Om mantan suami

Hari ini Jingga dan kedua putranya tiba di jakarta. Ketiganya memilih penerbangan malam agar keduanya dapat tidur di dalam pesawat tanpa rewel. Kedua orang tua Jingga pun sudah menunggu di ruang penjemputan.

"Cucu Omaaa!" Seru Tania memeluk kedua cucunya yang kelihatan mengantuk. Ferdi langsung meraih Artan ke dalam gendongannya. Tak lama, Artan kembali tertidur lelap. Berbeda dengan Arga yang memang tak mau lepas dari Jingga.

"Ayo, kita langsung ke mobil saja. Biar cepat sampai rumah dan si kembar dapat istirahat." Ajak Tania semangat. Ia begitu senang setelah mendapat kabar putrinya dan kedua cucunya akan kembali ke Jakarta dan tinggal bersamanya.

Selama perjalanan, Jingga menatap ke arah luar jendela. Tangannya tak berhenti mengelus punggung Arga yang tertidur di pangkuannya. Ternyata, banyak hal yang berubah dari kota kelahirannya. Sudah lama dirinya tak kembali, dan banyak hal yang ia lewati.

"Bagaimana keadaanmu sayang?" Tanya Tania lembut sembari mengelus tangan putrinya.

"Baik Ma,"

"Mama senang kamu sudah siap kembali ke kota ini."

Jingga mengangguk, "Aku sudah yakin ingin kembali. Si kembar juga sudah aku daftarkan ke sekolah TK. Tadinya aku ragu memasukkan mereka sekolah, tapi setelah di pikir mereka juga butuh berinteraksi dengan anak lainnya. Karena di Bali, keduanya sama sekali tidak memiliki teman." Jelasnya.

Tania paham, "Memang seharusnya seperti itu. Tak apa, mereka akan bersekolah sambil bermain."

Sesampainya di rumah, Jingga langsung membawa kedua anaknya tidur di kamarnya. Kamar, yang sudah lama tidak ia tenpati. Ternyata isi kamarnya tetap sama, yang tidak ada hanyalah foto pernikahannya. Kini, tempat foto itu sudah kosong. Seperti perasaannya saat ini.

Jingga duduk di tepi ranjang, menatap sejenak kedua putranya yang tertidur lelap. Tatapannya lalu beralih menatap lemari nakasnya. Ia membuka lemari itu dan mengambil sebuah buku diary yang sudah tampak lama.

Jingga membuka buku tersebut dan melihat berbagai macam coretan pena yang ia tulis dalam ungkapan cinta pada seorang pria yang tak pernah mencintainya.

"Apa kabarmu? Apa sekarang, kamu sudah bahagia dengan wanita yang kamu cintai?" Lirih Jingga dan melirik kedua putranya yang tertidur sambil berpelukan.

"Aku memilih mempertahankan mereka, tidak apa-apa bukan? Aku tidak akan menuntut tanggung jawabmu. Karena sedari awal, kehadiran mereka adalah boomerang bagimu." Jingga kembali menyimpan buku diarynya. Ia sama sekali tak merusaknya atau memusnahkannya.

Merasa mengantuk, Jingga pun memilih menyusul kedia putranya untuk tidur. Selang beberapa saat, Arga terbangun. Ia menatap lekat ke arah Jingga yang tidur sambil memeluknya. Wajah lelah itu tercetak jelas, membuatnya tertarik untuk mengelusnya dengan tangan mungilnya.

"Kalau Bunda kembali dengan Ayah, Bunda pasti gak akan capek ngurus kita." Gumamnya.

Arga tidak tahu apa yang terjadi antara orang tuanya. Jingga tak pernah menjelekkan tentang Delvin pada kedua anaknya. Ia tak ingin, kedua anaknya memiliki sifat pembenci apalagi pada ayah mereka. Juga, tak ingin merusak pemikiran keduanya. Jika di tanya oleh keduanya, kemana ayah mereka? Jingga akan menjawab, keduanya sudah tidak bisa bersama.

.

.

.

Hari ini si kembar mulai bersekolah, keduanya cukup merasa betah di rumah Ferdi. Banyak hal yang mereka dapatkan di rumah ini, dan tentunya tak akan merasakan sepi seperti saat di Bali.

Saat sampai di sekolah, Artan menatap takjub keadaan lingkungan sekolahnya yang penuh dengan mainan.

"Bunda hanya mengantar kalian sampai disini. Ketika waktunya pulang, Bunda akan kembali jemput kalian. Oke?"

