Sang fajar mulai menyapa diiringi dengan hembusan angin yang menggugurkan dedaunan. Saat ini, semua orang telah berkumpul di Bandar Udara Sultan Thaha Saifuddin, Jambi.
Hari ini merupakan hari keberangkatan Tata ke Amerika. Memulai hari-hari baru disana, tanpa ada orang terdekatnya lagi yang menemani. Tidak hanya keluarganya saja yang ikut mengantarnya ke Bandara, tapi sahabat-sahabatnya pun juga ikut.
Tata bersiap-siap untuk masuk ke Bandara, namun sebelum itu ia sempatkan untuk berpamitan pada semua orang.
Seketika suasana berubah haru. Dimana semua mata mulai berkaca-kaca melepas kepergian Tata. Bagaimana pun juga ini adalah kali pertamanya ia berpisah dari orang-orang yang ia sayangi. Karena sebelumnya, ia tidak pernah pergi jauh tanpa mereka.
Ditatapnya kedua paruh baya yang teramat sangat dicintainya. Lalu beralih pada sosok laki-laki yang selalu mengajaknya berdebat, namun tetap saling mencintai. Setelah itu, dilihatnya para sahabat yang tengah menatapnya dengan tatapan sedih.
Perlahan, gadis itu mulai mendekati kedua orang tuanya. Tujuan utamanya adalah sang bunda. Tanpa aba-aba ia langsung memeluk erat wanita yang telah melahirkannya itu. Tangisnya pecah dalam dekapan sang bunda.
"Kenapa rasanya begitu berat, berpisah dengan mereka." Bhatin Tata.
"Bun, Tata pamit pergi ya. Doakan Tata agar diberi kemudahan dalam mengejar impian, Tata," ujarnya masih dalam pelukan bunda.
Bunda Tasya mengangguk, tangannya bergerak mengusap lembut rambut putrinya. Tentu saja ia akan mendoakan yang terbaik untuk anak-anaknya, meski tanpa diminta sekalipun. Karena, seorang ibu memang ditakdirkan untuk memiliki sejuta sayang untuk anak-anaknya. Dan tangannya akan selalu menengadah meminta yang terbaik untuk darah dagingnya.
"Iya, sayang. Doa bunda akan selalu menyertai Tata."
Mentari melepas pelukannya, lalu beralih pada sosok laki-laki paruh baya yang ketampanannya tidak pernah pudar.
"Ayah." Tata memanggil sang ayah dengan suara serak. Entah kenapa air mata nya mengalir dengan begitu deras dalam pelukan laki-laki yang selalu mencintainya tanpa syarat itu.
"Jangan nangis lagi dong, nanti cantiknya hilang kalau nangis," hibur sang ayah.
"Tapi, Tata sedih karena harus pisah sama kalian. Selama ini, Tata ngak pernah jauh dari kalian semua. Tata juga sedih karena ngak bisa peluk ayah lagi, kalau lagi sedih."
"Meskipun berat, tapi kali ini Tata harus tetap pergi untuk mengejar impian Tata. Tata janji bakalan selesaikan semuanya tepat waktu," janji Mentari.
Herlambang tersenyum. Meskipun berat melepas sang putri, namun itu harus tetap ia lakukan. Karena bagaimana pun, putri kecilnya kini telah tumbuh dewasa. Dan suatu saat nanti ia pun harus menerima kemungkinan jika putri kesayangannya dibawa pergi oleh suaminya.
"Ayah yakin, kamu pasti bisa melewatinya. Kejarlah impianmu sejauh mungkin, tapi jangan pernah lupa untuk kembali. Karena, senyaman-nyamannya berada di rumah orang, akan terasa lebih nyaman di rumah sendiri," ujar ayah Herlambang.
Tata mengangguk paham. Setelahnya ia menoleh pada sosok laki-laki yang selama ini selalu menjaganya. Meskipun sering berantem, tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.
Arkana melebarkan tangannya agar sang adik bisa masuk dalam pelukannya. Dikecupnya kepala sang adik sebagai tanda perpisahan sementara mereka. "Nanti kamu jaga diri baik-baik disana ya. Jangan keluyuran atau sampai salah pergaulan. Abang akan terus pantau kamu dari jauh," peringat Arkana.
"Iya-iya. Abang bawel banget sih," jawab Tata. Arkana terkekah mendengar kekesalan sang adik.
"Abang bawel karena sayang sama kamu, dek," ucap Arkana.
Tata tersenyum. Itu yang ia suka dari saudara laki-lakinya, meskipun kadang menjengkelkan tapi ia punya sejuta sayang yang tulus untuknya.
"Tata juga sayang kakak, i love you." Tata langsung mengecup pipi Arkana sebelum beralih pada keempat sahabatnya.
Sebelumnya mereka telah berjanji untuk tidak akan pernah kembali ke Indonesia sebelum menyelesaikan study mereka. Karena pertemuan yang mengandung banyak kerinduan akan lebih mengesankan nantinya. Itu juga akan menjadi kenangan dan cerita yang kelak akan mereka dongengkan pada anak cucu mereka.
