Bab.03 Tamparan Untuk Rina

Ryan, lelaki itu telah kembali. Dia, berdiri tegak di depan pintu, wajahnya terlihat kaget dan tidak percaya. Dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk bertanya,

"Liana, apa yang sedang kamu lakukan?"

Apartemen yang dulunya nyaman dan penuh dengan kehangatan, kini terlihat dalam keadaan tidak beraturan, semua barang - barang berserakan, benar - benar yang tersisa hanya kekacauan.

Liana terus mengemasi barang-barang yang tersisa ke dalam kopernya, gerakannya lambat seperti disengaja, seolah seperti ingin sekali menghapus setiap jejak kehidupan yang pernah ia bangun di sini.

Ryan berdiri mematung sejenak, matanya menyapu keadaan apartemen mereka yang berantakan, rasa tak percaya menghiasi wajahnya yang tampan sebelum ia menyerbu ke arah Liana.

"Liana, apa kau sudah gila?" bentaknya, suaranya meninggi karena frustrasi.

"Aku hanya pergi sebentar, dan kamu sudah bertingkah seperti ini?"

Dia menarik napas dan menatap Liana dengan tajam, mencoba mengendalikan emosinya. Dia kembali lagi membentak, "Saya beri kamu waktu satu jam, kembalikan semuanya seperti semula...!"

Liana kesal, selesai mengemasi barang-barang di tangannya, dia pun perlahan berbalik menghadap ke arah Ryan.

Ekspresinya dingin, tidak ada lagi kehangatan, seolah-olah yang dia hadapi adalah orang asing.

Senyum tipis dan mengejek tersungging di bibir Liana, saat ia menjawab, "Ryan, apa kau belum tahu? Terkadang, sekali sesuatu hilang, ia akan hilang selamanya. Tidak akan pernah kembali lagi."

Wajah Ryan berubah kesal, ketidaksabaran terlihat sekali di matanya, "Apa yang ingin kau katakan?"

Liana tidak bisa menahan diri, tapi merasakan ketidakfahaman dalam kata-katanya. Apakah pria ini benar-benar tidak mengerti?

Mungkin orang-orang seperti Ryan tidak pernah melihat diri mereka sendiri sebagai orang yang bersalah.

Tidak, bukan seperti itu. Liana menggeleng. Sikap lembut Ryan hanya diperuntukkan bagi satu orang saja, yaitu Rina, wanita yang benar-benar dicintainya.

Tatapan Liana tak tergoyahkan, saat ia menatap Ryan, suaranya mantap, namun setiap kata-katanya seakan membawa beban dari semua yang telah ia alami.

"Pada hari pernikahan kita, kamu meninggalkanku di upacara pernikahan, mengabaikan harga diri dan permohonan ku. Apakah kamu tahu bagaimana rasanya? Ryan, apakah kamu pernah sejenak saja memikirkanku? Aku dipermalukan tanpa batas, namun kau berpikir aku hanya sedang berbuat ulah?"

Dia tidak berkedip, matanya mengunci pada mata Ryan. Rasa sakit yang telah dia kubur jauh di dalam, muncul kembali ke permukaan. Penglihatannya kabur saat air matanya mengalir deras. Dia tidak akan berpaling lagi.  Tekadnya sudah bulat.

Melihat Liana seperti ini, Ryan merasa sedikit bersalah. Namun rasa bersalah itu menghilang secepat rasa bersalah itu datang. Dia mengabaikan sepenuhnya seperti yang telah dia lakukan sebelum ini.

Selama setahun, dia telah menyakiti hati Liana berkali-kali, dan Liana selalu memaafkannya. Jadi dia tidak melihat alasan mengapa kali ini harus berbeda.

Dia yakin bahwa dengan sedikit pesona, Liana akan luluh, seperti yang selalu dia lakukan. bagaimanapun juga, begitulah yang selalu terjadi di antara mereka.

Berpikir dengan itu, kemarahan Ryan menghilang, digantikan oleh senyuman yang tenang dan nyaris tertawa.

