Rasa yang berbeda

Angkasa memijat pangkal hidungnya, ia sedikit pusing sekarang. Namun, dirinya harus datang ke kantor untuk mengecek hasil pemotretan kali ini. Sebenarnya hanya alasan, dia ingin bertemu dengan Jingga.

"Tuan,"

Riki menyapa Angkasa yang baru saja tiba, dia mempersilahkan Angkasa masuk ke dalam ruang pemotretan dan menyaksikan Jingga yang sedang mengambil beberapa sesi foto.

Angkasa mendekat, ia memasukkan tangannya ke dalam saku celananya. Tak seperti CEO pada umumnya, Angkasa hanya mengenakan celana bahan dan juga kaos abu-abu yang begitu mencetak otot tubuhnya. Mata tajamnya menatap lekat kegiatan yang Jingga lakukan.

"Model kali ini sangat cantik, sangat sempurna." Puji sang fotografer yang mana membuat Angkasa melirik sinis padanya.

"Apa kamu di pekerjakan hanya untuk memuji model? Ambil foto, bukan malah asik memujinya." Desisnya kesal.

Sang fotografer kaget, begitu pun dengan yang lain. Biasanya jika mereka memuji Angkasa akan balik memuji kinerja mereka yang tepat dalam mencari model. Tapi lini, pria itu justru memarahi mereka.

"Ma-maaf Pak Bos." Ucapnya dan kembali memotret.

Angkasa mengusap dagunya, ia merasa ada yang salah. Tanpa pikir panjang, dirinya melangkah mendekati Jingga dan membenarkan pose wanita itu.

"Seharusnya seperti ini, jangan terlalu di angkat." Angkasa mengarahkan botol serum yang ada di tangan jingga hingga membuat jarak keduanya begitu dekat.

Riki yang melihatnya tentu syok, begitu juga dengan yang lain. Biasanya Angkasa hanya menyalahkan dan meminta tim untuk merubahnya. Tapi, sekarang pria itu turun langsung mengubahnya.

"Pacarnya si Pak Bos lah?" Tanya fotografer itu pada Riki yang masing terbengong.

"Target pemutus gelar dudanya kali." Gumam Riki.

Tak ingin hilang kesempatan, fotografer itu segera mengambil gambar kala Angkasa dan Jingga sedang mendekat. Pose keduanya sudah seperti model, tampan dan cantik. Sangat sempurna!

"Bagus gak?" Riki melirik foto yang berhasil rekannya itu ambil.

"Nanti Tuan marah, habis kamu!" Ancam Riki.

"Sedang apa kalian? Yang lain kerja kalian misuh-misuh." Angkasa tiba-tiba sudah berada di dekat keduanya. Mereka tentu saja kaget di tegur seperti itu.

"A-aanu, aanu pak bos ...."

Angkasa menyipitkan matanya penuh curiga, ia mengambil kamera dari tangan karyawannya itu dan melihat apa yang pria itu lakukan. Pandangannya merubah, raut wajahnya tak sedingin tadi.

"Habis sudah riwayatmu Jaluuu!" Bisik Riki.

"Mana aku tahu Bang, tamat sudah nasibku." Di saat Jalu sudah takut, Angkasa justru mengembalikan kameranya tanpa omelan sedikit pun.

"Jangan lupa cetak juga dan berikan pada saya."

"Heuh?!" Riki dan Jalu syok bukan main. Keduanya melongo menatap kepergian Angkasa yang keluar ruangan tanpa mengatakan apapun lagi.

"Pernah dengar cerita setan menyerupai manusia gak? Kalau di kampungku itu nama setan kembar." Bisik Jalu.

"Jangan sembarangan, nanti Tuan marah lagi habis kamu!" Riki pergi menyusul Angkasa, meninggalkan Jalu yang mengerucutkan bibirnya kesal.

Selepas sesi pertama usai, Jingga harus berganti pakaian. Karena di sesi foto nanti ada kegiatan yang berkaitan dengan air, Jingga harus memakai pakaian tanpa lengan hingga memperlihatkan bahu mulusnya.