Tata menatap sahabat nya satu-persatu. Mata masing-masing mereka memancarkan kesedihan yang mendalam karena perpisahan.
"Sudah sampai pada akhirnya dimana kita akan dipisahkan oleh mimpi yang berbeda. Hari ini untuk pertama kalinya kita berjauhan. Gue harap, persahabatan kita tidak akan pernah lekang oleh waktu, meskipun masing-masing dari kita nantinya akan bertemu orang baru."
"Tapi gue percaya akan kekuatan persahabatan kita. Sejauh apapun jarak memisahkan kita, sesibuk apapun waktu berusaha merenggangkan hubungan kita, tapi persahabatan kita tidak akan pernah putus."
"Karena kita adalah hati yang sama dengan raga yang berbeda." Setelah keheningan menyelimuti, akhirnya Tata membuka suaranya.
Ara mengangguk. "Iya, saat ini memang sudah waktunya kita untuk berpisah. Namun, sebuah perpisahan bukan berarti tidak akan berjumpa kembali. Perpisahan hanyalah nasehat supaya keakrabatan tetap terjalin ketika bertemu kembali." Ini bukan ucapan Tata, melainkan Ara.
"Mengucapkan selamat tinggal tidak berarti apa-apa. Waktu kebersamaan kitalah yang berarti, bukan bagaimana kita berpisah," timpal Abel.
"Hari ini mungkin kau akan selangkah lebih juah dari ku. Tapi kau akan selangkah lebih dekat dengan mimpi-mimpimu. Maka teruslah maju untuk meraih itu semua, dan aku akan menunggu mu disini untuk kembali saat kau telah meraih semua mimpimy," ucap Kenzie.
"Persahabatan sejati bukan tentang tidak akan terpisahkan, tapi terpisah namun tetap tidak ada yang berubah." Gilang melengkapi ucapan dari sahabat-sahabatnya.
Tata mendekat lalu memeluk keempat sahabatnya secara bersamaan. Akhirnya mereka semua berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum bertemu kembali di beberapa tahun kedepannya.
"Kok jadi pada nangis sih ? Cengeng banget kalian semua," celetuk Gilang. Ia berusaha mengalihkan suasana saat ini.
"Ih, kebiasaan deh lo lang. Merusak suasana aja," kesal Ara.
"Tau tuh si Gilang," timpal Abel.
Gilang tertawa. "Iya habisnya kalian pada cengeng sih. Nih ya, kalau kalian nangis nanti Tata bisa-bisa ngak jadi pergi," ucap Gilang yang benarkan oleh Kenzie.
Tata tertawa. Setelah ini, ia pasti akan merindukan momen seperti ini. Bercanda bareng, debat bareng, nangis bareng dan bahagia bareng sahabat-sahabat nya.
"Gue masuk dulu ya, bentar lagi pesawat gue bakalan terbang," pamit Tata.
Semua orang mengangguk sembari tersenyum melepas kepergian Tata.
"Sampai ketemu beberapa tahun mendatang. Dan berjanjilah untuk tidak saling melupakan meski nanti akan ada orang baru dalam kisah kita," ucap Tata sebelum benar-benar pergi.
"Ngak akan. Kita ngak akan saling melupakan sampai kapan pun. Karena persahabatan kita telah diikat oleh sang pencipta sendiri. Dan kita ngak akan benar-benar berpisah kecuali dengan kematian," jawab Ara.
"Kita adalah sahabat. Dalam kamus persahabatan tidak ada kata saling melupakan," ucap Kenzie.
Tata tersenyum lega mendengar itu semua. Kemudian mulai melangkah menjauh dengan perlahan. Ia melambaikan tangannya pada semua orang sebelum benar-benar pergi.
"Dahh.. Selamat Tinggal," teriak Tata sebelum menghilang dari pandangan keluarga dan juga sahabatnya.
Saat ini, Tata telah masuk kedalam pesawatnya. Ia duduk ditepi kaca hingga bebas memandang keluar.
"Selamat tinggal semuanya. Sampai jumpa ditahun-tahun berikutnya." Tata kembali membhatin namun kali ini kedua sudut bibirnya terangkat. Mulai saat ini ia harus menyiapkan diri dan hatinya untuk kehidupan baru di negara orang.
To Be Continue..
Hallo Gengs !!!
Hari ini authot update lagi yups !
Jangan lupa dukung karya author dengan cara Vote, Like dan Koment yups.
Terima kasih.
21 Sept 2020
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Nur Saqilla
jadi inget pas lagi perpisahan waktu sma....emang sedih....
2020-12-10
0
Winda
sumpah ya pas baca part ini gak kerasa air mata tiba² menetes dengan sendirinya. salut sama persahabatan mereka.
2020-12-06
1
Umi suyanto
mewek juga nih ......
2020-10-30
0