"Liana, baiklah, aku akan  memaafkanmu. Apa kamu sudah mengerti?" kata Ryan lagi . Suaranya lembut dan seperti menggurui, "Tapi kau tak seharusnya bertingkah seperti ini, lihat apa yang telah kau lakukan dengan rumah kita?

Senyumnya melembut dan dia mengulurkan tangan lalu meletakkan tangannya dengan lembut di pundak Liana. Sentuhannya terasa hangat, lembut seolah-olah dia mencoba menenangkan hati Liana.

"Ayolah, jadilah gadisku yang baik. Kamu telah melampiaskan kemarahanmu. Jangan membuat keributan lagi, oke? Bagaimana dengan ini? Kita akan memilih hari lain, hari yang lebih baik, dan aku berjanji, aku akan memberimu pernikahan yang lebih megah dan lebih mewah . Bagaimana menurutmu?

Mata Liana tertuju pada senyum yang tersungging di bibir Ryan. Kata-katanya manis, tapi matanya, mata itu, menunjukkan ketidakpedulian yang memuakkan. Dia tampak begitu yakin bahwa Liana akan luluh pada tindakannya.

Tentu saja, mengapa dia tidak berpikir seperti itu? Memang begitulah yang selalu terjadi di masa lalu.

Liana menyunggingkan sebuah senyuman yang penuh ejekan. Dia tertawa pelan dan pahit.

Dia telah memberi pria itu terlalu banyak kesempatan, dan sekarang dia yakin bahwa dia tidak perlu memperlakukannya dengan rasa hormat lagi.

Ekspresinya mengeras, berubah menjadi sesuatu yang dingin dan tak berhati. Tanpa sepatah kata pun, ia mengangkat tangan pria itu seolah-olah itu tidak lebih dari sebuah beban yang mengganggu.

"Jangan sentuh aku. Kamu membuatku jijik!" Dia berkata dengan acuh tak acuh.

Ryan membeku, matanya membelalak kaget. Dia tidak pernah mendengar Liana berbicara seperti itu sebelumnya.

Suaranya sedingin es, membelah ketegangan di ruangan itu saat dia melanjutkan. "Ryan, pernikahan itu sudah berakhir. Aku tidak berniat untuk mengadakannya lagi. Saya datang ke sini hari ini untuk pindah."

Ryan, masih terpana dengan penolakan Liana. Mengernyit dalam kebingungan, pikirannya berusaha untuk menangkap apa yang terjadi. "Pindah?"

Liana mengangguk, wajahnya tegas, "ya, saya akan pergi sekarang."

Ryan mengeluarkan tawa mengejek, seolah-olah dia baru saja mendengar lelucon yang paling tidak masuk akal. "Dan menurutmu kamu mau ke mana?"

Dia tahu betul bahwa Liana tidak memiliki keluarga yang dapat dihubungi, tidak ada juga yang akan menjaganya. Selain di apartemen ini, dia tidak punya tempat lain.

Selama lima tahun terakhir, seluruh dunianya hanya berpusat di sekeliling Ryan. Dia yakin Liana tidak bisa meninggalkannya.

Dia yakin bahwa perkataan Liana tentang 'pindah' ini tidak lebih dari cara Liana untuk membuatnya tunduk pada keinginannya.

Sambil menggelengkan kepalanya karena tidak percaya, Ryan membuka mulutnya untuk berbicara, tetapi diurungkan oleh suara dari belakang.

Ternyata itu Rina.

"Ryan, bukankah kamu bilang kamu akan turun sebentar lagi setelah berkemas? Kenapa lama sekali?"

Suara Rina menggema di seluruh ruangan saat ia melangkah masuk, dan matanya tertuju pada Liana yang berdiri di hadapan Ryan. Ekspresinya berubah karena terkejut. "Liana, apa yang kamu lakukan di sini?"

Liana menatap Rina dengan tatapan dingin. suaranya sedingin es saat dia menjawab. "Bukankah ini apartemenku? Apa aku perlu menjelaskan kenapa aku di sini? Pertanyaan yang sebenarnya adalah, apa yang kamu lakukan di sini?"

Rina menunduk, menampakkan rasa malu dan tidak bersalah. "Aku tidak sengaja melukai diriku sendiri dengan pisau buah, dan Ryan sangat khawatir sehingga dia bersikeras untuk tinggal bersamaku selama beberapa hari."

Matanya kemudian beralih ke koper di samping Liana, dan ia tersentak kaget, tangannya menutupi mulutnya.

"Liana, apa yang kamu lakukan? Apakah kamu marah? bahkan jika kamu marah, ini tidak beralasan. Jika kamu merasa terganggu, kamu bisa bicara padaku. Aku akan minta maaf jika itu semua membuatmu merasa lebih baik. Tidak perlu semua ini."

Bibir Liana melengkung menjadi senyuman yang dingin dan licik saat ia melangkah pelan ke arah Rina. "Apa kamu benar-benar akan meminta maaf? Apa kamu bersungguh-sungguh?"

Rina, yang menyadari Ryan memperhatikan, memainkan perannya, suaranya meneteskan ketulusan palsu saat dia mengangguk. "Tentu saja, jika itu bisa membantumu, aku akan melakukan apa pun."

"Baiklah, kalau begitu. Kenapa tidak? " Senyum Liana melebar, tapi tidak ada kehangatan di matanya, hanya pembalasan yang dingin. "Karena kamu tulus, kurasa aku bisa membantumu."

Tanpa peringatan, dia mengangkat tangannya.

Suara tamparan yang tajam membelah ketegangan di ruangan itu saat telapak tangan Liana menyentuh wajah Rina, mengabulkan kata-kata terakhirnya.

Terpopuler

Comments

Susanty

Susanty

tamparan cantik Liana, kenapa gak mau tonjok aja sekalian.

2025-07-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab.01 Perpect Stranger
2 Bab.02. Menikah dengan Orang Asing
3 Bab.03 Tamparan Untuk Rina
4 Bab. 04. Kita Sudah Berakhir
5 Bab.05. Nyonya Muda Samosa
6 Bab. 06. Keintiman Yang Canggung
7 Bab. 07 Kalah Taruhan
8 Bab. 08 Untuk Nathan
9 Bab. 09 Janji Setia Dalam Diam
10 Bab. 10 Panggilan Interview
11 Bab.11. Apa Kita Baru Saja Bertemu Nyonya Samosa?
12 Bab.12. Dia Bukan Sang Pendiri Misterius itu
13 Bab. 13. Mereka Merendahkannya
14 Bab. 14 Mereka Salah Pilih Lawan
15 Bab.15 Kalian Terlalu Berisik
16 Bab. 16 Membuat Makan Malam Untuk Nathan
17 Bab. 17 Apakah Dia Akan Pergi?
18 Bab. 18 Candlelit Dinner
19 Bab.19 Apa yang Terjadi?
20 Bab.20 Lepas Kendali
21 Bab.21 Dia Ereksi
22 Bab. 22. Apa Yang Terjadi Semalam?
23 Bab.23 Mengalami Ketidakadilan
24 Bab.24. Apa yang Kamu Lakukan
25 Bab. 25. Membalas Balik
26 Bab. 26 Apakah Itu Nathan?
27 Bab.27 Rayuan Nathan
28 Bab. 28 Hari Yang Sial
29 Bab. 29. Apa Kamu Bodoh?
30 Bab 30 Bertemu Ryan
31 Bab. 31 Di Jemput
32 Bab. 32 Mereka Pasangan Yang Sempurna
33 Bab.33 Kamu Tidak Sependiam Ini Semalam.
34 Bab.34 Apakah Dia Tidak Salah Dengar?
35 Bab. 35. Mencoba Baju Baru
36 Bab. 36 Bagaimana Kamu Tahu Ukuranku?
37 Bab.37 Minumlah Bersamaku
38 Bab.38 Apakah Kamu Melamun Sejak Tadi
39 Bab. 39 Dia Mendengar Semuanya.
40 Bab.40. Dia Harus Membayar Mahal
41 Bab. 41. Jauhi Istriku
42 Bab. 42. Ciuman Curi - Curi
43 Bab. 43 Di Fitnah
44 Bab. 44. Jangan Di Ambil hati
45 Bab. 45. Apa Yang Seharusnya Aku Berikan Untuknya?
46 Bab. 46. Kalung Berlian Itu Untuk Istriku
47 Bab.47. Istriku Pantas Mendapatkannya
48 Bab.48. Aku Peduli Padamu
49 Bab. 49 Aku Ingin Kamu Yang Memasangnya
50 Bab. 50 Rasanya Aku Ingin Menciummu
51 Bab. 51. Undangan Dari Keluarga Samosa
52 Bab 52 Mengapa Kamu Segugup Itu?
53 Bab. 53. Sarapan Pagi Yang Panas
54 Bab. 54 Aku Akhirnya Menikah Dengan Pria Lain
Episodes

Updated 54 Episodes

1
Bab.01 Perpect Stranger
2
Bab.02. Menikah dengan Orang Asing
3
Bab.03 Tamparan Untuk Rina
4
Bab. 04. Kita Sudah Berakhir
5
Bab.05. Nyonya Muda Samosa
6
Bab. 06. Keintiman Yang Canggung
7
Bab. 07 Kalah Taruhan
8
Bab. 08 Untuk Nathan
9
Bab. 09 Janji Setia Dalam Diam
10
Bab. 10 Panggilan Interview
11
Bab.11. Apa Kita Baru Saja Bertemu Nyonya Samosa?
12
Bab.12. Dia Bukan Sang Pendiri Misterius itu
13
Bab. 13. Mereka Merendahkannya
14
Bab. 14 Mereka Salah Pilih Lawan
15
Bab.15 Kalian Terlalu Berisik
16
Bab. 16 Membuat Makan Malam Untuk Nathan
17
Bab. 17 Apakah Dia Akan Pergi?
18
Bab. 18 Candlelit Dinner
19
Bab.19 Apa yang Terjadi?
20
Bab.20 Lepas Kendali
21
Bab.21 Dia Ereksi
22
Bab. 22. Apa Yang Terjadi Semalam?
23
Bab.23 Mengalami Ketidakadilan
24
Bab.24. Apa yang Kamu Lakukan
25
Bab. 25. Membalas Balik
26
Bab. 26 Apakah Itu Nathan?
27
Bab.27 Rayuan Nathan
28
Bab. 28 Hari Yang Sial
29
Bab. 29. Apa Kamu Bodoh?
30
Bab 30 Bertemu Ryan
31
Bab. 31 Di Jemput
32
Bab. 32 Mereka Pasangan Yang Sempurna
33
Bab.33 Kamu Tidak Sependiam Ini Semalam.
34
Bab.34 Apakah Dia Tidak Salah Dengar?
35
Bab. 35. Mencoba Baju Baru
36
Bab. 36 Bagaimana Kamu Tahu Ukuranku?
37
Bab.37 Minumlah Bersamaku
38
Bab.38 Apakah Kamu Melamun Sejak Tadi
39
Bab. 39 Dia Mendengar Semuanya.
40
Bab.40. Dia Harus Membayar Mahal
41
Bab. 41. Jauhi Istriku
42
Bab. 42. Ciuman Curi - Curi
43
Bab. 43 Di Fitnah
44
Bab. 44. Jangan Di Ambil hati
45
Bab. 45. Apa Yang Seharusnya Aku Berikan Untuknya?
46
Bab. 46. Kalung Berlian Itu Untuk Istriku
47
Bab.47. Istriku Pantas Mendapatkannya
48
Bab.48. Aku Peduli Padamu
49
Bab. 49 Aku Ingin Kamu Yang Memasangnya
50
Bab. 50 Rasanya Aku Ingin Menciummu
51
Bab. 51. Undangan Dari Keluarga Samosa
52
Bab 52 Mengapa Kamu Segugup Itu?
53
Bab. 53. Sarapan Pagi Yang Panas
54
Bab. 54 Aku Akhirnya Menikah Dengan Pria Lain

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!