"Telus Bunda mau cali cugal ayah?" Tanya Artan dengan tatapan polosnya yang mana membuat Arga melirik sinis padanya.

"Diam cadel, jangan pancing emosi orang pagi-pagi." Kesalnya, ia paling tak suka sang adik membahas hal itu.

"Apa cih Abang! Nda boleh cindil-cindil begituuu. Cudah macam caipul aja Abang ini." Gerutu Artan.

"Hais, sudah. Kalian jangan bertengkar lagi. Ayo, masuk ke kelas kalian." Jingga mengantar keduanya ke dalam kelas.

"Oke, Bunda tinggal dulu kalau gitu." Jingga bergegas kembali pulang. Meninggalkan si kembar yang menatap kepergiannya. Keduanya menangkap murid lainnya yng di antar oleh ayah mereka. Jelas saja, hal itu membuat kedua iri.

"Ayah kita nda pelnah datang yah Abang. Kata Om Lapa cibuk cali ictli balu." Gumam Artan. Arga diam, ia juga ingin merasakan kasih sayang seorang ayah seperti anak lainnya.

Jingga mendatangi kantor yang akan ia bintangi sebagai model. Sebelumnya ia sudah menjadi model beberapa produk, kali in ia ingin mencoba menjadi model produk skincare yang tengah naik daun itu.

"Permisi, apa anda model baru itu?" Tanya seorang pria yang tiba-tiba datang mendekat padanya.

"Iya, saya Jingga." Balas Jingga ramah.

"Baik, saya Riki asisten CEO Asga Skincare. Sebelum lanjut sesi foto, anda perlu bertemu dulu dengan CEO kami untuk penandatanganan kontrak."

"Kontrak? Sebelumnya saya sudah menandatangani kontrak, apa di perlukan lagi?" Tanya Jingga heran.

Riki mengangguk, "Benar, ikuti saya Nona." Ia melangkah pergi, di ikuti oleh Jingga walau dalam kebingungan.

Riki mengetuk sebuah pintu yang bertuliskan ruangan CEO. Ia membuka pintu itu dan mempersilahkan Jingga untuk masuk. Awalnya, Jingga masih tersenyum. Namun, melihat siapa CEO tempat perusahaannya bekerja sama, membuat Jingga kaget bukan main.

"Om Angkasa?!" Pekik Jingga.

Angkasa tersenyum, "Ternyata benar, itu kamu."

Angkasa Rodriguez, om dari mantan suaminya. Tak hanya kaget, Jingga rasanya ingin pingsan saat ini juga karena rasa kejut yang membuat jantungnya seolah berhenti berdetak.

Awalnya Angkasa juga kaget melihat nama mantan istri keponakannya lewat lamaran kerja yang ia terima dari asistennya. Tanpa pikir panjang, Angkasa langsung menyetujui lamaran kerja itu.

Jingga meremas jari jemarinya, ia menunduk takut. Antara pergi dan menetap, itu kebingungan yang Jingga rasakan saat ini. Bukan apa, dia baru terikat kontrak sementara dia akan bekerja dengan om dari mantannya. Bagaimana dia bisa tenang?!

"Duduklah." Titah Angkasa.

"Kita batalkan saja kontraknya." Putus Jingga, ia tak mau lagi terlibat dengan keluarga mantan suaminya.

Angkasa menarik satu sudut bibirnya, "Apa kamu tak membaca perjanjian kontrak? Jika kamu membatalkan kerja sama secara sepihak, maka kamu mu harus membayar dua puluh kali lipat dari gaji yang di tawarkan."

Jingga mengepalkan tangannya dengan kuat, "Gajiku tiga puluh juta, di kalikan dua puluh ... aku harus mengganti rugi ratusan juta. Sayang banget kalau kayak gitu." Batinnya.

Tapi tiba-tiba, ia mendapat telepon dari guru kedua putranya. Tanpa menunggu lama, ia langsung mengangkatnya. Ia lekas menjauh dan mengecilkan volume ponselnya. Berharap, Angkasa tak mengetahuinya. Tapi bertepatan dengan itu juga, Angkasa mendapat telepon dari seseorang.

"Ya Bu? Apa Arga dan Artan tidak apa-apa?" Tanya Jingga khawatir.

"Ibu bisa kesini? Artan bertengkar dengan temannya."

"Apa?" Jingga kaget bukan main mendengar Artan bertengkar dengan temannya. Ia buru-buru pergi mendatangi sekolah kedua putranya.

