicara lagi!" Ujar Sean.
"Ok, mom hanya bercanda. Jangan dianggap serius!" Ujar Keisha seperti tidak merasa berdosa membuat kedua anak muda itu ketakutan dengan kata-katanya.
"Baiklah. Sekarang sebaiknya mom pulang sekarang dan beristirahat!" Ucap Sean tidak bermaksud mengusir ibu tercintanya.
"Kau mengusirku, anak durhaka!" gerutu Keisha.
"Bukan, mom. Hanya saja sebentar lagi, kami ada meeting di luar kantor." Ucap Sean jujur.
"Oh, baiklah. Mom pulang dulu, kalian jangan terlalu lelah juga." Pamit Keisha.
"Iya, mom." Jawab Sean. Setelah mengecup pipi anaknya, Keisha pamit pergi, sedangkan Fany hanya menatap Sean dengan tatapan kebencian. Tidak seharusnya Sean menjebaknya dalam masalah pribadinya kan? Ia sama sekali tidak berhak mengatur hidup Fany meskipun gadis itu adalah bawahannya.
"Saya harap anda bisa mengatasi masalah ini, pak! Saya benar-benar tidak ingin terlibat dalam masalah keluarga anda. Saya disini hanya seorang pegawai kantor anda. Bukan pegawai keluarga anda." Ucap Fany sambil merapikan berkas yang akan mereka perlukan dalam meeting beberapa menit lagi.
"Tidak ada pilihan lain, kamu harus tetap ikut dalam masalah ini. Kamu tidak berhak sama sekali untuk menolak." Ucap Sean datar.
"Apa maksud anda? Anda mengancam saya?" Tanya Fany tidak Terima dengan jawaban Sean yang begitu tidak masuk akal baginya.
"Kita akan tetap menikah. Mau suka atau tidak, kita akan tetap menikah sesuai keinginan ibuku." Jawab Sean lagi.
"Anda tidak bisa berbuat seperti ini. Apa Anda sudah memikirkan bagaimana perasaan saya? Saya tidak bersedia menikah meskipun keluarga saya menyetujuinya. saya tidak mengenal Anda dengan baik dan saya tekankan sekali lagi saya tidak bersedia untuk menikah tanpa ada perasaan." Ujar Fany lagi.
"Saya sudah mengatakan sebelumnya, kamu tidak memiliki pilihan selain mengikuti apa yang saya perintahkan." Ucap Sean masih dengan nada datarnya.
"Saya tidak mau. Kalau seperti itu cara Anda mempekerjakan pegawai Anda, maka saya dengan senang hati mengajukan permohonan mengundurkan diri dari perusahaan anda." Ucap Fany sebagai bentuk protes akan keputusan Sean yang hanya menguntungkan satu pihak saja, yaitu keuntungan untuk dirinya sendiri.
"Silahkan saja. Tapi, jangan harap kamu bisa mendapatkan pekerjaan baru, karena saya bisa melakukan apa saja yang menurutmu tidak bisa saya lakukan." Ucap Sean
"Apa yang anda lakukan?" Tanya Fany tidak Terima.
"Kamu tidak perlu tahu, saya bisa melakukan apa saja yang tidak mungkin menjadi mungkin. Termasuk membuat keluarga anda dalam masalah." Ucap Sean terdengar sebagai sebuah ancaman besar bagi Fany.
"Anda mengancam saya?" Tuding Fany.
"Semua pilihan ada ditanganmu. Kita menikah atau semua akan hancur." Ucap Sean sambil berlalu pergi meninggalkan Fanya yang merasa batinnya benar-benar tertekan oleh sikap Sean yang mendadak berubah menjadi iblis paling berbahaya baginya.
"Ya Tuhan, apa sebenarnya salahku? Kenapa aku harus berurusan dengan pria iblis itu?" Gumam Fany mengeluh.
"Sekretaris Fanya, pak Sean sudah menunggu anda di parkiran. Harap anda segera pergi menemui pak Sean sebelum beliau marah besar!" Ucap salah satu pegawai yang disuruh Sean untuk memberitahu Fany agar cepat pergi ke tempat meeting dengan segera.
"Baiklah. Saya akan segera kesana." Ucap Fany. Ia terus menggerutu dalam hati dan memikirkan apa yang harus ia lakukan, benarkah kedua orang tuanya sudah setuju dengan pernikahan dadakan itu? Benarkah mereka sudah merestui pernikahan Sean dan dirinya? Lalu, kenapa harus dirinya yang menikah dengan pria yang belum lama ini ia kenal. Bahkan ia mengenal Sean dengan kepribadian yang sangat buruk, sungguh bukan pria idaman bagi Fany. Meskipun tampan, dan juga kaya, tapi Fany sama sekali tidak pernah berfikir akan menikah dengan pria semacam Sean yang terkenal mesum
...........
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments