3

Audrey mendengus napas kasar saat Egi memintanya menjadi istri. Audrey justru tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan Egi. Mana mungkin Egi bisa seserius itu sedangkan pacarnya masih berganti-ganti setiap bulannya.

Audrey mengabaikan Egi dan masuk ke rumah. Dan menutup pintu tanpa menawarkan Egi untuk mampir. Kepalanya sedikit berdenyut, mungkin efek karena ia tadi sempat terkena gerimis. Audrey mengabaikan denyut di kepalanya dan berbaring.

Isi kepalanya berlompatan keluar. Terlalu banyak yang dipikirkan. Kejutan hari ini tak pernah terbayang oleh Audrey. Pertemuan dengan Devan membuatnya berpikir keras. Entah bagaimana ia harus bersikap bila bertemu Devan atau Naila. Ia merasa bersalah pada gadis itu.

Flasback

Audrey dan temannya sedang berbaris di lapangan saat kembali masuk sekolah setelah liburan semester. Mereka menunggu pembagian kelas sebelum memulai tahun ajaran baru di kelas XI SMA.

"Drey, ini buat kamu!" ucap Devan cepat sambil mengedipkan sebelah matanya. Audrey tersenyum mengangguk dan meraih buku bersampul biru dari tangan Devan lalu memasukkannya ke tas.

"Cie... Dikasih buku! Buku apaan?" tanya Vivian. Audrey mengangkat bahu.

"Nggak tahu, nanti deh diliat. Ayo baris!" Audrey dan Vivian segera masuk ke barisan dan bersikap siap. Sementara dari barisan lain ada dua pasang mata menatap Audrey sinis.

Setelah pembagian kelas, Audrey dan Vivian ke kelas masing-masing. Mereka terpisah kelas. Meski begitu keduanya berjanji untuk tetap bersama meski bertemu dengan teman-teman baru.

"Hei... Gimana kelas barunya?" tanya Vivian saat melihat Audrey menunggunya di koridor.

"Not bad, udah selesaikan? Kita ke kantin yuk!" ajak Audrey. Vivian mengangguk.

"Jadi Devan tadi ngasih buku apaan? Memangnya kamu dan Devan temenan? Setahu aku kalian nggak pernah keliatan barengan atau ada yang kamu sembunyikan?" tanya Vivian. Saat ini mereka sedang antri makanan setelah itu mereka duduk di pojokan meja kantin tempat yang tidak terlalu ramai.

"Aku belum buka bukunya dan kami memang merahasiakan hal ini, aku juga kaget tadi tiba-tiba dia ngasih buku itu. Tadi dia juga chat, bukunya buka di rumah aja," ucap Audrey.

"Dia juga chat? Wow! Aku bahkan nggak tau hal ini!" Vivian merajuk.

"Ya maaf, aku udah janji untuk nggak ceritakan apapun. Ini our little secret," ucap Audrey. Vivian menyipitkan matanya saat rombongan Naira dan teman sekelasnya memasuki kantin dan menatap mereka sinis.

"Hmmm kamu hutang penjelasan denganku!" ucap Vivian tanpa mengalihkan pandangan dari rombongan Naira. Audrey mengangguk dan tidak memperhatikan sekelilingnya. Bahkan saat Naira kembali ke kelas, Vivian masih memerhatikan mereka.

"Jadi, aku dan Devan itu teman dekat," ucap Audrey setelah selesai makan.

"Hah? Sejak kapan?" tanya Vivian, jujur saja ia yang bersahabat dengan Audrey bahkan tidak tahu hal ini.

"Sejak kapan ya? Pertengahan semester. Aku sering ke perpustakaan, kamu sih waktu itu sering libur karena banyak kegiatan model kemarin. Nah, kami sering bertemu di perpustakaan dan cerita-cerita ternyata kami nyambung. Dan jadi dekat karena sering bahas buku," ucap Audrey.

"Hanya itu?" tanya Vivian. Audrey mengangguk tapi Vivian seolah tidak percaya dan mendesak Audrey agar menceritakan semuanya.

"Iya okeiìiiiii... Aku jujur, sebelum liburan semester Devan pernah mengajakku nonton," ucap Audrey. Vivian semakin membelalakkan matanya.

"Seriu??" tanyanya kaget untuk yang kesekian kalinya. Audrey tertawa melihat ekspresi Vivian.

"Biasa aja kali Vi, kamu belum tau kan akhirnya waktu liburan kami bahkan jalan bareng dan dia nyatain perasaannya," ucap Audrey tenang.

"Serius? Terus kamu jawab apa?" tanya Vivian tak sabar.

"Aku belum jawab sampai sekarang. Entahlah ada perasaan ragu tapi..." Audrey kembali diam.

"Tapi kenapa?"

"Aku nyaman ngobrol dengan dia, kita nyambung kalau ngobrol. Bahkan hobi dan bacaan kami sama," ucap Audrey tersenyum saat mengingat bagaimana mereka menghabiskan waktu berjam-jam bercerita seperti tidak ada habisnya. Bahkan Devan bisa membuat Audrey tertawa dengan leluconnya. Di rumah pun Devan dan Audrey saling berkirim pesan dan saling memberikan perhatian. Audrey pun sulit menjelaskan bagaimana hubungan mereka.

"Sejauh itu? Dan aku sebagai sahabat baru tau sekarang? Keterlaluan Drey!" ucap Vivian.

"Maaf! Ini memang kami rahasiakan atas permintaan Devan,"

"Devan memintamu merahasiakannya?" tanya Vivian.

"Iya, kamu kenapa sinis begitu? Iya aku salah merahasiakan ini. Maaf ya? Kan sekarang udah cerita. Aku rasa Devan juga nggak masalah aku cerita ke kamu. Soalnya dia tadi juga terang-terangan ngasih buku tadi," ucap Audrey sambil menandaskan minumannya.

"Entahlah Drey, aku rasa ada yang salah," ucap Vivian.

"Maksudnya? Aku nggak boleh deket dengan Devan?" tanya Audrey. Vivian mengangguk. "Kenapa?"

"Aku harus memastikan sesuatu dulu," ucap Vivian.

"Kamu suka Devan juga?" tanya Audrey polos. Vivian hanya tertawa.

"Ya nggaklah, dia bukan tipeku. Tadi aku lihat ada yang nggak suka liat Devan ngasih buku itu ke kamu," ucap Vivian.

"Oh ya? Siapa? Aku nggak terlalu merhatiin," ucap Audrey.

"Naira.."

"Naira? kelas berapa?" tanya Audrey.

"Kamu kayaknya harus mulai bergaul, perbanyak teman. Jangan cuma aku doang. Masak anak kelas sebelah kamu nggak tau," ucap Vivian.

"Memang nggak tau!" ucap Audrey cuek. Kenapa ia harus mau tau urusan orang lain yang tak dikenalnya? Jika memang orang yang bernama Naira itu menyukai Devan ya kenapa harus sinis dengannya? Kan dia bisa usaha sendiri tanpa harus merengut dan menatapnya dengan sinis hanya karena Audrey yang sudah dekat dengan Devan. Begitulah pemikirannya saat itu.

Flasback off

Semua berawal dari saat itu. Saat Devan memberikan buku bersampul biru itu. Setelahnya Devan sedikit berubah tapi masih perhatian dengannya. Apalagi saat ia tahu ternyata dirinya dan Devan berada di kelas yang sama.

Audrey menggelengkan kepalanya. Mengusir semua kenangan yang selama ini ia kubur dan berusaha melupakan. Tapi semua kenangan itu masih melekat di pikirannya.

Audrey akui saat sekolah dulu ia terlalu cuek dengan sekitarnya. Berteman hanya dengan segelintir teman dan Vivian. Padahal Vivian cukup terkenal tapi dirinya tenggelam. Terlebih dulu ia memakai kacamata dan tidak berdandan atau mengikuti tren. Dia menjadi dirinya sendiri disamping Vivian yang memiliki segalanya.

Sampai ia bertemu Devan di perpustakaan, mereka menjadi dekat dan semua bermula dari sana. Dari kedekatan mereka yang tanpa sengaja. Hingga lahirlah perasaan suka di diri Audrey. Dan ternyata semua itu berbalas. Devan juga memiliki perasaan yang sama untuk Audrey. Itulah mengapa ia sering menghilang ke perpustakaan. Tempat yang merupakan pelarian Devan kala bolos. Di sana juga ternyata tempat Audrey bersantai dan membaca.

Semua dari ketidaksengajaan lalu tertarik. Seperti hari ini, saat Audrey dan Devan tidak sengaja bertemu. Apakah kisah mereka akan berlanjut kembali atau mereka memilih untuk tetap asing meski masa lalu mereka sebenarnya belum usai?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!