Angkasa tak dapat mencegah kepergian Jingga, ia juga memiliki urusan lain yang lebih mendesak.

"Ck, baik saya akan segera ke sana!" Ucap Angkasa pada seseorang yang di telepon. Ia mematikan sambungan itu dan lekas pergi dari kantornya.

Setibanya di sekolah, Jingga di arahkan masuk ke dalam ruangan kepala sekolah. Dia melihat Artan menangis sembari di peluk oleh Arga. Sementara di hadapan mereka ada seorang anak perempuan yang sama halnya seperti Artan yang juga sedang menangis.

"Ada apa ini sebenarnya?" Jingga mendudukkan dirinya di sebelah si kembar. Melihat kedatangan sang Bunda, Artan melepaskan dirinya dari pelukan Arga dan beralih memeluk bundanya.

"Maaf Bu, tadinya keduanya hanya mengobrol dan bercanda saja. Tapi tiba-tiba mereka berdebat dan bertengkar. Kami masih bertanya masalah keduanya, tapi mereka sama-sama tak mau menjelaskan." Terang guru itu.

Jingga menatap anak perempuan yang masih menangis terisak. Ia mencari keberadaan orang tua anak itu tapi ia tak mendapatkannya. Kemana orang tua anak tersebut? Kenapa tidak datang? Pastinya guru memanggil orang tua anak itu juga kan?

"Olang celewet itu bilang Altan nda punya Ayah hiks ... kalau nda ada ayah nda boleh duduk di depan halus di belakang hiks ...,"

"Kamu juga bilang poni Nala miling kalna nda di cicil Bunda!"

"Kan citu cendili yang bilang nda ada bundaaaa! Dacal cicil nenek lombeng!" Pekik Artan tak terima.

"Sudah, jangan seperti itu." Jingga memeluk putranya, ia tak ingin anak itu kembali berteriak kencang.

Setelah Artan tenang, Jingga kembali menatap anak perempuan tersebut. Ia baru tahu, nama anak itu adalah Nara Geisha dari name tag bajunya.

"Bu, apa orang tuanya tak datang?" Tanya Jingga, ia berharap orang tua Nara datang agar dapat berbicara dengannya. Baru hari pertama sekolah saja keduanya sudah bertengkar. Bagaimana jika besoknya?

"Maaf, saya terlambat."

"Ayah!"

Jingga terdiam, menatap Nara yang berlari ke arah pelukan seorang pria yang baru saja datang. Wanita cantik itu tertegun sejenak saat dirinya kembali bertemu dengan Angkasa. Dia tidak tahu, jika Nara adalah putri pria itu.

Sama halnya dengan Jingga, Angkasa juga kaget melihat mantan istri keponakannya ada di sekolah yang sama dengan putrinya. Tatapan matanya jatuh pada kedua anak kembar yang tengah di peluk oleh Jingga. Otaknya langsung mencerna, mencari jawaban atas apa yang dirinya lihat.

"Silahkan duduk Tuan Angkasa." Ucap kepala sekolah.

Angkasa mengangguk, ia meraih kursi di sebelah Jingga dan membawa putrinya duduk di sana. Keduanya sempat saling melirik, tapi kembali menatap kepala sekolah yang akan siap mengatakan sesuatu.

"Keduanya masih anak-anak, masih belum pintar mengendalikan emosi. Tapi Artan sudah bagus mengajak Nara mengobrol. Mungkin, ada pembahasan yang menyinggung keduanya. Bu Jingga, dan Pak Angkasa, kalian bisa memberi pengertian pada kedua anak ini. Apalagi, peran orang tua sangat penting untuk anak." Terang kepala sekolah.

"Iya Bu, maafkan anak kami. Kami ...,"

"Kami akan menyelesaikannya di luar sekolah. Sekali lagi, terima kasih Bu." Sela Angkasa yang mana membuat Jingga hendak protes.

Angkasa beranjak berdiri, ia menggendong putrinya dan membawanya keluar. Jingga mengikutinya dengan menggandeng tangan kedua putranya. Setelah berada di depan ruang kepala sekolah, Angkasa menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatap serius pada kedua anak itu.

"Mereka putramu dan Delvin atau ... suami baru mu?" Tanya Angkasa dengan alisnya yang terangkat satu.

"Bukan urusan Om!" Desis Jingga.

Angkasa menarik nafas dalam, ia menatap kedua putra Jingga yang terlihat lesu. Matanya pun menangkap sebuah toko es krim di depan sekolah. Dari sana, ia memiliki ide.

"Kita mengobrol sebentar di toko es krim itu bagaimana?" Ajak Angkasa.

"Enggak perlu, terimakasih." Ketus Jingga.

Artan yang melihat sebuah toko es krim jadi merengek memintanya. Apalagi, cuaca sedang panas seperti keadaan hatinya saat ini.

"Tapi Altan mau Bunda! Altan mauuu! Haledang kali hati Altan, belikan Altan yang cegel cegeeel!" Pinta anak itu dengan tatapan berbinar tetang.

Angkasa tersenyum, "Ayo, aku traktir."

"BUNDA CUKA TELAKTILAN!"

"Artan!" Jingga menatap putranya tajam. Altan hanya menutup mulutnya menahan rasa senang. Angkasa menangkap raut wajah malu dari wanita di hadapannya.

"Ayo," Angkasa jalan lebih dulu, terpaksa Jingga mengikutinya.

.

.

.

Ketiga anak sudah mendapat es krim masing-masing, dan mereka menikmatinya termasuk Arga. Jingga tersenyum tenang melihat ketiganya kembali akur. Padahal, tadi Artan dan Nara sempat bertengkar akibat kesalahpahaman kecil.

"Menjadi single parents tidak mudah bukan?"

"Ya, begitu lah. Lebih baik sulit dari pada harus jauh dari mereka." Lirih Jingga.

"Delvin tidak tahu jika dia memiliki anak kembar?" Tebak Angkasa.

Jingga menggeleng, "Om tahu sendiri bagaimana pernikahan kami, hancur. Aku tak sempat memberitahunya soal kehamilanku saat itu."

"Bagaimana bisa aku tahu?" Jingga menatap heran jawaban Angkasa padanya.

"Aku tidak tahu masalah yang terjadi dalam keluarga. Aku ini keturunan Rodriguez yang terasingkan."

Jingga merubah raut wajahnya, ia menegakkan tubuhnya dan menatap bersalah pada Angkasa. Namun, pria itu seolah mengatakannya tanpa beban dan justru tersenyum tipis. Jingga hanya tahu, Angkasa jarang berkumpul di keluarga Rodriguez karena kesibukannya bukan karena terasingkan. Bisa di hitung oleh jari, kapan keduanya pernah bertemu.

"Jangan mengasihaniku seperti itu. Kasihani saja dirimu yang merasakan cinta bertepuk sebelah tangan pada keponakanku."

Tidak jadi! Jingga tidak jadi kasihan padanya. Kesal, wanita cantik itu meraih buku menu di atas meja dan memukulkannya pada lengan Angkasa. Bukannya merasa sakit, Angkasa justru tertawa.

"Benar-benar yah! Om juga duda ngenes di tinggal istri nikah lagi kan?!" Desis Jingga kesal. Ketiga anak menggemaskan yang menonton adegan mereka tanpa mau ikut campur.

Jingga yang merasa kesal memilih untuk pergi sebentar ke toilet. Meninggalkan Angkasa yang tersenyum penuh arti menatap kepergiannya. Raut wajahnya saat itu, di tangkap oleh Arga.

"Om, kamu disini?" Angkasa sedikit terkejut melihat kedatangan keponakannya, Delvin. Entah mengapa ia bertemu dengan pria itu disini.

"Aku lihat tadi kamu bersama seorang wanita, apa dia pacarmu?" Delvin bertanya dengan nada meledek.

Angkasa mendengus kesal, "Bukan urusanmu."

"Ayolah, jangan main rahasia begitu dengan keponakanmu ini. Apa keduanya juga calon anak sambungmu hm?" Delvin melirik anak kembar yang sedang menatapnya.

"Ya." Angkasa menjawab sambil matanya menangkap ke arah Jingga yang berdiri mematung melihat kehadiran Delvin.

Terpopuler

Comments

IG: Kenz___567

IG: Kenz___567

AKHIRNYA BISA RILIS JUGA KARYA INI😍

Semoga karya ini kembali tersemat di hati kalian yah kawan🥰
Jangan lupa dukungannya selaluuuu🤩

2025-05-02

52

Uba Muhammad Al-varo

Uba Muhammad Al-varo

semoga jingga tidak mau kembali ke Delvin, mendingan cari lelaki yang tulus mencintai nya dengan kekurangan dan kelebihan, ditunggu penyesalan nya Delvin /Panic//Hammer/

