" itu Nadhira nya "ucap buk Herlin sambil menatap kearah Nadhira yang turun bersama Naufal.
" lebih cantik aslinya ternyata "ucap buk Diana sambil tersenyum.
Nadhira pun menyalami mereka semua kecuali Gibran,ia berusaha tersenyum ramah meskipun dalam hatinya merasa kesal. Setelah bersalaman Nadhira duduk di samping ibunya.
" seperti yang kita bicarakan kemarin, maksud kedatangan kami kesini karena ingin melamar Nadhira untuk cucu saya Gibran "ucap buk Diana sambil tersenyum.
" mama yakin ingin menjodohkan aku dengan dia ?"bisik Nadhira sambil melirik kearah Gibran yang duduk diam dengan wajah datarnya.
" yakinlah, orangnya ganteng begitu "ucap buk Herlin sambil tersenyum.
" ganteng apanya ? Kayak beruang kutub gitu "gerutu Nadhira.
" jadi bagaimana ? Apa lamaran kami diterima ?"tanya buk Diana lagi
" selama Gibran nya baik dan bisa bertanggungjawab kami sih tidak masalah "ucap pak David
" bagaimana dengan Nadhira ?"tanya buk Diana sambil menatap kearah Nadhira.
" aku.."ucap Nadhira
" Nadhira juga menerima nya, ya kan sayang ?"potong buk Herlin sambil mencubit pinggang Nadhira.
"syukurlah kalau begitu "ucap buk Diana sambil tersenyum senang.
" tapi aku tidak mau ma "bisik Nadhira sambil menatap kearah mamanya.
" sudah terima saja, dimana lagi kau akan menemukan pria seperti Gibran ?"bisik buk Herlin yang membuat Nadhira berdecak kesal.
" karena ini kabar baik kami ingin melangsungkan pernikahan mereka dalam waktu dekat ini, bagaimana menurut kalian ?"ucap buk Diana yang sudah tidak sabar ingin menikahkan Gibran.
" kami sih tidak masalah, semakin cepat semakin baik "ucap pak David yang membuat Nadhira semakin lemes.
" Alhamdulillah kalo begitu "ucap buk Diana tersenyum senang sambil melirik kearah Gibran hanya diam saja.
" yasudah kalau begitu kami ingin pamit pulang dulu "ucap buk Diana sambil beranjak bangun dari tempat duduknya.
" buru-buru sekali "ucap buk Herlin sambil sambil bersalaman dengan buk Diana dan juga buk Laras.
" Oma pulang dulu "ucap buk Diana sambil memeluk Nadhira.
" iya "ucap Nadhira sambil tersenyum.
buk Herlin dan pak David mengantar mereka hingga kedepan pintu, sementara Nadhira memilih kembali duduk di sofa sambil menghela nafas panjang.
" apa lihat-lihat ?"tanya Nadhira dengan sewot sambil menatap kearah adiknya.
" di jodohin "ledek Naufal sambil tertawa terbahak-bahak
" bruk !"Nadhira yang kesal langsung melempari Naufal dengan bantal sofa.
" tidak kena "ucap Naufal yang membuat Nadhira semakin kesal.
" awas kau ya "ucap Nadhira sambil beranjak bangun, melihat itu Naufal langsung ambil langkah seribu menuju kamarnya.
" dasar menyebalkan !"gerutu Nadhira, kalau bersama keduanya tidak lebih seperti Tom and Jerry.
( keesokan harinya )
Jihan masuk kedalam cafe dan berjalan menghampiri Nadhira yang sudah menunggunya.
" kenapa wajahmu kusut begitu ?"tanya Jihan sambil menatap kearah Nadhira.
" aku dijodohin "ucap Nadhira sambil menghela nafas panjang.
" hah yang benar ?"tanya Jihan yang terkejut mendengarnya.
" hmmm "ucap Nadhira dengan lemas.
" dengan siapa ? Ganteng tidak ?"tanya Jihan lagi.
" kau senang ya aku dijodohin ?"gerutu Nadhira sambil menatap kearah Jihan.
" ya bukan begitu,aku kan cuma nanya "ucap Jihan
" terus kamu menolak perjodohan itu ?"tanya Jihan
" aku tidak punya kesempatan untuk menolaknya, orang tuaku ngebut banget pengen aku kawin "ucap Nadhira
" sekarang aku harus bagaimana ?"rengek Nadhira yang menangis nasipnya.
" yang sabar ya "ucap Jihan yang merasa kasian dengan sahabatnya itu.
" apa aku kabur aja ya ?"ucap Nadhira sambil berpikir.
" kamu ini, enggak semua perjodohan itu buruk siapa tau nanti kau malah bahagia setelah menikah dengannya "nasehat Jihan
" ngomong doang mah enak "ucap Nadhira sambil menyeruput minumannya.