"Modelnya mana? Ini jam berapa? Jam sebelas harus udah selesai pemotretan untuk hari ini." Angkasa kembali ke ruang pemotretan. Sebab dia tahu, jam sebelas nanti Jingga harus menjemput kedua anaknya di sekolah.

"Itu Pak Bos, lagi di dandani." Jawab Jalu yang masih fokus pada kameranya.

Angkasa mengalihkan pandangannya, ia mematung kala melihat penampilan Jingga saat ini. "Siapa yang memintanya memaiai pakaian itu?!"

Angkasa tiba-tiba meninggikan suara, ia meraih selimut dan menutupi tubuh Jingga yang terbuka. Semuanya heran, Jingga pun heran. Dia merasa masih mengenakan pakaian. Kenapa Angkasa begitu marah?

"Tapi ini bagian dari sesi foto dari lip cream yang sebentar lagi lounching." Terang Roki.

Angkasa menggeleng, "Ganti konsep, saya gak mau yang seperti ini. Pikirkan konsep yang lain, buruk sekali ide kalian itu." Omel Angkasa.

Jingga merasa tak enak pada semua tim yang seharian ini di tegur pleh Angkasa. Ia pun beranjak berdiri tapi tetap memegang selimut yang menutupi bagian tubuhnya yang terbuka.

"Jangan salahkan mereka, aku yang mengusulkan konsep ini. Kalau mau ganti gak papa, tapi jangan marah dengan mereka." Tegur Jingga yang mana membuat Angkasa menghela nafas kasar.

"Ganti konsep, jangan berikan model baju yang sangat terbuka." Ucapnya sebelum beranjak pergi.

Jingga terdiam mematung, menatap kepergian Angkasa. "Apa Bos kalian marah?" Tanyanya pada Riki.

Tak mau merusak mood Jingga, Riki memberi alasan. "Pria juga punya palang merah. Nah, hari ini hari palang merahnya si Tuan. Jadi ... begitu lah. Sapu jatuh saja dia pasti akan menyalahkan sapu nya. Kamu tenang saja Nona, Tuan Angkasa biasanya sangat ramah. Ada semut saja di hatinya yang membuatnya merasa tak tenang." Jelas Riki panjang lebar.

Sedangkan Angkasa, pria itu suka ke ruangannya. Ia duduk di kursi kebesarannya dan mengusap kasar wajahnya. Dia menyadari perubahan keadaan hatinya, dan begitu terang-terangan mengungkapkan rasa tidak sukanya.

"Ada apa denganku? Kenapa aku begitu emosional sekali hari ini." Gumam Angkasa bingung.

.

.

.

Di sekolah, Arga dan Artan fokus mendengar penjelasan guru. Keduanya tengah menempelkan kacang hijau di atas sebuah kertas gambar. Begitu juga dengan murid lainnya termasuk Nara. Mereka mengerjakannya tanpa ribut.

"Abang, lem nya nda ada lagi?" Tanya Artan melirik pada sang abang yang tengah fokus mengerjakan tugasnya.

"Enggak ada, habis." Balas Arga.

Artan mengerucutkan bibirnya, ia berbalik dan menatap Nara yang masih memiliki banyak lem. Sebenarnya gengsi untuk meminta. Namun, tak mungkin tugasnya tidak selesai hanya karena lem habis bukan?

"Nala, boleh minta lem nya?"

Nara mengangkat pandangannya, "Biacanya di panggil cicil nenek lombeng, kenapa cekalang benel ngomongnya huh?" Desisnya.

"Altan bilang nenek lombeng calah, Nala calah juga! Namanya cebenalnya ciapa? Cupalnooo?!" Kesabaran Artan yang setipis tisu membuat anak itu kesal di buatnya.

Nara memutar bola matanya malas, "Mau apa?"

"Minta lem, punya Altan habis." Artan menunjukkan wadah lemnya yabg sudah kering.

Tanpa banyak kata, Nara meraih tempat lem milik Artan dan membagi lemnya sedikit. Artan fokus menatap apa yang Nara lakukan. Dirinya pikir Nara banyak memberikannya lem. Nyatanya, hanya seujung sendok saja.

"Kok cedikit?!" Protes Artan.

"Kalau di kacih itu belcukuuul, bukan malah-malah."

Artan kesal, ia meraih tenpat lemnya dari tangan Tangan Nara. "Makacih cicil nenek!" Ucapnya sebelum kembali menghadap depan.

Nara mendesis sinis mendengarnya, "Cicil nenek ... cicil nenek ... dia itu bibil telompet. M0ny0ng telus bibilnya macam kelbo."

"Oke anak-anak, lihat sini!"

Nara dan murid lainnya mengangkat pandangannya menatap ke arah guru yang sedang menarik perhatian muridnya. Mereka jadi menghentikan kegiatan yang ada dan fokus menatap guru yang sedang berbicara.

"Karena sebentar lagi hari ibu, sekolah akan ada pentas. Siapa disini yang bisa menarik hm?"

Nara mengangkat tangannya membuat semua murid menatapnya.

"Wah, Nara bisa menari yah sayang?"

Nara mengangguk pelan, tetapi tatapannya terlihat berbeda. Dia memang pandai menari, walau tidak kursus. Tapi mendengar kata hari ibu, Nara sedikit ragu di buatnya.

"Nala bica Nali tapi nda ada Bunda, boleh?"

Guru itu merubah ekspresinya, ia lupa jika satu muridnya memang sudah tak memiliki ibu. "Tentu boleh sayang, Bunda akan melihat apa yang Nara lakukan dari rumah terbaik." Terang guru itu

Nata terdiam, meremat jari-jemarinya. Artan dan Arga dapat melihatnya Nara yang tengah menahan tangis. Di saat nanti semua anak membawa bunda mereka, hanya Nara yang tak membawanya.

"Nda papa Nala, nanti pinjam Bunda Altan." Celetuk Artan secara tiba-tiba. Arga tak protes, anak itu hanya diam. Mungkin karena ia merasa kasihan juga dengan Nara.

"Boleh?" Tanya Nara dengan tatapan berbinar.

Arta mengangguk semangat, "Boleh! Pinjam boleh tapi kledit nda boleh!"

"Bunda bica di kledit juga yah? Nala balu tahu." Gumam Nara. Berbeda dengan Arga yang menyadari jika Artan hanya asal bicara.

________

Gemes kaaaaan😆

Dua lagi kawan, jangan lupa dukungannya😍😍

Terpopuler

Comments

𝙰𝚕𝚒𝚜𝚝𝚊

𝙰𝚕𝚒𝚜𝚝𝚊

Nanti Arga dan Artan juga sewa Ayah kamu ya, Angkasa bkl di kasih PR buat naklukin Arga😂😂
Ternyata Jingga seorang model, Wah pasti istrinya Dolpin suka pake produk yang Jingga iklanin. Dolpin juga pasti kaget mantan Istrinya malah tambah cantik dan bersinar, Jahat banget aku malah berharap hidup Dolpin menderita🤦‍♀️😂😂

Semoga dihari Ibu nanti,Jingga dah dilamar Angkasa.Biar mantan meledak hatinya, karena anak2 nya malah manggil Ayah sama orang lain..

2025-05-03

29

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

Eh boleh pinjam Bunda Arga dan Artan ya Nara tp g boleh di kredit 🤣🤣🤣wah sdh posesif Om Duda Angkasa sm jingga . sdh ada ketertarikan pd Jingga Om Angkasa wkwkkkwk.

Kak Ra rigues buat Dalvin menderita lah sm Selva kl bs blm punya anak si Dalvin sm Selva dan Araga thbkl Ayahnya sdh punya istri br dan tak inginkan dia dan adinmknya malah mau buat mereka tiada dan buat pengertian serta Arga dan Artan membenci Ayah kandungnya

2025-05-03

5

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

🎀𝔸ᥣᥙᥒᥲ🎀

detik² duda tak berkarat lagi🤣🤣🤣

2025-05-03

5

lihat semua
Episodes
1 Satu tahun yang sia-sia
2 Cinta untuk si kembar
3 Om mantan suami
4 Sentuhan yang berbeda
5 Rasa yang berbeda
6 Kekesalan Arga
7 Suami?!
8 Getaran aneh
9 Boleh lihat foto ayah?
10 Kembalinya cinta yang hilang
11 Kenapa kita tidak menikah saja?
12 Suami Selva?
13 Mari sembuh bersama!
14 Satu hari bersama
15 Ketakutan Delvin
16 Janji yang hilang
17 Kebun binatang
18 Perhatian Angkasa
19 Panas
20 Pertemuan tak terduga
21 Kesepakatan
22 Perjuangan Tuan Duda
23 Jangan panggil om!
24 Fase jatuh cinta
25 Perusahaan Rodriguez terancam
26 Jantung yang semakin berdebar
27 Cinta yang tersesat
28 Putra bungsu Yudha Rodriguez
29 Ketahuan
30 Hambatan cinta
31 Aku mencintai putri Om!
32 Tertekannya Delvin
33 Beri aku waktu
34 Mencuri kesempatan ala Angkasa
35 Sleep Call
36 Lupa jemput
37 Pertengkaran hebat
38 Makan malam bersama calon mertua
39 Kesempatan dalam kesempitan
40 Perlahan bangkit
41 Tumbang
42 Berhasil jadi calon menantu Ferdi Mahendra
43 Misi selesai
44 Makan malam (panas)
45 Titik kehancuran Delvin
46 Bunda boleh menikah lagi?
47 Will you marry me, Jingga?
48 Deep talk (Angkasa dan Arga)
49 Gara-gara durian
50 Ulah Tania
51 Hari pernikahan
52 Resmi menjadi pasangan
53 Abang sayang
54 Kehebohan ketiga bocah
55 Semakin hancur
56 Tamu tak di undang
57 Berita heboh di pagi hari
58 Menjadi keluarga cemara
59 Jatah Angkasa
60 Keberuntungan bocah menggemaskan
61 Hadiah untuk cucu
62 Kegundahan hati seorang ibu
63 Bayi besar Jingga
64 Keanehan Angkasa
65 Hari spesial tiga bocil gemas
66 Harapan kecil Arga
67 Kehamilan Jingga
68 Buka kado
69 Kelakuan Artan dan Nara
70 USG
71 Om Delvin, ayah kami?
72 Pecah~
73 Altan mau gajah!
74 Tetap aku pemenangnya~
75 Gajah Altan?
76 Gara-gara si (Jerapah)
77 Kamu milikku, dan aku milikmu~
78 Rasa rindu yang mendalam
79 Kabar tidak baik?
80 Duka keluarga Rodriguez
81 Mencari tahu
82 Ancaman Angkasa
83 Terbongkar
84 Penyesalan Delvin
85 Keanehan malam di kamar Artan
86 Tap tap layalnya!
87 Obrolan malam
88 Berkuda
89 Ada apa dengan si Bumil?
90 Cemburunya Jingga
91 Menemani Paksu~
92 Tragedi sore hari
93 Panggilan yang di nantikan
94 Cemburu nya mantan Duda
95 Tingkah putri kecil Angkasa
96 Obrolan hangat di meja makan
97 Kekhawatiran Angkasa
98 Ketakutan seorang anak
99 Gara-gara motor
100 Cuman ayah yang bisa
101 Sella-Selatan
102 Kedatangan tamu yang tak di sangka-sangka
103 Mama Nala?
104 Sama-sama seorang ibu
105 Perasaan Eve
106 Obrolan dua ibu
107 Lahiran dadakan?
108 Kelahiran si kembar
109 Beratnya mengurus bayi
110 Kelakuan Artan
111 Berpisah jarak
112 Ada apa dengan Artan?
113 Kakek Erwin
114 Kepulangan Angkasa
115 Konser Artan
116 Suasana baru di desa
117 Kara dan bebeknya
118 Kehangatan cinta
119 Dua bayi menggemaskan
120 Titik hancur Delvin
121 Penolakan Arga
122 Suasana cerah pagi hari
123 Tanggung jawab sebagai abang
124 Obrolan Angkasa dan Arga
125 Arga yakin?
126 Menjenguk
127 Kisah yang manis
128 Bonchap
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Satu tahun yang sia-sia
2
Cinta untuk si kembar
3
Om mantan suami
4
Sentuhan yang berbeda
5
Rasa yang berbeda
6
Kekesalan Arga
7
Suami?!
8
Getaran aneh
9
Boleh lihat foto ayah?
10
Kembalinya cinta yang hilang
11
Kenapa kita tidak menikah saja?
12
Suami Selva?
13
Mari sembuh bersama!
14
Satu hari bersama
15
Ketakutan Delvin
16
Janji yang hilang
17
Kebun binatang
18
Perhatian Angkasa
19
Panas
20
Pertemuan tak terduga
21
Kesepakatan
22
Perjuangan Tuan Duda
23
Jangan panggil om!
24
Fase jatuh cinta
25
Perusahaan Rodriguez terancam
26
Jantung yang semakin berdebar
27
Cinta yang tersesat
28
Putra bungsu Yudha Rodriguez
29
Ketahuan
30
Hambatan cinta
31
Aku mencintai putri Om!
32
Tertekannya Delvin
33
Beri aku waktu
34
Mencuri kesempatan ala Angkasa
35
Sleep Call
36
Lupa jemput
37
Pertengkaran hebat
38
Makan malam bersama calon mertua
39
Kesempatan dalam kesempitan
40
Perlahan bangkit
41
Tumbang
42
Berhasil jadi calon menantu Ferdi Mahendra
43
Misi selesai
44
Makan malam (panas)
45
Titik kehancuran Delvin
46
Bunda boleh menikah lagi?
47
Will you marry me, Jingga?
48
Deep talk (Angkasa dan Arga)
49
Gara-gara durian
50
Ulah Tania
51
Hari pernikahan
52
Resmi menjadi pasangan
53
Abang sayang
54
Kehebohan ketiga bocah
55
Semakin hancur
56
Tamu tak di undang
57
Berita heboh di pagi hari
58
Menjadi keluarga cemara
59
Jatah Angkasa
60
Keberuntungan bocah menggemaskan
61
Hadiah untuk cucu
62
Kegundahan hati seorang ibu
63
Bayi besar Jingga
64
Keanehan Angkasa
65
Hari spesial tiga bocil gemas
66
Harapan kecil Arga
67
Kehamilan Jingga
68
Buka kado
69
Kelakuan Artan dan Nara
70
USG
71
Om Delvin, ayah kami?
72
Pecah~
73
Altan mau gajah!
74
Tetap aku pemenangnya~
75
Gajah Altan?
76
Gara-gara si (Jerapah)
77
Kamu milikku, dan aku milikmu~
78
Rasa rindu yang mendalam
79
Kabar tidak baik?
80
Duka keluarga Rodriguez
81
Mencari tahu
82
Ancaman Angkasa
83
Terbongkar
84
Penyesalan Delvin
85
Keanehan malam di kamar Artan
86
Tap tap layalnya!
87
Obrolan malam
88
Berkuda
89
Ada apa dengan si Bumil?
90
Cemburunya Jingga
91
Menemani Paksu~
92
Tragedi sore hari
93
Panggilan yang di nantikan
94
Cemburu nya mantan Duda
95
Tingkah putri kecil Angkasa
96
Obrolan hangat di meja makan
97
Kekhawatiran Angkasa
98
Ketakutan seorang anak
99
Gara-gara motor
100
Cuman ayah yang bisa
101
Sella-Selatan
102
Kedatangan tamu yang tak di sangka-sangka
103
Mama Nala?
104
Sama-sama seorang ibu
105
Perasaan Eve
106
Obrolan dua ibu
107
Lahiran dadakan?
108
Kelahiran si kembar
109
Beratnya mengurus bayi
110
Kelakuan Artan
111
Berpisah jarak
112
Ada apa dengan Artan?
113
Kakek Erwin
114
Kepulangan Angkasa
115
Konser Artan
116
Suasana baru di desa
117
Kara dan bebeknya
118
Kehangatan cinta
119
Dua bayi menggemaskan
120
Titik hancur Delvin
121
Penolakan Arga
122
Suasana cerah pagi hari
123
Tanggung jawab sebagai abang
124
Obrolan Angkasa dan Arga
125
Arga yakin?
126
Menjenguk
127
Kisah yang manis
128
Bonchap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!