2025-05-02

3

Lanjar Lestari

Lanjar Lestari

eh itu anak kandung mu Dalvin yg km tolak dan ingin km gugurkan bahkan ibunya pun km tolak mentah" dan km sakiti gmn km sdh menikah lg dan apa sdh punya anak dg Selva yg km cintai itu laki laki g tahu diri g punya perasaan.pwrgi snaan bikin mood orang rusak aja

2025-05-02

5

lihat semua
Episodes
1 Satu tahun yang sia-sia
2 Cinta untuk si kembar
3 Om mantan suami
4 Sentuhan yang berbeda
5 Rasa yang berbeda
6 Kekesalan Arga
7 Suami?!
8 Getaran aneh
9 Boleh lihat foto ayah?
10 Kembalinya cinta yang hilang
11 Kenapa kita tidak menikah saja?
12 Suami Selva?
13 Mari sembuh bersama!
14 Satu hari bersama
15 Ketakutan Delvin
16 Janji yang hilang
17 Kebun binatang
18 Perhatian Angkasa
19 Panas
20 Pertemuan tak terduga
21 Kesepakatan
22 Perjuangan Tuan Duda
23 Jangan panggil om!
24 Fase jatuh cinta
25 Perusahaan Rodriguez terancam
26 Jantung yang semakin berdebar
27 Cinta yang tersesat
28 Putra bungsu Yudha Rodriguez
29 Ketahuan
30 Hambatan cinta
31 Aku mencintai putri Om!
32 Tertekannya Delvin
33 Beri aku waktu
34 Mencuri kesempatan ala Angkasa
35 Sleep Call
36 Lupa jemput
37 Pertengkaran hebat
38 Makan malam bersama calon mertua
39 Kesempatan dalam kesempitan
40 Perlahan bangkit
41 Tumbang
42 Berhasil jadi calon menantu Ferdi Mahendra
43 Misi selesai
44 Makan malam (panas)
45 Titik kehancuran Delvin
46 Bunda boleh menikah lagi?
47 Will you marry me, Jingga?
48 Deep talk (Angkasa dan Arga)
49 Gara-gara durian
50 Ulah Tania
51 Hari pernikahan
52 Resmi menjadi pasangan
53 Abang sayang
54 Kehebohan ketiga bocah
55 Semakin hancur
56 Tamu tak di undang
57 Berita heboh di pagi hari
58 Menjadi keluarga cemara
59 Jatah Angkasa
60 Keberuntungan bocah menggemaskan
61 Hadiah untuk cucu
62 Kegundahan hati seorang ibu
63 Bayi besar Jingga
64 Keanehan Angkasa
65 Hari spesial tiga bocil gemas
66 Harapan kecil Arga
67 Kehamilan Jingga
68 Buka kado
69 Kelakuan Artan dan Nara
70 USG
71 Om Delvin, ayah kami?
72 Pecah~
73 Altan mau gajah!
74 Tetap aku pemenangnya~
75 Gajah Altan?
76 Gara-gara si (Jerapah)
77 Kamu milikku, dan aku milikmu~
78 Rasa rindu yang mendalam
79 Kabar tidak baik?
80 Duka keluarga Rodriguez
81 Mencari tahu
82 Ancaman Angkasa
83 Terbongkar
84 Penyesalan Delvin
85 Keanehan malam di kamar Artan
86 Tap tap layalnya!
87 Obrolan malam
88 Berkuda
89 Ada apa dengan si Bumil?
90 Cemburunya Jingga
91 Menemani Paksu~
92 Tragedi sore hari
93 Panggilan yang di nantikan
94 Cemburu nya mantan Duda
95 Tingkah putri kecil Angkasa
96 Obrolan hangat di meja makan
97 Kekhawatiran Angkasa
98 Ketakutan seorang anak
99 Gara-gara motor
100 Cuman ayah yang bisa
101 Sella-Selatan
102 Kedatangan tamu yang tak di sangka-sangka
103 Mama Nala?
104 Sama-sama seorang ibu
105 Perasaan Eve
106 Obrolan dua ibu
107 Lahiran dadakan?
108 Kelahiran si kembar
109 Beratnya mengurus bayi
110 Kelakuan Artan
111 Berpisah jarak
112 Ada apa dengan Artan?
113 Kakek Erwin
114 Kepulangan Angkasa
115 Konser Artan
116 Suasana baru di desa
117 Kara dan bebeknya
118 Kehangatan cinta
119 Dua bayi menggemaskan
120 Titik hancur Delvin
121 Penolakan Arga
122 Suasana cerah pagi hari
123 Tanggung jawab sebagai abang
124 Obrolan Angkasa dan Arga
125 Arga yakin?
126 Menjenguk
127 Kisah yang manis
128 Bonchap
Episodes

Updated 128 Episodes

1
Satu tahun yang sia-sia
2
Cinta untuk si kembar
3
Om mantan suami
4
Sentuhan yang berbeda
5
Rasa yang berbeda
6
Kekesalan Arga
7
Suami?!
8
Getaran aneh
9
Boleh lihat foto ayah?
10
Kembalinya cinta yang hilang
11
Kenapa kita tidak menikah saja?
12
Suami Selva?
13
Mari sembuh bersama!
14
Satu hari bersama
15
Ketakutan Delvin
16
Janji yang hilang
17
Kebun binatang
18
Perhatian Angkasa
19
Panas
20
Pertemuan tak terduga
21
Kesepakatan
22
Perjuangan Tuan Duda
23
Jangan panggil om!
24
Fase jatuh cinta
25
Perusahaan Rodriguez terancam
26
Jantung yang semakin berdebar
27
Cinta yang tersesat
28
Putra bungsu Yudha Rodriguez
29
Ketahuan
30
Hambatan cinta
31
Aku mencintai putri Om!
32
Tertekannya Delvin
33
Beri aku waktu
34
Mencuri kesempatan ala Angkasa
35
Sleep Call
36
Lupa jemput
37
Pertengkaran hebat
38
Makan malam bersama calon mertua
39
Kesempatan dalam kesempitan
40
Perlahan bangkit
41
Tumbang
42
Berhasil jadi calon menantu Ferdi Mahendra
43
Misi selesai
44
Makan malam (panas)
45
Titik kehancuran Delvin
46
Bunda boleh menikah lagi?
47
Will you marry me, Jingga?
48
Deep talk (Angkasa dan Arga)
49
Gara-gara durian
50
Ulah Tania
51
Hari pernikahan
52
Resmi menjadi pasangan
53
Abang sayang
54
Kehebohan ketiga bocah
55
Semakin hancur
56
Tamu tak di undang
57
Berita heboh di pagi hari
58
Menjadi keluarga cemara
59
Jatah Angkasa
60
Keberuntungan bocah menggemaskan
61
Hadiah untuk cucu
62
Kegundahan hati seorang ibu
63
Bayi besar Jingga
64
Keanehan Angkasa
65
Hari spesial tiga bocil gemas
66
Harapan kecil Arga
67
Kehamilan Jingga
68
Buka kado
69
Kelakuan Artan dan Nara
70
USG
71
Om Delvin, ayah kami?
72
Pecah~
73
Altan mau gajah!
74
Tetap aku pemenangnya~
75
Gajah Altan?
76
Gara-gara si (Jerapah)
77
Kamu milikku, dan aku milikmu~
78
Rasa rindu yang mendalam
79
Kabar tidak baik?
80
Duka keluarga Rodriguez
81
Mencari tahu
82
Ancaman Angkasa
83
Terbongkar
84
Penyesalan Delvin
85
Keanehan malam di kamar Artan
86
Tap tap layalnya!
87
Obrolan malam
88
Berkuda
89
Ada apa dengan si Bumil?
90
Cemburunya Jingga
91
Menemani Paksu~
92
Tragedi sore hari
93
Panggilan yang di nantikan
94
Cemburu nya mantan Duda
95
Tingkah putri kecil Angkasa
96
Obrolan hangat di meja makan
97
Kekhawatiran Angkasa
98
Ketakutan seorang anak
99
Gara-gara motor
100
Cuman ayah yang bisa
101
Sella-Selatan
102
Kedatangan tamu yang tak di sangka-sangka
103
Mama Nala?
104
Sama-sama seorang ibu
105
Perasaan Eve
106
Obrolan dua ibu
107
Lahiran dadakan?
108
Kelahiran si kembar
109
Beratnya mengurus bayi
110
Kelakuan Artan
111
Berpisah jarak
112
Ada apa dengan Artan?
113
Kakek Erwin
114
Kepulangan Angkasa
115
Konser Artan
116
Suasana baru di desa
117
Kara dan bebeknya
118
Kehangatan cinta
119
Dua bayi menggemaskan
120
Titik hancur Delvin
121
Penolakan Arga
122
Suasana cerah pagi hari
123
Tanggung jawab sebagai abang
124
Obrolan Angkasa dan Arga
125
Arga yakin?
126
Menjenguk
127
Kisah yang manis
128
Bonchap

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!