" daripada kamu menikah dengan Leon yang tukang selingkuh itu "tambah Jihan lagi.
" tidak usah membahas laki-laki brengsek itu "gerutu Nadhira yang merasa kesal.
" emang kamu mau dijodohin dengan siapa sih ?"tanya Jihan yang merasa penasaran.
" dengan Gibran Ferdinand "ucap Nadhira
" Apa ?"teriak Jihan.
" kenapa sih ?"tanya Nadhira yang melihat respon Jihan.
" benaran kamu dijodohin dengan dia ?"tanya Jihan lagi sambil menatap kearah Nadhira
" iya,kamu kenal dengan dia ?"tanya Nadhira balik
" siapa coba yang tidak kenal sama Gibran Ferdinand ? Satu-satunya pewaris dari keluarga Agra dan Ferdinand "ucap Jihan yang tidak menyangka kalau sahabatnya akan dijodohkan dengan Gibran.
" tapi dengar-dengar nih ya "ucap Jihan sambil duduk lebih dekat lagi dengan Nadhira.
" dengar-dengar apa ?"tanya Nadhira sambil menatap kearah Jihan.
" dia itu gay "ucap Jihan dengan pelan
" ah yang bener ?"tanya Nadhira yang tidak percaya pria tampan seperti Gibran masak suka sesama pedang.
" dengar-dengarnya sih begitu, soalnya selama ini dia tidak pernah terlihat dekat dengan perempuan manapun, kemana-mana selalu ditemui oleh sekretaris nya "ucap Jihan, mendengar itu Nadhira pun terdiam entah apa yang sedang dipikirkannya.
" kalo begitu aku setuju menikah dengannya "ucap Nadhira setelah lama terdiam.
" what !"ucap Jihan yang syok dengan keputusan sahabatnya itu.
" kamu serius ?"tanya Jihan lagi Nadhira hanya mengangguk sambil tersenyum.
" bukannya tadi kau merengek tidak mau menikah, kenapa sekarang tiba-tiba mau ?"tanya Jihan sambil menatap heran kearah sahabatnya itu.
" aku akan membuktikan dia itu gay atau bukan,kalau dia terbukti benaran seorang gay maka aku bisa langsung menceraikannya "ucap Nadhira yang menemukan jalan keluar untuk masalahnya.
" terserah kau saja lah "ucap Jihan yang tidak mau ambil pusing.
...**...
Hari-hari pun berlalu,dan kini tibalah hari yang paling dinanti-nantikan yaitu pernikahan Nadhira dan Gibran.
acaranya terlihat sangat mewah dan juga glamor, banyak kerabat dan juga kolega bisnis yang hadir.
Nadhira turun kebawah dan berjalan menuju meja akad dengan didampingi oleh Jihan dan mamanya, Ia terlihat sangat cantik dan anggun dengan balutan kebaya pengantin berwarna putih.
Nadhira duduk di samping Gibran yang juga terlihat semakin tampan dengan balutan jas pengantin berwarna senada dengannya.
acara ijab Kabul nya pun segera dimulai dengan hikmat, Gibran dengan lancar menyambut akad nikahnya dengan satu kali tarikan nafas.
" Alhamdulillah...."penghulu membacakan doa untuk kedua pengantin.
Nadhira menoleh kearah Gibran sambil mengulurkan tangannya, Gibran memberikan tangannya serta mencium singkat kening Nadhira.
" selamat ya sayang,mama doain semoga kalian selalu bahagia "ucap buk Herlin sambil memeluk Nadhira.
" selamat ya "Jihan ikut memberikan ucapan selamat sambil memeluk erat sahabatnya itu.
" selamat ya sayang,Oma sangat senang "ucap buk Diana sambil memeluk Gibran yang memasang wajah datar tanpa ekspresi.
" jangan lagi bersikap kekanak-kanakan "ucap pak David sambil memeluk putrinya, meskipun merasa sedikit kesal Nadhira tetap membalas pelukan papanya.
selanjutnya mereka naik keatas pelaminan untuk berfoto bersama keluarga dan sahabat. Meskipun berdiri dekat-dekat baik Nadhira mau Gibran tidak ada yang berbicara, kedua terlihat sangat canggung dan asing.
saat para keluarga turun dari pelaminan sang fotografer mengarahkan untuk berpose romantis.
" untuk masnya tolong di rangkul pinggang istrinya dan saling tatapan ya "ucap fotografer
mau tidak mau Gibran pun merangkul pinggang Nadhira, dan untuk pertama kalinya keduanya saling tatapan dengan jarak yang sangat dekat.
" ya begitu, oke bagus "ucap fotografer sambil memotret mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments