Audrey menghentakkan kakinya dengan kesal. Niatnya ingin menghabiskan waktu liburnya dengan bersantai tapi urung. Lagi-lagi Vivian meneleponnya dan meminta diantarkan ke lokasi pemotretan.
"Kenapa aku harus pergi sih?" tanya Audrey kesal.
"Iya harus, kamu ngapain juga di rumah liburan. Produki iler? Mending kesini. Ini jadwal pemotretan kedua ambil konsep outdoor. Kemarin di indoor sudah selesai dan mereka minta tambahan konsep," Vivian menjelaskan.
"Iya deh paham yang model, tapi nanti g ada Devan kan?" Audrey memastikan.
"Kamu mau ada Devan?" tanya Vivian pemuh semangat.
"Aku matiin nih teleponnya!" ancam Audrey.
"Hahaha gitu aja ngambek. Kayaknya Devan nggak ada, kayaknya ada kerjaan. Tadi denger-denger sih gitu," ucap Vivian.
"Oke deh, jemput ya," pinta Audrey.
"Aku sudah di rumah kamu," ucap Vivian. Audrey menggeram dan mematikan ponselnya. Ia membuka pintu kamar dan melihat Vivian sedang bersantai di sofa tak jauh dari kamarnya. Audrey membanting pintu kamarnya dan segera mandi.
Niat awal Vivian terbaca oleh Audrey. Ia sengaja datang ke rumahnya meskipun ia menolak Vivian akan bisa memaksanya untuk ikut. Dengan kesal Audrey keluar kamarnya dan memakai ranselnya. Ia hanya menggunakan celana kulot dan baju kaus putih dilapisi cardigan.
"Seger banget," ucap Vivian. Audrey hanya melewatinya. Ia melihat rumah sudah sepi, mamanya sudah pergi ke rumah makan. Audrey meraih roti bakar yang sudah tersedia di meja makan dan membawa sebotol susu dari kulkas. Ia akan sarapan di jalan saja. Moodnya sedang berantakan.
"Udah nggak sabar ya?" goda Vivian. Audrey memasukkan roti bakar ke mulut Vivian agar gadis itu diam.
Keduanya segera berangkat dengan mengendarai mobil Vivian karena Audrey tidak bisa mengendarai mobil.
"Lokasinya dimana?" tanya Audrey saat mereka keluar dari pusat perkotaan. Audrey memberikan alamat yang diberikan oleh staf lapangan. Audrey mengangguk, ia paham daerah sana. Sedikit mendekati puncak. Tempatnya memang bagus untuk pemotretan dengan tempat yang teduh, ada hutan lindung dan juga kawasan semak berisi ilalang. Yang pada waktu tertentu ilalang atau yang disebut orang-orang dandelion itu sedang mekar. Memang indah, sedangkan disisi lain ada hamparan taman bunga. Jadi dimanapun lokasinya kawasan itu sangat bagus dijadikan pemotretan bernuansa alam.
Saat sampai beberapa kru sudah datang dan sedang mempersiapkan alatnya. Vivian mendatangi beberapa orang dan dia segera ke ruang ganti untuk mengganti pakaian yang sudah ditentukan. Sementara itu Audrey duduk disebatang kayu yang tumbang, ia menghabiskan susu yang dibawanya sambil melihat kesibukan disana.
Tak butuh waktu lama, Vivian sudah berganti pakaian dan tinggal mempercantik diri dengan make up. Sementara rambutnya dibiarkan terurai. Audrey selalu mengagumi kecantikan Vivian, apalagi kaum laki-laki.
Audrey memperhatikan beberapa kru yang berbicara dengan nada kesal, susasana terlihat tegang. Entah ada masalah apa, Audrey tidak berani bertanya. Terlihat beberapa orang menelepon. Vivian hanya diam menunggu dan tiba-tiba ia melihat Audrey yang duduk diam tanpa melakukan apapun.
Vivian berbicara sebentar dengan kru dan setelah perdebatan kecil akhirnya Vivian mendekati Audrey sambil tersenyum.
"Drey... Bisa bantuin aku nggak?" tanya Vivian.
"Nggak!" jawab Audrey yang masih sedikit kesal, ia tadi malam baru tidur lewat tengah malam dan pagi-pagi sekali Vivian sudah di rumahnya dan menyeretnya kesini.
"Kok gitu? Masih marah ya? Maaf ya Drey... Please," ucap Vivian dengan puppies eye.
"Iya, emang mau minta tolong apa?" Audrey tak bisa berlama-lama merajuk. Vivian tersenyum senang mendengarnya.
"Gini, kan pemotretan hari ini ada dua orang. Cuma yang satu orang tiba-tiba kecelakaan dan cukup parah,"
"Jadi?" tanya Audrey.
"Uhmm... Kamu bisa gantiin nggak? Kan cuma pemotretan aja, bukan yang disuruh akting yang berat-berat," ucap Vivian.
"Aku nggak bisa Vi! Lagian kan pasti ada model lain atau temen kamu deh coba di telpon dulu," Audrey menolak ide Vivian.
"Udah dicoba, tapi memang sudah pada punya jadwal. Malah sebagian keluar kota jobnya. Please mau ya? Kesian tu krunya udah bawa perlengkapan. Kita sih nggak mau hal kayak gini tapi malah kejadian gini kita bisa apa,mau ya?" pinta Vivian.
Audrey sedikit berpikir. Dia bisa melihat beberapa kru menatap mereka berkali-kali. Sepertinya memang mereka butuh orang pengganti.
"Apa nggak bisa ditunda?" tanya Audrey. Vivian menggeleng.
"Mereka pasti ada kerjaan lain Drey, tambah lagi modelnya kecelakaan. Pasti butuh waktu," ucap Vivian.
"Hmmm ya udah deh, aku nggak punya pilihan lain kan?" tanya Audrey. Vivian memekik senang dan memeluknya. Dengan penuh semangat Vivian menarik Audrey ke sang fotografer. Mereka mengangguk setuju dan mengarahkan Audrey ke ruang ganti. Mereka sudah membawa kostum untuk sang model. Audrey juga didandani agar wajahnya semakin cantik.
Audrey keluar dari tenda dengan memakai gaun tanpa lengan. Rambutnya yang kecoklatan pas dengan warna gaunnya yang kekuningan. Ia memakai jepit bunga di rambut sebelah kirinya sedangkan Vivian disebelah kanan. Vivian mengenakan dress berwarna ungu sedikit keputih-putihan.
"Cantik banget!" Vivian gemas melihat Audrey. Audrey hanya bisa tersenyum.
Keduanya diarahkan berfoto dipinggiran hutan dengan warna belakang mereka sedikit gelap sehingga penampilan mereka terlihat semakin mewah. Awalnya Audrey terlihat kaku tapi dengan sedikit arahan sang fotografer dan juga bisikan dari Vivian Audrey bisa sedikit santai dan bisa menikmati sesi foto.
Setelah dari pinggiran hutan mereka beralih beberapa meter dari sana untuk menggunakan latar bunga.
"Oke istirahat dulu!" ucap Ryo sang fotografer.
Mereka berteduh dibawah tenda. Audrey sangat haus, ia membuka sebuah botol minuman dengan bersusah payah. Tiba-tiba ada yang menarik botolnya dan dengan sekali putar tutup botol itu terbuka. Devan menyerahkan botol itu sambil tersenyum.
Audrey sedikit kaget, entah kapan Devan sampai di sana dan melihatnya kesusahan membuka botol.
"Thanks!" ucap Audrey menyambar botol dan meminumnya. Ia akan bergabung bersama Vivian, itu lebih baik daripada terjebak berdua dengan Devan.
"Tunggu Drey!" ucap Devan. Audrey hanya berdiri diam tanpa membalikkan badan.
"Kamu... Cantik!" ucap Devan. Wajah Audrey memerah mendengarnya. Devan memanggilnya hanya untuk mengatakan itu? Audrey menahan diri untuk tidak merasa goyah dengan rayuan Devan.
"Thanks, aku pikir kamu nggak akan datang kesini," ucap Audrey mengalihkan pandangan di depannya.
"Aku kesini karena aku dengar model yang dibutuhkan kecelakaan. Aku takut belum ada gantinya dan pemotretan terkendala. Aku tidak menyangka penggantinya kamu. Aku harus berterimakasih untuk hal ini," ucap Devan.
Tentu saja Devan kesini dengan alasan pekerjaan. Audrey merasa bodoh berpikiran bahwa ini ada sangkut paut dengan dirinya.
"Lupakan, aku juga sebenarnya risih. Permisi aku harus membereskan ini semua," ucap Audrey. Devan tersenyum jahil meski ia membiarkan Audrey berlalu dari hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments